Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 4 Nenek Tua yang Aneh

Share

Bab 4 Nenek Tua yang Aneh

Author: Freya
last update Last Updated: 2024-11-08 17:30:42

Rangga telah siuman dari pingsannya, dia mendapati dirinya berbaring di tempat tidur batu. Kepalanya masih terasa pusing dan dadanya masih terasa sesak. Aroma ramuan herbal yang pekat menyergap hidungnya.

Rangga mencoba bangun, dia mengangkat kepala dan tubuhnya perlahan, tapi ternyata tubuhnya masih terasa sakit ketika bergerak.

"Aaargh!"Rangga berseru tertahan.

Tubuh Rangga kembali ambruk, pemuda itu merasakan rasa sakit yang luar biasa di dada dan perutnya serta sakit kepala yang luar biasa.

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki masuk ke kamar.

"Aah...syukurlah kamu sudah bangun!"

Rangga terkejut dan menoleh, seorang nenek-nenek berdiri dihadapannya, dia membawa nampan yang penuh dengan guci-guci kecil dan cawan.

Tapi lagi-lagi Rangga terkejut ketika menyadari siapa nenek itu. Hampir saja dia berteriak ketakutan. Nenek itu adalah nenek yang membukakan pintu untuknya.

"Mbah, ternyata Simbah itu orang ya,"ujar Rangga dengan polosnya.

Nenek itu tertegun namun sedetik kemudian dia terkekeh.

"He he he he tentu saja aku orang. Lihat kakiku masih menapak tanah."

Suara tawanya terdengar menyeramkan di telinga Rangga seperti suara kuntilanak.

Nenek itu meletakan nampan di meja batu di dekat Rangga lalu duduk di tepi tempat tidur batu.

"Aku memang lebih mirip hantu daripada orang. Tak heran orang-orang memanggilku dengan panggilan Wanita Iblis Gunung. Tapi jangan kuatir, aku tidak akan mencabut nyawamu heh heh heh."

"Terimakasih Mbah, sudah menyelamatkan saya."

Usai berbicara dada Rangga terasa sesak.

"Uhuuk...uhuuk."

Darah kental berwarna merah kehitaman keluar dari mulutnya. Nenek itu mengambil kain lalu mengelap darah yang tersisa di mulutnya.

"Heeh keterlaluan sekali, mereka memukulimu sampai luka dalam parah. Ada pendarahan di paru-paru dan limpamu. Untung badanmu kuat menahannya, tapi kamu sudah lima hari tidak sadar.

Rangga terkejut menyadari dirinya ternyata sudah tidak sadarkan diri selama lima hari.

"Jadi saya pingsan selama lima hari?"

Si Nenek mengangguk

"Iya, tapi sudahlah tenangkan saja dirimu. Yang penting sekarang kamu selamat. Siapa namamu dan darimana asalmu Ngger?"

"Saya Rangga, murid Padepokan Sekar Jagad milik Mpu Waringin. Lalu siapa nama Nenek."

Tiba-tiba wajah nenek tampak tidak suka mendengar nama Mpu Waringin.

"Kamu bisa memanggilku Mbah Janti. Ternyata kamu murid Kancil Tua licik itu ya."

Rangga tak menyangka tanggapan Mbah Janti yang tampak tidak suka mendengar nama gurunya disebut.

"Tapi saya baru dua hari di tempat itu, setelah itu mereka mengusir saya karena saya dituduh membantu Kangmas Gondo, Kakak seperguruan saya membunuh Mpu Waringin."

"Hah, Kancil Tua itu sudah mati rupanya?"

Mbah Janti menghela nafas lalu berkata lagi "Yaah dia memang pantas mati tapi mengapa muridnya membunuh gurunya sendiri?"tanya si Nenek.

"Mungkin mereka mengincar kitab Sang Hyang Agni milik Mpu Waringin,"jawab Rangga.

"Apa...kitab itu dicuri muridnya sendiri? Huuh benar-benar keterlaluan mereka. Tapi walaupun kitab itu sudah mereka kuasai, belum tentu mereka bisa mempelajari isi kitab itu,"Mbah Janti berbicara dengan nada mengejek.

Rangga yang tadinya masa bodoh dengan Kitab Sang Hyang Agni mendadak tertarik setelah mendengar penjelasan Mbah Janti.

