Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Rahasia Makam Kuno 1

Share

Rahasia Makam Kuno 1

Author: Freya
last update Last Updated: 2024-11-16 16:49:32

Ruangan di sebelah kamar Hasta adalah tempat penyimpanan obat dan bahan-bahan obat. Gembong membuka pintu ruang penyimpanan bahan obat, situasi di dalam gudang begitu gelap. Dia mengambil lampu sentir yang tergantung di dinding lalu masuk dan memeriksa di dalamnya.

Terdengar bunyi mencicit dan bunyi benda yang saling berbenturan di belakang lemari.

"Cit cit cit! Glodak glodak glodak!"

Gembong mendekati lemari, beberapa tikus bermunculan dari bawah lemari penyimpanan bahan obat, disusul dengan seekor kucing yang melompat dari atas lemari. Saat melompat, kucing itu menyenggol tangan Gembong yang sedang memegang sentir.

"Sialan, tikus tikus !"

Tikus-tikus berlarian dari balik lemari. Gembong yang tampak sangar dan perkasa ternyata takut dengan tikus. Karena terjangan kucing, lampu sentir yang dibawa Gembong terjatuh dan minyak kelapa bahan bakar lampu sentir tumpah ke lantai.

Minyak yang terkena api langsung terbakar merembet ke tumpukan kayu, akar kering dan rak yang diatasnya terdapat nyiru yang digunakan untuk menjemur daun-daun bahan jamu. Gudang bahan jamu perlahan mulai terbakar.

Gembong terkejut ketika menyadari api dari lampu sentir telah membakar beberapa daun kering. Api juga mulai menyambar daun Kayu Putih kering yang teronggok di sudut gudang. Daun Kayu Putih langsung terbakar menyambar akar kering yang teronggok di sebelahnya.

"Celaka gudang obat terbakar!"

Dia bergegas mencari Hasta yang sedang berbaring di ranjangnya.

"Kangmas Hasta...cepat pergi! Gudang obat terbakar!"

Hasta terkejut dan spontan membentak Gembong

"Bodoh, aku tidak pernah menyuruhmu membakar gudang obat kenapa gudangnya bisa terbakar?!"

Gembong seketika salah tingkah, dia malu mengakui dirinya yang phobia terhadap tikus. Maka diapun berusaha mencari alasan.

"Eeehm...maksudku tadi seekor kucing menabrakku. Aku terkejut dan tanpa sengaja lampu sentir yang kubawa jatuh."

"Ah, kamu itu sudah mengacaukan rencanaku. Kita ke pondok Mpu Waringin mengambil kitab Sang Hyang Agni."

"Tapi bagaimana dengan ruang obat itu?"tanya Gembong.

"Sudah biar murid-murid lain yang memadamkannya!"tukas Hasta.

Gembong keluar kamar sambil memapah Hasta, sementara api dari tempat penyimpanan bahan obat sudah merembet ke kamar tempat Hasta dirawat.

Tanpa diketahui Hasta dan Gembong, di ruang obat Badra terjebak dalam kobaran api. Ternyata Badra bersembunyi di belakang lemari. Lampu sentir yang dibawa Gembong jatuh di depan lemari tempat Badra bersembunyi.

Badra tak berani keluar dari tempat persembunyiannya, dia menunggu Hasta dan Gembong keluar dari ruangan. Namun hal itu justru membuatnya berada dalam bahaya.

Api mulai membesar, setelah yakin Hasta dan Gembong pergi, Badhra segera keluar ruangan. Saat mencoba keluar, api yang semula besarannya tidak seberapa menyambar guci tempat menyimpan alkohol. Api mendadak membesar membumbung tinggi.

"Wwuuush!"

Badra berusaha melompati api yang mulai membesar. Tapi naas bagi Badra, api yang membumbung tinggi menyambar kayu penyangga genteng .

"Kraaaak...bruuuk!"

Kayu yang menyala-nyala menimpa Badra.

"Aaarrrgh!"

Badra kesakitan ketika api menyambar kulit wajah dan sebagian tubuhnya. Akhirnya dengan susah payah Badra bisa mencapai pintu keluar lalu lari keluar.

