JANGAN BACA KALAU GAK MAU PENASARAN! _____________________ “Istri kurang ajar!” Bimo menjambak Laila hingga kepalanya mendongak, “aku ini mencari uang di luar sana!” “Dengan cara berjudi?!” bentak Laila. “Aku tidak sudi makan dari hasil uang harammu!” Bimo yang dipengaruhi oleh minuman keras itu langsung kalap mendengar ucapan Laila. Ia menendang dan menampar istrinya. _____________________ Bimo salah, Laila bukan perempuan lemah. Tunggu tanggal mainnya!
View MoreDua orang misterius yang membawa Bimo itu berhanti di jalanan sepi dekat persawahan. Mereka melemparkan Bimo di tepi sawah."Jangan pernah lagi datang ke sana dan mengganggu keluarga Laila." Salah satu pria memperingatkan Bimo, lalu mereka pergi meninggalkan mantan suami Laila itu dalam keadaan babak belur.Bimo meringis kesakitan akibat pukulan dari orang-orang yang tidak dikenalnya itu. Ia terkulai lemas sambil memandangi kedua orang itu pergi menjauh.Sedangkan pria yang satunya, terus melajukan sepeda motor hitam sampai ke sebuah gedung kosong di sekitar kampung Laila. Ia berhenti di depan banguan tua itu, lalu masuk dan menemui 2 orang yang melemparkan Bimo di tepi sawah tadi.Dua pria misterius itu melaporkan bahwa Bimo sudah mereka bereskan dengan aman. Pria itu hanya mengangguk mendapat laporan dari rekannya. Ia pun mengeluarkan ponsel dan mengirim sebuah pesan.[Semua aman, Bos. Bimo sudah kami singkirkan.][Pastikan semuanya aman, jangan sampai ada yang curiga, termasuk Anda
Sesampainya di sekolah Naya, Andara melihat keponakannya itu duduk di depan gerbang sekolah bersama penjaga sekolah. Suasana di sana sudah mulai sepi, hanya beberapa anak yang belum dijemput orang tua mereka. Andara bergegas mendekati Naya yang terlihat asik berceloteh dengan penjaga sekolah."Om Anda!" teriak Naya saat melihat pamannya berjalan ke arah dia duduk."Maaf, Om, telat jemptnya," ujar Andara sambil mengusap pelan kepala Naya. Gadis itu hanya tersenyum."Pak, kalau saya atau ibu Naya belum jemput, tolong titip Naya, ya, kalau ada yang jemput selain kamu berdua jangan dikasih, telepon saya atau ibunya dulu," pesan Andara pada penjaga sekolah sebelum mereka pulang.Andara memperhatikan sekitar sekolah, mungkin saja pria misterius itu berada di sana dan mengintai Naya juga. Namun, tidak ada tanda-tanda orang tersebut di sana, tetapi tiba-tiba Naya berkata jika ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh saat menunggu jemputan."Naya liat di mana?" tanya Andara sebelum mereka
"Ngapain?" tanya Aminah saat melihat Laila mengintip keluar jendela.Mendengar suara sang ibu, Laila terlonjak kaget. "Ibu, ngagetin aja.""Ngapain ngintip-ngintip?""Anu, Bu, tadi ada orang berdiri di depan, tapi wajahnya ketutupan helm, gak tau mau ngapain.""Kenapa gak ditanya?""Orangnya langsung pergi, lagian serem liat gayanya kayak gengster.""Ditanya juga gak, tau dari mana gengster," celoteh Aminah sambil meninggalkan Laila ke dalam.Laila menyusul ibunya yang sedang duduk di ruang tengah, di sana ada Naya yang sedang bermain boneka di lantai.Aminah menatap Laila yang terlihat murung. Seolah-olah bisa membaca pikiran sang anak, Aminah langsung memberikan nasihat untuk putrinya itu. "Udah, La. Gak usah dipikirin omongan mereka. Mereka itu cuma senang cari-cari salah orang lain buat bahan cerita."Laila menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memegangi gelas yang sudah kosong. "Capek, Bu. Kenapa hidup aku selalu jadi bahan gosip?" "Karena mereka gak pun
Perjalanan hidup banyak mengajarkan Laila arti bertahan. Banyak hal yang ia dapatkan dari permasalahannya dengan Bimo. Perceraian, khianat, sakit hati, dan kesedihan, dari semuanya itu Laila dapat bangkit dan tahu bahwa hidupnya lebih berharga dibandingkan semua yang pernah ia korbankan untuk Bimo. Perasaan cinta yang terlalu dalam hingga tidak bisa membedakan antara logika dan perasaan membuat Laila tersadar, hidup tidak melulu tentang memberi, tetapi juga harus menerima. Apa yang ia berikan untuk Bimo tidak pernah ada balasan untuknya.Pagi itu, beberapa tetangga membeli sarapan di kedai Laila, seperti biasa mereka akan bergosip tentang segala hal, mulai dari artis yang sedang viral, hingga masalah rumah tangga tetangga mereka. Kali ini salah satu wanita dengan postur tubuh grmpal bertanya pada Laila tentang keluarga Bimo."Maaf, Bu, saya gak tau," jawab Laila."Masa kamu gak tau, sih, La? Kan, Bu Ratna sekarang udah kayak gembel penampilannya, suaminya ketaguan korupsi, belum lagi