"Apa isi kitab itu? Sepertinya Simbah mengetahui segala hal tentang kitab itu."

Mbah Janti mulai bercerita

"Kitab itu sudah ada dimasa Kerajaan Medang dan menjadi incaran para pendekar di Jawa. Awalnya para Resi di kuil Sywagrha yang menyimpannya. Setelah itu entah bagaimana kitab itu bisa berpindah tangan ke orang lain."

"Jadi kitab itu sempat lama menghilang?" tanya Rangga.

"Ya, setelah keruntuhan Kerajaan Medang, kitab itu tidak terdengar lagi kabarnya. Sempat muncul kembali di masa kerajaan Kadiri saat Gusti Prabu Jayabaya memerintah, setelah itu menghilang lagi.

Mbah Janti mengambil bahan herbal dari guci-guci kecil, mencampurnya di cawan. Sambil bekerja Mbah Janti melanjutkan ceritanya.

"Tapi duapuluh tahun yang lalu, setelah lama menghilang, kabar tentang kitab ini muncul kembali. Para pendekar mulai mencari keberadaannya dan memperebutkan kitab itu,"ungkap Mbah Janti.

"Lalu siapa yang memegang kitab Sang Hyang Agni saat itu? Seharusnya kitab itu dikembalikan ke pemiliknya para Resi di kuil Sywagrha,"ujar Rangga.

Mbah Janti tak menjawab dia memeriksa luka lebam di tubuh Rangga, lalu mengolesinya dengan ramuan dari sebuah guci kecil dengan hati-hati.

Rangga meringis kesakitan ketika tangan Mbah Janti menyentuh luka lebam hitam di sekitar perutnya.

"Yang di sini sakitkah?"tangan Mbah Janti menyentuh bagian ulu hati.

"Aaarrgh!"

Rangga menjerit kesakitan.

"Masih sakit ya?"Mbah Janti menatap Rangga dengan pandangan iba.

Rangga mengangguk sambil meringis menahan sakit.

"Iya Mbah, rasanya seperti ditusuk ribuan jarum."

Nenek menghela nafas lalu melanjutkan cerita tentang Kitab Sang Hyang Agni untuk mengalihkan perhatian Rangga dari rasa sakitnya.

"Duapuluh tahun yang lalu terjadi pertarungan antar pendekar di Lembah Hantu ini memperebutkan Kitab Sang Hyang Agni."

"Tapi bagaimana para pendekar bisa tahu soal kitab ini? Bukankah kitab itu sudah lama menghilang?"tanya Rangga.

Baginya cerita ini menarik sehingga dia sejenak bisa melupakan rasa sakit di tubuhnya. Mbah Janti melanjutkan ceritanya.

"Kitab itu terakhir dikuasai oleh sekte Bhairawa pemuja Durga. Pemimpin sekte itu adalah Dewi Sekar. Dengan ilmu hitamnya, Sekar berhasil mengalahkan para pendekar yang memperebutkan kitab itu. Kamu tahu siapa Dewi Sekar?"

"Dewi Sekar? Tentu saja saya tidak mengenalnya,"jawab Rangga dengan raut wajah bingung.

"Huh keterlaluan kamu, itu kan isteri Mpu Waringin gurumu. Tapi dasar Waringin laki-laki licik, dia merayu Dewi Sekar agar bisa menguasai kitab itu dan sialnya Dewi Sekar mau saja diperdaya. Dasar perempuan bodoh,maki Mbah Janti.

Rangga kebingungan, di matanya sepertinya Mpu Waringin adalah seorang pendekar yang baik dari golongan putih. Tapi Mbah Janti sama sekali tak menganggap Mpu Waringin adalah orang yang layak dihormati.

"Pertarungan perebutan kitab Sang Hyang Agni itu benar-benar mengerikan. Tak peduli pendekar golongan hitam atau putih semua sama-sama berebut saling bunuh."

"Lalu bagaimana Dewi Sekar bisa mengalahkan para pendekar itu?"tanya Rangga.

"Saat malam tiba, Sekar menggunakan ilmu hitamnya membunuhi semua pendekar yang berkumpul di Lembah Hantu. Dia berhasil mempengaruhi pikiran para pendekar itu sehingga mereka kesurupan dan melakukan bunuh diri massal."

Bergidik Rangga mendengar cerita Mbah Janti. Membayangkan satu orang bunuh diri saja sudah seram apalagi jika yang bunuh diri banyak orang di saat yang sama secara serentak.