"Kebakaran...kebakaran...kebakaran!"seru Badra.

Dia berlari ke sumur, menimba air,lalu memasukannya ke ember yang biasa dipakai untuk latihan dan memikulnya ke ruang obat. Tanpa takut Badra mendekati ruangan dan mulai memadamkan api.

Mendengar teriakan Badra, para murid padepokan berdatangan menuju ruang obat. Mereka membawa ember-ember berisi air untuk memadamkan api yang berkobar.

Beruntung api tidak sempat merambat ke ruangan lain. Akhirnya apipun dapat segera dipadamkan. Badra menghela nafas lega, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, Badra jatuh pingsan.

"Badra...Badra!"para murid berteriak berusaha menyadarkan Badra.

"Lihat wajahnya terkena luka bakar yang parah!"

Setelah api padam orang-orang baru menyadari bahwa Badra mengalami luka bakar di wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang cukup parah. Orang-orang di padepokan menganggap Badra sebagai pahlawan. Tapi tidak bagi Hasta dan Gembong.

Di malam hari Hasta dan Gembong mulai membicarakan kejadian tadi siang.

"Badra orang pertama yang mengetahui kebakaran itu. Tubuhnya terkena luka bakar yang lumayan parah. Aku curiga dia bersembunyi di ruang obat menguping pembicaraan kita. Ketika kamu menjatuhkan lampu sentir, Badra terperangkap di dalamnya,"Hasta membuka pembicaraan.

"Aku juga menduga begitu, berarti dia tahu semua rahasia kita. Kangmas Hasta, kita terpaksa membunuhnya agar dia tidak membocorkan rahasia kita."

"Dimana dia sekarang?"tanya Hasta

"Karena ruang obat terbakar, dia dirawat di pondok Paman Mudra."

Hasta mendengus kesal

"Berarti dia dibawah pengawasan Paman Mudra. Bisa jadi saat ini Paman Mudra juga mengetahui rahasia kita."

"Kalau begitu kita harus membunuh mereka berdua malam ini juga,"ujar Hasta.

Tanpa membuang waktu, lewat tengah malam mereka mendatangi pondok Paman Mudra. Namun mereka hanya mendapati pondok yang gelap dan kosong. Paman Mudra dan Badra sudah pergi meninggalkan padepokan.

"Kurang ajar mereka berdua kabur!"Hasta menghentakan kakinya dengan kesal.

"Sudahlah Kangmas Hasta, mereka tidak terlalu penting bagi kita."

"Tidak penting bagaimana? Mereka berdua mengetahui rahasia kita,"tukas Hasta dengan panik.

"Jangan kuatir Kangmas, jika Badra berceritapun tidak ada yang percaya. Sebaiknya kita pergi dari sini secepatnya. Lalu kita beri para sesepuh padepokan Sekar Jagad sejumlah uang dengan alasan sumbangan perbaikan ruang obat. Dengan demikian mereka tidak akan mencurigaimu,"usul Gembong.

Hasta tampak berpikir, sejurus kemudian dia tertawa

"Ha ha ha ha bagus bagus. Ternyata kalau untuk urusan tipu-tipu kamu jagoannya. Besok kita segera pergi dari sini. Aku sudah tidak sabar lagi mempelajari kitab Sang Hyang Agni."

Gembong tampak gembira dipuji Hasta yqng memang jarang memuji orang.

*****

Sementara itu di Lembah Hantu kondisi Rangga sudah mulai membaik. Luka dalamnya sudah mulai sembuh.

Pagi itu dia duduk menemani Mbah Janti di dapur memasak. Sambil menyiangi sayuran Mbah Janti bertanya

"Ngger, jurus apa saja yang sudah diajarkan Kancil Tua itu?"

Rangga tampak kebingungan

"Saya baru dua hari di situ jadi saya belum belajar banyak. Saya tidak berbakat belajar silat Mbah. Tubuh saya terlalu lemah, kecapekan sedikit pingsan. Sebenarnya saya lebih suka belajar ilmu pengobatan."