"Bagaimana Mbah Janti bisa tahu sejarah Kitab Sang Hyang Agni dari awal sampai akhir?"

Mbah Janti menatap tajam mata Rangga membuat Rangga sedikit takut. Sedetik kemudian nenek aneh itu terkekeh

"Heh heh heh heh rupanya kamu tertarik dengan dongeng ini ya?"

Rangga tersenyum malu dan kembali menatap wajah Mbah Janti berharap dia kembali melanjutkan ceritanya.

"Nanti kalau kamu sudah sembuh aku tunjukan sesuatu. Apa yang ingin kamu ketahui tentang sejarah kitab itu ada di suatu tempat."

"Saat terjadi pertarungan duapuluh tahun yang lalu apakah Mbah Janti berada di sini?"

Mbah Janti tertegun sejenak, dia menghentikan kegiatannya tapi tak menjawab pertanyaan Rangga. Setelah itu dia kembali menuangkan air panas ke cawan dan mengaduknya.

"Mbah...."

Rangga masih ingin bertanya lagi namun Mbah Janti keburu menukasnya.

" Ah sudahlah tidak usah dibahas lagi, sekarang minum jamu dulu, biar kamu lekas sembuh."

Mbah Janti menyorongkan cawan ke bibir Rangga. Pemuda itu menatap Mbah Janti dengan pandangan ragu.

Mbah Janti tampaknya memahami pikiran Rangga.

"Jangan takut, ini bukan racun."

Rangga akhirnya meminum isi cawan sampai habis. Dia merasakan ramuan herbal itu sangat pahit. Setelah cawan pertama habis, nenek memberikan cawan kedua

"Sekarang minum ini supaya lukamu tidak bernanah di dalam."

Rangga mengambil cawan kedua dan segera meminumnya. Ternyata ramuan di cawan kedua ini manis rasanya..

Setelah meminum 2 ramuan itu, Rangga mulai merasakan tubuhnya sudah mulai sedikit ringan.

"Madu ini enak sekali," Rangga berkomentar.

"Tentu saja madu ini berasal dari aneka bunga yang berkhasiat mencegah kuman berkembang biak di lukamu. Ada sari bunga Sambung Jiwa, Wijaya Kusuma, Mawar Hutan, Cendana dan banyak lagi. Madu ini ku ambil sendiri dari hutan."

Mbah Janti membereskan obat-obatan dan menatanya kembali di atas nampan.

"Kamu mau makan Ngger?"Mbah Janti menawarkan makanan.

Rangga tersadar,perutnya sudah lapar setelah lima hari tidak terisi makanan.

"Ya Mbah, saya lapar."

"Ya sudah, aku ambil makanan dulu ya,"Mbah Janti berlalu keluar kamar.

Rangga sebenarnya masih ingin bertanya lagi, tapi Mbah Janti sepertinya sibuk dengan kegiatannya sehingga Rangga tidak jadi bertanya.

*****

Sementara itu di Padepokan Sekar Jagad, para murid sedang mempersiapkan upacara pengangkatan Jalu sebagai Ketua Perguruan Sekar Jagad.

Di Ruang tengah kediaman Mpu Waringin Jalu mengeluarkan kitab Sang Hyang Agni dan mulai membuka lembarannya.

Kitab Sang Hyang Agni terbuat dari lembaran kulit kerbau yang ditulis dengan tinta hitam. Saat melihat isinya, Jalu mengerutkan keningnya. Huruf-huruf yang tertulis di dalamnya bukanlah tulisan huruf Jawa Kuno yang dikenalnya melainkan tulisan aneh yang dia tidak tahu darimana asalnya.

Dia melanjutkan membuka kitab itu ternyata ada kerusakan di lembar halaman paling belakang seolah ada orang yang sudah menyobeknya.

Jalu baru sadar, ternyata kitab itu sudah tidak lengkap lagi halamannya.

"Bangsat, ternyata aku cuma dapat separo dan hurufnyapun asing bagiku. Aku harus mencari orang yang bisa menerjemahkan tulisan ini,"gumamnya.

Related chapters

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 5 Pengkhianat

    Terdengar suara langkah kaki memasuki ruangannya. Jalu menoleh, terlihat Hasta masuk sambil membawa satu gendul tuak dan dua cawan. Jalu memandang Hasta dengan pandangan menyelidik curiga. "Mau apa kamu masuk kemari tanpa izinku?!" Namun Hasta tak sedikitpun terlihat marah atau tersinggung. Dia tetap tersenyum sambil berjalan mendekati Jalu dan menepuk bahunya. "Jangan marah dulu Kangmas Jalu. Aku hanya ingin merayakan keberhasilanmu merebut Kitab Sang Hyang Agni. Setelah ini Kangmas pasti bakal menjadi pendekar tanpa tanding." Wajah Jalu mulai melunak, tampaknya dia senang mendengar pujian Hasta yang setinggi langit. Tapi sejurus kemudian dia menghela nafas panjang. "Hasta, aku tidak sekedar ingin menjadi pendekar tanpa tanding, tapi aku juga ingin menjadi pejabat istana. Aku yakin setelah menguasai ilmu Sang Hyang Agni kemudian terkenal sebagai pendekar tanpa tanding, Gusti Ratu Tribuana pasti bersedia menjadikanku sebagai seorang pejabat." Hasta tertegun dan membatin

    Last Updated : 2024-11-12
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Rahasia Makam Kuno 1

    Ruangan di sebelah kamar Hasta adalah tempat penyimpanan obat dan bahan-bahan obat. Gembong membuka pintu ruang penyimpanan bahan obat, situasi di dalam gudang begitu gelap. Dia mengambil lampu sentir yang tergantung di dinding lalu masuk dan memeriksa di dalamnya. Terdengar bunyi mencicit dan bunyi benda yang saling berbenturan di belakang lemari. "Cit cit cit! Glodak glodak glodak!" Gembong mendekati lemari, beberapa tikus bermunculan dari bawah lemari penyimpanan bahan obat, disusul dengan seekor kucing yang melompat dari atas lemari. Saat melompat, kucing itu menyenggol tangan Gembong yang sedang memegang sentir. "Sialan, tikus tikus !" Tikus-tikus berlarian dari balik lemari. Gembong yang tampak sangar dan perkasa ternyata takut dengan tikus. Karena terjangan kucing, lampu sentir yang dibawa Gembong terjatuh dan minyak kelapa bahan bakar lampu sentir tumpah ke lantai. Minyak yang terkena api langsung terbakar merembet ke tumpukan kayu, akar kering dan rak yang diatas

    Last Updated : 2024-11-16
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 7 Rahasia Makam Kuno2

    Suasana malam itu berubah, gundukan tanah dengan batu nisan itu menghilang. Sementara di depannya sedang berlangsung pertarungan yang sengit antar pendekar. Jarak Rangga dengan para pendekar itu cukup dekat hanya berjarak sekitar lima meter saja. Seorang pendekar yang berpakaian seperti seorang Resi berteriak lantang. Suaranya menggelegar bagai petir mengalahkan suara teriakan pertarungan. "Sekar kembalikan Kitab Sang Hyang Agni kepada kami. Najis jika kitab itu dipegang manusia sesat macam kalian!" Terdengar suara wanita yang melengking lantang menusuk telinga. Membuat para pendekar lainnya menutup telinga mereka. "Ha ha ha ha kamu mimpi Dharmaja, kalahkan dulu para pendekar di sini, baru aku ikhlas menyerahkan kitab ini kepadamu!" Setelah itu terdengar suara pertarungan sengit. "Siapa itu Mbah?" "Dia Resi Dharmaja, salah satu pendeta di Sywa Grha yang diutus merebut kembali kitab itu. Sekarang diamlah, kamu sedang melihat peristiwa duapuluh tahun yang lalu,"tukas Mbah

    Last Updated : 2024-11-17
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 8 Cakra Tenaga Dalam

    "Anda tidak usah membuka cakra tenaga dalam saya Lagipula saya tidak berminat belajar silat. Sebaiknya kita pulang saja Mbah, saya juga sudah lelah dan mengantuk.""Ya ya ya kita pulang, Simbah lupa kalau kamu sebenarnya masih sakit."Mereka berdua kembali menyusuri jalan setapak pulang ke rumah. Setibanya di rumah, Rangga yang sudah lelah segera merebahkan dirinya di tikar. Namun udara gunung yang dingin membuatnya sulit tidur.Dicobanya memejamkan mata sambil berhitung sehingga lama kelamaan akhirnya dia mulai mengantuk. Antara sadar dan tidak sadar, saat dirinya sudah setengah terlelap, ada satu sosok pria berpakaian serba putih seperti seorang Resi menghampirinya.Resi itu membangunkannya dengan lembut. Saat Rangga membuka matanya, Resi itu tersenyum ramah lalu berkata "Ngger, tadi aku melihatmu bersama Janti di sana."Rangga mengucek-ucek matanya, dia merasa aneh dengan kehadiran seorang Resi secara tiba-tiba di kamarnya. Dia hantu apa manusia? Bagaimana dia bisa masuk kemari?