"Ah, laki-laki macam apa kamu ini. Posturmu bagus sayang kalau tidak digunakan belajar silat. Besok aku mau mengajarimu beberapa jurus biar kamu tidak dijahili orang-orang jahat."

Rangga tak enak hati menolak karena Mbah Janti tampak bersemangat ingin mengajarinya silat. Tiba-tiba Rangga teringat sesuatu.

"Mbah, saya ingin tahu lebih banyak tentang rahasia kitab Sang Hyang Agni. Saat saya masih sakit Simbah pernah bilang mau menunjukan rahasia kitab itu."

Mbah Janti tertegun mendengar permintaan Rangga.

"Kamu masih ingin tahu?"

Rangga mengangguk menatap Mbah Janti penuh harap.

"Nanti malam ikut aku, akan kuperlihatkan sesuatu."

*****

Malam sudah semakin larut, Mbah Janti mengajak Rangga keluar rumah.

"Mbah, mau kemana kita?"tanya Rangga.

"Bulan Desta di hari Anggoro Kasih, pernah terjadi pertarungan antar pendekar memperebutkan Kitab Sang Hyang Agni pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya. Pertarungan itu terulang lagi di sini duapuluh tahun yang lalu. Ah, tempat ini memang tempat yang terkutuk,"gerutu Mbah Janti.

Saat itu mereka sudah tiba di lorong bambu Ori menuju komplek kuburan. Rangga mulai diserang rasa takut.

"Mbah ini kan komplek kuburan, masa kita mau kesini malam-malam? Serem Mbah."

Mbah Janti tidak menjawab, dia terus berjalan melewati gundukan tanah dan batu penanda kuburan menuju sebuah bukit kecil di dekat makam. Ada tempat duduk dari batu besar di situ.

"Rangga, kamu duduk di sini!"perintah Mbah Janti.

Rangga duduk di atas batu dengan ragu-ragu.

"Mbah, kita ini mau ngapain?"

Mbah Janti tak menjawab, dia hanya berkata

"Sekarang pejamkan matamu, jangan membuka mata kalau aku belum menyuruhmu!"

Rangga menutup mata, kemudian terdengar Mbah Janti membaca mantera lalu mengusapkan tangannya ke mata Rangga.

Sekarang buka matamu!"

Samar-samar Rangga mendengar suara teriakan pertarungan dan denting senjata. Rangga segera membuka matanya dan seketika itu juga dia terkejut sehingga hampir jatuh terguling dari batu.

"Mbah...apa itu?!"

Related chapters

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 7 Rahasia Makam Kuno2

    Suasana malam itu berubah, gundukan tanah dengan batu nisan itu menghilang. Sementara di depannya sedang berlangsung pertarungan yang sengit antar pendekar. Jarak Rangga dengan para pendekar itu cukup dekat hanya berjarak sekitar lima meter saja. Seorang pendekar yang berpakaian seperti seorang Resi berteriak lantang. Suaranya menggelegar bagai petir mengalahkan suara teriakan pertarungan. "Sekar kembalikan Kitab Sang Hyang Agni kepada kami. Najis jika kitab itu dipegang manusia sesat macam kalian!" Terdengar suara wanita yang melengking lantang menusuk telinga. Membuat para pendekar lainnya menutup telinga mereka. "Ha ha ha ha kamu mimpi Dharmaja, kalahkan dulu para pendekar di sini, baru aku ikhlas menyerahkan kitab ini kepadamu!" Setelah itu terdengar suara pertarungan sengit. "Siapa itu Mbah?" "Dia Resi Dharmaja, salah satu pendeta di Sywa Grha yang diutus merebut kembali kitab itu. Sekarang diamlah, kamu sedang melihat peristiwa duapuluh tahun yang lalu,"tukas Mbah

    Last Updated : 2024-11-17
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 8 Cakra Tenaga Dalam

    "Anda tidak usah membuka cakra tenaga dalam saya Lagipula saya tidak berminat belajar silat. Sebaiknya kita pulang saja Mbah, saya juga sudah lelah dan mengantuk.""Ya ya ya kita pulang, Simbah lupa kalau kamu sebenarnya masih sakit."Mereka berdua kembali menyusuri jalan setapak pulang ke rumah. Setibanya di rumah, Rangga yang sudah lelah segera merebahkan dirinya di tikar. Namun udara gunung yang dingin membuatnya sulit tidur.Dicobanya memejamkan mata sambil berhitung sehingga lama kelamaan akhirnya dia mulai mengantuk. Antara sadar dan tidak sadar, saat dirinya sudah setengah terlelap, ada satu sosok pria berpakaian serba putih seperti seorang Resi menghampirinya.Resi itu membangunkannya dengan lembut. Saat Rangga membuka matanya, Resi itu tersenyum ramah lalu berkata "Ngger, tadi aku melihatmu bersama Janti di sana."Rangga mengucek-ucek matanya, dia merasa aneh dengan kehadiran seorang Resi secara tiba-tiba di kamarnya. Dia hantu apa manusia? Bagaimana dia bisa masuk kemari?

    Last Updated : 2024-11-18
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 9 Kalung Tujuh Batu Cakra

    "Mbah, saya kan tidak berbakat, kenapa Simbah malah memilih saya?" Mbah Janti tersenyum.memandang Rangga lalu menepuk bahunya. "Karena hatimu baik dan kamu cerdas. Simbah percaya setelah ini kamu mampu mengatasi kesulitanmu membuka cakra tenaga dalam. Sekarang duduklah dan ikuti perintahku, aku akan mencoba lagi membuka cakra tenaga dalammu." Rangga duduk bersila sedangkan Mbah Janti berdiri di depannya. "Sekarang kamu hirup udara dalam-dalam dan hembuskan melalui mulut perlahan." Ini persis seperti yang diajarkan Resi Dharmaja, batin Rangga. Karena sebelumnya sudah pernah melakukannya, Rangga tidak menemui kesulitan melakukannya. Mbah Janti lalu duduk di belakang Rangga menempelkan tangan di punggung Rangga. Tapi hanya dalam hitungan detik Mbah Janti menarik tangannya. "Cakra tenaga dalamu sudah terbuka, siapa yang membantumu membukanya?"tanya Mbah Janti dengan nada menyelidik. Rangga tertegun ternyata Mbah Janti sudah tahu, tapi dia masih tidak ingin menceritakan pert

    Last Updated : 2024-11-19
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Penunggu Sungai

    Rangga mendekapkan kitab Sang Hyang Agni ke dadanya lalu menatap Mbah Janti. "Mbah, saya berjanji akan mengembalikan kitab ini pada para pendeta di Sywa Grha setelah saya mempelajarinya. Tapi ajarkan saya membaca huruf Brahmi." Mbah Janti tampak lega mendengar pernyataan Rangga. Dia mengangguk lalu berkata. "Terimakasih Rangga sudah bersedia membantuku. Kitab ini memang sudah seharusnya berada di Sywa Grha. Jika kamu bertemu para pendeta Sywa Grha, sampaikan permintaan maaf kami dari sekte Bhairawa yang sudah menahan kitab itu di sini." Rangga mengangguk "Ya Mbah, saya akan sampaikan pada mereka." "Terimakasih Rangga, aku sudah lega. Sekarang aku akan mengajarkanmu cara membaca huruf Brahmi dan jurus-jurus Sang Hyang Agni." ***** Selama di Lembah Hantu, Rangga selain mempelajari ilmu sang Hyang Agni, Mbah Janti juga mengajarkan ilmu-ilmu dari sekte Bhairawa. "Rangga, aku juga mengajarkanmu ilmu dari Sekte Bhairawa. Bagi para pendekar golongan putih, ilmu ini adalah ilmu

    Last Updated : 2024-11-21
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 11 Minyak Bintang