    Last Updated : 2024-11-18
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 9 Kalung Tujuh Batu Cakra

    "Mbah, saya kan tidak berbakat, kenapa Simbah malah memilih saya?" Mbah Janti tersenyum.memandang Rangga lalu menepuk bahunya. "Karena hatimu baik dan kamu cerdas. Simbah percaya setelah ini kamu mampu mengatasi kesulitanmu membuka cakra tenaga dalam. Sekarang duduklah dan ikuti perintahku, aku akan mencoba lagi membuka cakra tenaga dalammu." Rangga duduk bersila sedangkan Mbah Janti berdiri di depannya. "Sekarang kamu hirup udara dalam-dalam dan hembuskan melalui mulut perlahan." Ini persis seperti yang diajarkan Resi Dharmaja, batin Rangga. Karena sebelumnya sudah pernah melakukannya, Rangga tidak menemui kesulitan melakukannya. Mbah Janti lalu duduk di belakang Rangga menempelkan tangan di punggung Rangga. Tapi hanya dalam hitungan detik Mbah Janti menarik tangannya. "Cakra tenaga dalamu sudah terbuka, siapa yang membantumu membukanya?"tanya Mbah Janti dengan nada menyelidik. Rangga tertegun ternyata Mbah Janti sudah tahu, tapi dia masih tidak ingin menceritakan pert

    Last Updated : 2024-11-19
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Penunggu Sungai

    Rangga mendekapkan kitab Sang Hyang Agni ke dadanya lalu menatap Mbah Janti. "Mbah, saya berjanji akan mengembalikan kitab ini pada para pendeta di Sywa Grha setelah saya mempelajarinya. Tapi ajarkan saya membaca huruf Brahmi." Mbah Janti tampak lega mendengar pernyataan Rangga. Dia mengangguk lalu berkata. "Terimakasih Rangga sudah bersedia membantuku. Kitab ini memang sudah seharusnya berada di Sywa Grha. Jika kamu bertemu para pendeta Sywa Grha, sampaikan permintaan maaf kami dari sekte Bhairawa yang sudah menahan kitab itu di sini." Rangga mengangguk "Ya Mbah, saya akan sampaikan pada mereka." "Terimakasih Rangga, aku sudah lega. Sekarang aku akan mengajarkanmu cara membaca huruf Brahmi dan jurus-jurus Sang Hyang Agni." ***** Selama di Lembah Hantu, Rangga selain mempelajari ilmu sang Hyang Agni, Mbah Janti juga mengajarkan ilmu-ilmu dari sekte Bhairawa. "Rangga, aku juga mengajarkanmu ilmu dari Sekte Bhairawa. Bagi para pendekar golongan putih, ilmu ini adalah ilmu

    Last Updated : 2024-11-21
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 11 Minyak Bintang

    Rangga bergegas naik ke tepian sungai, sementara makhluk bersisik seperti ikan itu masih berada di dalam air. Seumur hidupnya belum pernah Rangga melihat wujud makhluk halus atau siluman apapun. Jadi ini adalah pengalamn pertamanya. Rangga berusaha membunuh rasa takut yang mulai menguasai dirinya. Dia mencoba menggertak makhluk di depannya. "Kalau kamu mencari gara-gara denganku, kamu bertemu dengan orang yang salah!" Usai berbicara, Rangga mulai menghimpun tenaga dalam di tangannya, lalu melontarkan sebuah pukulan jarak jauh ke arah makhluk itu. "Hyaaaa!"Rangga berteriak ketika melontarkan pukulan ke arah makhluk seram itu. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras seperti bom meledak "Blaaar!" Pecahan batu berhamburan di sungai. Makhluk seram itu ternyata tidak dapat dipukul, energi pukulan Rangga melesat menembus tubuh makhluk seram itu dan menghantam batu dibelakangnya. Terkesiap Rangga melihat upayanya gagal. "Ha ha ha ha ha, percuma saja kamu berusaha membunuhku man