    Rangga bergegas naik ke tepian sungai, sementara makhluk bersisik seperti ikan itu masih berada di dalam air. Seumur hidupnya belum pernah Rangga melihat wujud makhluk halus atau siluman apapun. Jadi ini adalah pengalamn pertamanya. Rangga berusaha membunuh rasa takut yang mulai menguasai dirinya. Dia mencoba menggertak makhluk di depannya. "Kalau kamu mencari gara-gara denganku, kamu bertemu dengan orang yang salah!" Usai berbicara, Rangga mulai menghimpun tenaga dalam di tangannya, lalu melontarkan sebuah pukulan jarak jauh ke arah makhluk itu. "Hyaaaa!"Rangga berteriak ketika melontarkan pukulan ke arah makhluk seram itu. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras seperti bom meledak "Blaaar!" Pecahan batu berhamburan di sungai. Makhluk seram itu ternyata tidak dapat dipukul, energi pukulan Rangga melesat menembus tubuh makhluk seram itu dan menghantam batu dibelakangnya. Terkesiap Rangga melihat upayanya gagal. "Ha ha ha ha ha, percuma saja kamu berusaha membunuhku man

    Last Updated : 2024-11-22
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 12 Jangan Buka Pintunya

    "Jadi Dewi Sekar sebenarnya masih hidup tetapi hanya berubah wujud? Tapi bukankah beliau sudah insyaf dan tidak lagi menganut aliran Bhairawa setelah menikah dengan Mpu Waringin?" Rangga serasa tak percaya, isteri Mpu Waringin menjadi budak iblis yang bisa menjelma sebagai siluman ikan. "Benar, memang dia sudah insyaf. Tapi sebelum dia mengenal Waringin, dia telah menggadaikan hidupnya pada Wastya, Raja Siluman Ikan yang menghuni sungai itu. Wastya menjanjikan kecantikan dan kehidupan abadi asal Sekar bersedia menjadi isterinya,"ungkap Mbah Janti. Mbah Janti menyorongkan cawannya yang sudah kosong pada Rangga "Ngger, tolong tuangkan wedhang jahenya." Rangga meraih poci lalu menuangkan wedhang jahe untuk Mbah Janti dan dirinya. Setelah menyeruput minumannya, Rangga bertanya, "Jadi Dewi Sekar akhirnya menikah dengan Wastya? Tapi bagaimana mungkin demit menikahi manusia? Bukankah Sang Hyang Widi melarang pernikahan antara manusia dengan demit?" Rangga hampir tak percaya ada man

    Last Updated : 2024-11-22
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 13 Permintaan Sekar

    "Ngger, apa yang kamu lakukan di sungai tadi sampai Sekar dan Wastya harus turun tangan sendiri membereskan semuanya?"tanya Mbah Janti. Rangga berusaha mengingat semua peristiwa yang dialaminya saat berendam di sungai. Rangga mencoba mengingat kembali apa saja yang dia lakukan saat itu. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Mbah, tadi waktu berendam di sungai aku...aku pipis," ucap Rangga lirih. "Haaah...kamu pipis di tengah sungai?" "Iya Mbah, aku pipis di tengah sungai," Rangga menundukan kepalanya. Dia merasa malu pada Mbah Janti. Mbah Janti menepuk jidatnya, "Astaga, kamu seharusnya tidak boleh pipis di tengah sungai krena di situlah kerajaan gaib Wastya berada. Aku lupa memberitahumu tadi, maafkan aku Ngger." Hadeeh Mbah...Mbah, Simbah yang lupa kasih tahu aku jadi kena masalah,pikir Rangga dengan hati kesal. "Lain kali kalau kebelet pipis, kamu pipis di tepi sungai, jangan di tengah. Ya sudah nggak apa-apa, besok akan kutemui Sekar untuk minta maaf dan membawakan se

    Last Updated : 2024-11-23
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 14 Cakra Kundalini yang Dahsyat

    Pagi itu matahari bersinar cerah namun udaranya sejuk segar dan tidak terasa panas.. Di bawah pohon bambu Rangga duduk di tikar bersama Mbah Janti. Dia mendengarkan dengan seksama Mbah Janti yang sedang membacakan isi kitab Sang Hyang Agni di lembar terakhir yang kini dikuasai Hasta. Sesekali Mbah Janti berhenti lalu Rangga mengulang lagi kata-kata Mbah Janti. Sampai menjelang siang, Rangga dan Mbah Janti mengakhiri aktivitasnya. "Bagaimana Rangga, kamu sudah hafal isi kitab di halaman terakhir?" "Saya masih belum lancar, tapi sebagian saya sudah hafal. Sebagian isi dari kitab itu sudah saya catat di lontar. Beri saya waktu untuk menghafalndan mencatatnya,"ujar Rangga. Mbah Janti mengangguk puas, bibirnya tersenyum. "Bagus besok kita mulai latihan tahap akhir. Pada tahap ini kamu harus berhati-hati. Salah mempelajarinya bisa fatal akibatnya," Mbah Janti mengingatkan. Rangga tertegun sejenak kemudian bertanya dengan hati-hati "Memangnya kenapa Mbah?" "Kalau kamu salah

    Last Updated : 2024-11-24

Latest chapter

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 89 Penguntit

    Rangga sesekali melirik ke arah dua orang tadi. Keduanya masih ada di sana sibuk dengan hidangan di depannya. "Kamu dan aku sama-sama pendatang baru di dunia persilatan. Tapi kalau ada kejadian seperti ini, siapa dan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mengincarku atau mengincarmu terkait dengan Bapakmu di masa lalu,"ucap Rangga."Entahlah, Bapak tidak pernah terbuka dengan masa lalunya.""Kami tidak pernah bertemu atau berseteru dengan sekte Bulan Sabit Emas. Aku curiga, setelah kejadian Nyai Wijil, bisa jadi mereka sedang mengincar pusaka yang kalian miliki. Pedang Inti Air dan Kapak Setan,"tambah Blandhong."Ya tapi kami kan bukan pendekar terkenal. Masa berita tentang pusaka ini sudah tersebar?"tanya Rangga.Blandhong terbahak mendengar pertanyaan Rangga.kalian"Ha ha ha ha kaliang ini lugu sekali. Rangga, berapa kali pedangmu kamu gunakan di depan banyak orang? Ketua, Kapak Setan dalam gembolanmu itu juga menarik perhatian para pemburu pusaka. Apalagi saat berada di pengina

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 88 Sekte Bulan Sabit Emas

    Hasta sedang minum tuak di kapalnya berdama Tunggul dan Gembong saat Rama datang melapor."Kangmas Hasta, sepertinya kali ini lawanmu berat. Rangga ternyata bersahabat dengan Gerombolan Kapak Setan, gerombolan perampok yang paling ditakuti di Pajang.Hasta mengerutkan keningnya, dia baru saja mendengar nama gerombolan Kapak Setan."Ah, masa sih aku belum pernah mendengar kehebatan mereka di Timur,"ucap Hasta dengan nada meremehkan.Rama tersenyum melihat sikap Hasta yang memang suka merendahkan orang."Tapi kalau kamu tahu ilmu andalan mereka, pasti kamu juga menginginkan pusaka Kapak Setan itu. Dulu Liman adalah pemimpin mereka dengan senjata andalannya kapak setan. Di tangan Liman, kapak itu menjadi sebuah kapak yang bahkan mampu membelah bumi,"ungkap Rama."Ah, itu pasti cuma dongeng saja. Memangnya kamu pernah melihat sendiri kehebatan kapak itu?"tanya Hasta sambil menenggak tuaknya.Rama menggeleng"Belum pernah, aku mendengarnya dari Bapakku. Saat itu Liman ketua mereka masih ma

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 87 Perjalanan ke Sywagrha

    Sebuah kapal besar dan mewah tampak bersandar di dermaga. Pemilik kapal itu pastilah seorang bangsawan atau pedagang kaya. Terlihat Hasta yang berdiri di geladak kapal, sedang melihat kesibukan di pelabuhan Pajang. Di sebelahnya kirinya berdiri Tunggul sahabat sekaligus pengikutnya. Sedangkan di sebelah Tunggul seseorang yang berpakaian seperti pendekar ikut berbincang bersama Hasta. Saat mereka sedang asyik berbincang, Gembong naik ke kapal dengan tergesa-gesa, sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan."Gembong, kamu ini kenapa?"tanya Hasta heran."Huuh, aku melihat bocah itu berada di sini juga. Kukira dia sudah mati, tapi ternyata dia masih hidup."Hasta mengerutkan keningnya dan bertanya"Siapa bocah yang kamu maksud?""Rangga, dia ada di sini!""Lho, mau apa dia kemari?"tanya Hasta terkejut."Sudahlah Kangmas Hasta, kedatangan kita ke Pajang ini kan untuk menemui Bhre Pajang lalu menyampaikan surat perintah dari Gusti Ratu Tribuana agar Bhre Pajang mewakili Gusti Ratu T