    Last Updated : 2024-11-22
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 12 Jangan Buka Pintunya

    "Jadi Dewi Sekar sebenarnya masih hidup tetapi hanya berubah wujud? Tapi bukankah beliau sudah insyaf dan tidak lagi menganut aliran Bhairawa setelah menikah dengan Mpu Waringin?" Rangga serasa tak percaya, isteri Mpu Waringin menjadi budak iblis yang bisa menjelma sebagai siluman ikan. "Benar, memang dia sudah insyaf. Tapi sebelum dia mengenal Waringin, dia telah menggadaikan hidupnya pada Wastya, Raja Siluman Ikan yang menghuni sungai itu. Wastya menjanjikan kecantikan dan kehidupan abadi asal Sekar bersedia menjadi isterinya,"ungkap Mbah Janti. Mbah Janti menyorongkan cawannya yang sudah kosong pada Rangga "Ngger, tolong tuangkan wedhang jahenya." Rangga meraih poci lalu menuangkan wedhang jahe untuk Mbah Janti dan dirinya. Setelah menyeruput minumannya, Rangga bertanya, "Jadi Dewi Sekar akhirnya menikah dengan Wastya? Tapi bagaimana mungkin demit menikahi manusia? Bukankah Sang Hyang Widi melarang pernikahan antara manusia dengan demit?" Rangga hampir tak percaya ada man

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 89 Penguntit

    Rangga sesekali melirik ke arah dua orang tadi. Keduanya masih ada di sana sibuk dengan hidangan di depannya. "Kamu dan aku sama-sama pendatang baru di dunia persilatan. Tapi kalau ada kejadian seperti ini, siapa dan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mengincarku atau mengincarmu terkait dengan Bapakmu di masa lalu,"ucap Rangga."Entahlah, Bapak tidak pernah terbuka dengan masa lalunya.""Kami tidak pernah bertemu atau berseteru dengan sekte Bulan Sabit Emas. Aku curiga, setelah kejadian Nyai Wijil, bisa jadi mereka sedang mengincar pusaka yang kalian miliki. Pedang Inti Air dan Kapak Setan,"tambah Blandhong."Ya tapi kami kan bukan pendekar terkenal. Masa berita tentang pusaka ini sudah tersebar?"tanya Rangga.Blandhong terbahak mendengar pertanyaan Rangga.kalian"Ha ha ha ha kaliang ini lugu sekali. Rangga, berapa kali pedangmu kamu gunakan di depan banyak orang? Ketua, Kapak Setan dalam gembolanmu itu juga menarik perhatian para pemburu pusaka. Apalagi saat berada di pengina

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 88 Sekte Bulan Sabit Emas

    Hasta sedang minum tuak di kapalnya berdama Tunggul dan Gembong saat Rama datang melapor."Kangmas Hasta, sepertinya kali ini lawanmu berat. Rangga ternyata bersahabat dengan Gerombolan Kapak Setan, gerombolan perampok yang paling ditakuti di Pajang.Hasta mengerutkan keningnya, dia baru saja mendengar nama gerombolan Kapak Setan."Ah, masa sih aku belum pernah mendengar kehebatan mereka di Timur,"ucap Hasta dengan nada meremehkan.Rama tersenyum melihat sikap Hasta yang memang suka merendahkan orang."Tapi kalau kamu tahu ilmu andalan mereka, pasti kamu juga menginginkan pusaka Kapak Setan itu. Dulu Liman adalah pemimpin mereka dengan senjata andalannya kapak setan. Di tangan Liman, kapak itu menjadi sebuah kapak yang bahkan mampu membelah bumi,"ungkap Rama."Ah, itu pasti cuma dongeng saja. Memangnya kamu pernah melihat sendiri kehebatan kapak itu?"tanya Hasta sambil menenggak tuaknya.Rama menggeleng"Belum pernah, aku mendengarnya dari Bapakku. Saat itu Liman ketua mereka masih ma