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 86 Penawar Racun

    Rangga belum melihat sosok Nyai Wijil namun suaranya seolah-olah begitu dekat dengan mereka. Beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara berkelebat di udara. Dari arah belakang perahu muncul Nyai Wijil. Kali ini Rangga terkagum-kagum dengan ilmu meringankan tubuhnya. Nyai Wijil melompat ke sungai. Saat akan mendarat di air, kakinya menutul air sungai laku melompat lagi, bagai berjalan di atas air.Setelah dengan perahu, wanita itu langsung melompat ke dalam perahu."Wijil, kenapa kamu tidak pernah berhenti mengganggu hidupku?"Nyai Wijil melihat ke arah Dhesta yang sedang terbaring di perahu dengan tatapan penuh kebencian."Itu anakmu dengan penari murahan itu kan?"Tapi Liman pura-pura tak mendengar, dia menghadang Nyai Wijil."Dia terkena racun Lali Jiwo milikmu, berikan obat penawarnya!""Aku mau memberikan penawarnya tapi dengan satu syarat!"Liman tertegun, matanya menatap curiga pada Nyai Wijil."Apa yang kamu inginkan dariku?""Tinggalkan penari murahan itu dan ikutlah dengank

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 85 Senandung Nyai Wijil

    "Dhesta!"seru Rangga cemas."Rangga, Dhesta keracunan, aku sudah berusaha mengeluarkan racunnya dari paru-parunya.Tapi hanya sedikit yang berhasil keluarkan."Mendengar suara yang yang sangat dikenalnya, Rangga segera menghampiri orang itu menyapanya."Ki Liman, anda di sini?"Liman tersenyum dan mengangguk, lalu dengan nada cemas dia berkata."Anakku satu-satunya yang selama bertahun-tahun tidak pernah keluar kampung. Tiba-tiba saja meninggalkan rumah pergi merantau. Tentu saja aku sangat mencemaskannya. Jadi aku memutuskan untuk menyusulnya kemari. Ternyata firasatku benar, pantas saja hatiku tidak tenang. Racun ini hanya orang-orang dari sekte ular hijau yang punya obatnya.""Ya, biar saya coba mengobatinya semoga saja berhasil. Tadi dia terkena asap beracun yang ditiupkan dari lubang di jendela itu. Saya tidak tahu racun jenis apa itu."Rangga segera mengeluarkan peralatannya dan mulai memeriksa Dhesta. Pemuda itu masih pingsan, wajahnya sudah mulai membiru.Celaka, racun itu tel

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 84 Daging Manusia

    Para pengeroyoknya terperangah melihat Rangga yang dengan santainya berdiri di atas dahan pohon Hujan yang lemah. Rangga tampak anteng dan tenang di atas dahan pohon. Tak sekalipun dia terlihat kerepotan menjaga keseimbangan. Sesekali tubuhnya bergerak mengikuti gerakan dahan yang terkena angin. Orang-orang itu tersadar, kali ini lawan yang mereka hadapi bukanlah lawan sembarangan. Kini mereka semakin waspada terhadap lawannya. "Hei, jangan cari aman sendiri di atas pohon. Kalau kamu memang pemberani, turunlah lawan kami di bawah!" Rangga berkelebat turun dari pohon lalu berseru. "Ayo majulah, lawan aku!" Para pengeroyoknya langsung menyerang Rangga. Pedang Inti Air berkelebat menangkis serangan mereka. Tenaga dalam sudah dikerahkan ke tangan Rangga, lalu pedangnya membuat gerakan memotong. "Traang traang traang!" "Klontrang klontraang!" Terdengar bunyi besi jatuh disusul bunyi teriakan kematian. "Aaaarrrrghh....aaarrgh....aaargh!" "Bruuuk...bruuuk...bruuuk!" Tubuh para p