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 87 Perjalanan ke Sywagrha

    Sebuah kapal besar dan mewah tampak bersandar di dermaga. Pemilik kapal itu pastilah seorang bangsawan atau pedagang kaya. Terlihat Hasta yang berdiri di geladak kapal, sedang melihat kesibukan di pelabuhan Pajang. Di sebelahnya kirinya berdiri Tunggul sahabat sekaligus pengikutnya. Sedangkan di sebelah Tunggul seseorang yang berpakaian seperti pendekar ikut berbincang bersama Hasta. Saat mereka sedang asyik berbincang, Gembong naik ke kapal dengan tergesa-gesa, sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan."Gembong, kamu ini kenapa?"tanya Hasta heran."Huuh, aku melihat bocah itu berada di sini juga. Kukira dia sudah mati, tapi ternyata dia masih hidup."Hasta mengerutkan keningnya dan bertanya"Siapa bocah yang kamu maksud?""Rangga, dia ada di sini!""Lho, mau apa dia kemari?"tanya Hasta terkejut."Sudahlah Kangmas Hasta, kedatangan kita ke Pajang ini kan untuk menemui Bhre Pajang lalu menyampaikan surat perintah dari Gusti Ratu Tribuana agar Bhre Pajang mewakili Gusti Ratu T

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 86 Penawar Racun

    Rangga belum melihat sosok Nyai Wijil namun suaranya seolah-olah begitu dekat dengan mereka. Beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara berkelebat di udara. Dari arah belakang perahu muncul Nyai Wijil. Kali ini Rangga terkagum-kagum dengan ilmu meringankan tubuhnya. Nyai Wijil melompat ke sungai. Saat akan mendarat di air, kakinya menutul air sungai laku melompat lagi, bagai berjalan di atas air.Setelah dengan perahu, wanita itu langsung melompat ke dalam perahu."Wijil, kenapa kamu tidak pernah berhenti mengganggu hidupku?"Nyai Wijil melihat ke arah Dhesta yang sedang terbaring di perahu dengan tatapan penuh kebencian."Itu anakmu dengan penari murahan itu kan?"Tapi Liman pura-pura tak mendengar, dia menghadang Nyai Wijil."Dia terkena racun Lali Jiwo milikmu, berikan obat penawarnya!""Aku mau memberikan penawarnya tapi dengan satu syarat!"Liman tertegun, matanya menatap curiga pada Nyai Wijil."Apa yang kamu inginkan dariku?""Tinggalkan penari murahan itu dan ikutlah dengank

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 85 Senandung Nyai Wijil

    "Dhesta!"seru Rangga cemas."Rangga, Dhesta keracunan, aku sudah berusaha mengeluarkan racunnya dari paru-parunya.Tapi hanya sedikit yang berhasil keluarkan."Mendengar suara yang yang sangat dikenalnya, Rangga segera menghampiri orang itu menyapanya."Ki Liman, anda di sini?"Liman tersenyum dan mengangguk, lalu dengan nada cemas dia berkata."Anakku satu-satunya yang selama bertahun-tahun tidak pernah keluar kampung. Tiba-tiba saja meninggalkan rumah pergi merantau. Tentu saja aku sangat mencemaskannya. Jadi aku memutuskan untuk menyusulnya kemari. Ternyata firasatku benar, pantas saja hatiku tidak tenang. Racun ini hanya orang-orang dari sekte ular hijau yang punya obatnya.""Ya, biar saya coba mengobatinya semoga saja berhasil. Tadi dia terkena asap beracun yang ditiupkan dari lubang di jendela itu. Saya tidak tahu racun jenis apa itu."Rangga segera mengeluarkan peralatannya dan mulai memeriksa Dhesta. Pemuda itu masih pingsan, wajahnya sudah mulai membiru.Celaka, racun itu tel

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 84 Daging Manusia

    Para pengeroyoknya terperangah melihat Rangga yang dengan santainya berdiri di atas dahan pohon Hujan yang lemah. Rangga tampak anteng dan tenang di atas dahan pohon. Tak sekalipun dia terlihat kerepotan menjaga keseimbangan. Sesekali tubuhnya bergerak mengikuti gerakan dahan yang terkena angin. Orang-orang itu tersadar, kali ini lawan yang mereka hadapi bukanlah lawan sembarangan. Kini mereka semakin waspada terhadap lawannya. "Hei, jangan cari aman sendiri di atas pohon. Kalau kamu memang pemberani, turunlah lawan kami di bawah!" Rangga berkelebat turun dari pohon lalu berseru. "Ayo majulah, lawan aku!" Para pengeroyoknya langsung menyerang Rangga. Pedang Inti Air berkelebat menangkis serangan mereka. Tenaga dalam sudah dikerahkan ke tangan Rangga, lalu pedangnya membuat gerakan memotong. "Traang traang traang!" "Klontrang klontraang!" Terdengar bunyi besi jatuh disusul bunyi teriakan kematian. "Aaaarrrrghh....aaarrgh....aaargh!" "Bruuuk...bruuuk...bruuuk!" Tubuh para p