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 83 Asap Beracun di Nagagini

    Dhesta tampak kecewa, hidangan itu lezat tapi dia tidak bisa memakannya karena beracun. Dia meihat ke sekelilingnya, para tamu sedang makan dengan lahapnya, namun tidak terlihat tanda-tanda keracunan. Dhesta akhirnya duduk memeluk lutut sambil bersandar di tembok mencoba meredakan rasa laparnya.Rangga mengalihkan pandangan ke arah lain. Terlihat Nyai Wijil sudah kembali lagi menghampiri laki-laki lain, lalu duduk dipangkuannya. Sedangkan pria brewok yang tadi bersamanya sudah tak tampak lagi."Melihat tamunya hanya melihat situasi di sekitarnya dan tidak segera menyantap hidangannya, seorang pelayan mendatangi Rangga dan Dhesta lalu bertanya"Ki Sanak, kok makanannya tidak segera dimakan? Apa makanan ini tidak enak? Jika tidak berkenan kami akan menggantinya dengan yang lain.""Ooh, tidak bukan itu. Kami hanya kecapekan dan mengantuk. Bagaimana jika makanan ini kami bawa ke kamar saja."Wajah pelayan itu tampak berubah, senyum ramahnya lenyap seketika. Namun sejurus kemudian wajahnya

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 82 Penginapan Nagagini

    "Gruuudug gruudug gruudug!"bunyi tanah terbelah.Para penonton bubar ketakutan, sedangkan teman-teman si Kumis yang menonton pertarungan itu tertegun. Pria genderuwo pemimpin gerombolan itu langsung berseru"Itu jurus 'Kapak Pembelah Bumi'! Tidak salah lagi, hanya Liman yang bisa melakukannya. Bocah itu anaknya Liman!"Sementara itu si Kumis kelabakan melihat bumi merekah di bawahnya. Sontak dia menghentikan serangannya, melompat menghindar ke tempat yang aman. Rekahan tanah berhenti, pria genderuwo maju ke hadapan Dhesta sambil menunjuk"Tidak salah lagi, kamulah anaknya Liman!"Pria genderuwo memberi tanda pada anak buahnya untuk maju ke hadapan Dhesta."Kalian kemarilah, beri hormat pada ketua Kapak Setan yang baru!"Para perampok itu serta merta langsung mendatangi Dhesta lalu menundukan kepala memberi hormat di hadapannya."Terimalah hormat kami Ketua!"Dhesta hanya bisa bengong melihat para perampok itu memberi hormat kepadanya. Beberapa menit yang lalu mereka berlaku kasar kep

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 81 Tantangan Dhesta

    Mata Si Kumis terbelalak melihat kapak yang dipegang Dhesta. Namun dia mencoba menguasai diri."Baiklah, kapak itu tampaknya memang benar Kapak Setan. Tapi pesan kapak besar seperti itu di pande besi pembuat pisau dapur juga bisa. Kalau kamu memang benar-benar anaknya Liman, tunjukan jurus-jurus Kapak Setan itu!"tantang si Kumis.Dhesta tak mengiyakan atau menolaknya, dia balik bertanya."Lalu bagaimana seandainya aku bisa membuktikannya?"Si Kumis tertegun, dia menoleh pada kakaknya minta persetujuannya. Lalu pria genderuwo itulah yang menjawabnya."Kalau kamu bisa menunjukan jurus-jurus khas kapak setan, kami akan patuh kepadamu dan mengangkatmu sebagai pengganti Liman pemimpin kami!"Dhesta terkejut, orang-orang itu tidak dikenalnya tapi malah akan mengangkatnya sebagai pemimpin gerombolan perampok."Hei...apa-apaan ini? Aku tidak sudi melakukan kejahatan seperti kalian. Bapakku melarangku mengikuti jejaknya sebagai perampok. Sekarang dia sudah insyaf, mengasingkan diri dari dunia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status