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 83 Asap Beracun di Nagagini

    Dhesta tampak kecewa, hidangan itu lezat tapi dia tidak bisa memakannya karena beracun. Dia meihat ke sekelilingnya, para tamu sedang makan dengan lahapnya, namun tidak terlihat tanda-tanda keracunan. Dhesta akhirnya duduk memeluk lutut sambil bersandar di tembok mencoba meredakan rasa laparnya.Rangga mengalihkan pandangan ke arah lain. Terlihat Nyai Wijil sudah kembali lagi menghampiri laki-laki lain, lalu duduk dipangkuannya. Sedangkan pria brewok yang tadi bersamanya sudah tak tampak lagi."Melihat tamunya hanya melihat situasi di sekitarnya dan tidak segera menyantap hidangannya, seorang pelayan mendatangi Rangga dan Dhesta lalu bertanya"Ki Sanak, kok makanannya tidak segera dimakan? Apa makanan ini tidak enak? Jika tidak berkenan kami akan menggantinya dengan yang lain.""Ooh, tidak bukan itu. Kami hanya kecapekan dan mengantuk. Bagaimana jika makanan ini kami bawa ke kamar saja."Wajah pelayan itu tampak berubah, senyum ramahnya lenyap seketika. Namun sejurus kemudian wajahnya

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 82 Penginapan Nagagini

    "Gruuudug gruudug gruudug!"bunyi tanah terbelah.Para penonton bubar ketakutan, sedangkan teman-teman si Kumis yang menonton pertarungan itu tertegun. Pria genderuwo pemimpin gerombolan itu langsung berseru"Itu jurus 'Kapak Pembelah Bumi'! Tidak salah lagi, hanya Liman yang bisa melakukannya. Bocah itu anaknya Liman!"Sementara itu si Kumis kelabakan melihat bumi merekah di bawahnya. Sontak dia menghentikan serangannya, melompat menghindar ke tempat yang aman. Rekahan tanah berhenti, pria genderuwo maju ke hadapan Dhesta sambil menunjuk"Tidak salah lagi, kamulah anaknya Liman!"Pria genderuwo memberi tanda pada anak buahnya untuk maju ke hadapan Dhesta."Kalian kemarilah, beri hormat pada ketua Kapak Setan yang baru!"Para perampok itu serta merta langsung mendatangi Dhesta lalu menundukan kepala memberi hormat di hadapannya."Terimalah hormat kami Ketua!"Dhesta hanya bisa bengong melihat para perampok itu memberi hormat kepadanya. Beberapa menit yang lalu mereka berlaku kasar kep

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 81 Tantangan Dhesta

    Mata Si Kumis terbelalak melihat kapak yang dipegang Dhesta. Namun dia mencoba menguasai diri."Baiklah, kapak itu tampaknya memang benar Kapak Setan. Tapi pesan kapak besar seperti itu di pande besi pembuat pisau dapur juga bisa. Kalau kamu memang benar-benar anaknya Liman, tunjukan jurus-jurus Kapak Setan itu!"tantang si Kumis.Dhesta tak mengiyakan atau menolaknya, dia balik bertanya."Lalu bagaimana seandainya aku bisa membuktikannya?"Si Kumis tertegun, dia menoleh pada kakaknya minta persetujuannya. Lalu pria genderuwo itulah yang menjawabnya."Kalau kamu bisa menunjukan jurus-jurus khas kapak setan, kami akan patuh kepadamu dan mengangkatmu sebagai pengganti Liman pemimpin kami!"Dhesta terkejut, orang-orang itu tidak dikenalnya tapi malah akan mengangkatnya sebagai pemimpin gerombolan perampok."Hei...apa-apaan ini? Aku tidak sudi melakukan kejahatan seperti kalian. Bapakku melarangku mengikuti jejaknya sebagai perampok. Sekarang dia sudah insyaf, mengasingkan diri dari dunia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status