Ada getaran saat gadis kecil itu memanggil Bimo. Rasa rindu pada sang ayah hanya bisa ia simpan. Meskipun Gio selalu ada dan berusaha menggantikan peran Bimo, perasaan rindu akan kehadiran ayah kandung tetap ada. Naya hanya bisa memandang punggung Bimo dari jauh saat pria itu pergi. Sedangkan wanita yang bersama Bimo, terlihat berlari mengejat sambil melontarkan umpatan kasar kepada Bimo."Sayang, ayo, kita pulang," ajak Laila. Naya hanya diam dan menurut.Sepanjang jalan gadis itu hanya diam, tidak seceriah sebelumnya. Gio menggandeng tangan kecil itu sambil bertanya apa lagi yang ia mau, tetapi Naya hanya menggeleng. Lalu Gio berinisiatif mengajaknya ke istana boneka. Di sana banyak berbagai jenis boneka yang lucu, mulai beruang berukuran kecil sampai yang paling besar. Melihat banyak benda yang disukainya, Naya langsung tersenyum dan berlari menghampiri beberapa boneka, untuk saat itu Gio mampu mengusir kesedihan Naya.Laila hanya mengekor dari belakang. Sama halnya dengan Naya, ia
"Ada apa, Mas?" tanya Laila."Gak apa-apa," jawab Gio gelagapan. "Apa yang kamu dengar?" tanya Gio tiba-tiba.Laila mengernyitkan dahi dengan pandangan bingung, "Seperti sesorang sedang menyebut namaku," jawab Laila tidak acuh, kemudian sibuk dengan makananya."Ternyata benar Kak Laila dan Mas Gio." Tiba-tiba Andara berdiri di dekat meja mereka. Keduanya kompak menoleh ke arah Andara."Kalian sedang apa?" tanya Gio melihat Andara bersama Rossa."Kami baru saja mau makan, lalu Rossa melihat Naya. Kami memanggil Kak Laila, tapi sepertinya kakakku ini sedang menikmati kebebasannya sampai tidak mendengar panggilan Rossa," jelas Andara diikuti anggukan Rossa.Gio menghela napas lega. Ia pikir Laila bisa mendengar isi hatinya, ternyata samar-samar wanita dengan balutan dress sage itu mendengar panggilan Rossa. Nyaris saja jantung Gio keluar dari tempatnya. Bagaiman jika Laila punya kekuatan bisa mendengar suara hati, ia akan sangat malu karena ketahuan jika selama ini menyimpan rasa pada wa
“Saya ingin mengajak Naya jalan-jalan,” ucap Gio. Di tangannya ada boneka beruang berukuran besar dan sebuah kotak cokelat. Laila mengajak Gio untuk masuk dan menyuruhnya untuk menunggu sebentar.Beberapa menit kemudian Laila keluar bersama Naya. Gadis itu langsung berlari ke pelukan Gio. Melihat boneka beruang dan cokelat yang dibawa pria itu, Naya langsung menghujani Gio dengan kecupan di pipi dan pelukan hangat.“Terima kasih, Om,” imbuh Naya yang direspon senyuman oleh Gio.Laila menatap kemesraan mereka berdua, ada rasa haru dan bahagia melihat puti kecilnya jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya. Naya sudah jarang tantrum dan mulai mau bersosialisasi lagi. Kehadiran Gio sangat berpengaruh akan kesehatan mental Naya. Entah apa yang di rasakan oleh Laila saat ini, tiba-tiba timbul perasaan yang ia sendiri tidak mengerti. Setiap kali melihat Gio, jantungnya berdebar lebih cepat dan ia merasa gugup saat berhadapan dengan pria dengan kaki jenjang itu.“Tapi nanti sore Naya mau jalan
“Bikin malu! Bisa-bisanya kalian melakukan hal seperti itu!” bentak Hermawan. “Kamu tahu, ‘kan, Ma, kalau aku sedang dalam pengawasan? Kamu dan Bimo malah bikin ulah. Bukannya bantu aku supaya gak terlibat masalah apapun, kalian malah buat aku semakin sulit. Ibu sama anak, sama aja. Tukang bikin onar.”“Pa, jangan, sok, suci kamu! Kamu pikir, aku gak tau apa yang kamu lakuin? Kamu sama aja kayak Pak Kades. Apa yang aku lakuin sama Bimo ini juga demi keluarga kita. Aku berusaha agar Bimo dan Laila gak cerai. Siapa yang akan menopang kebutuhan kita kalau kamu ketahuan korupsi?” Ratna melotot ke arah Hermawan. “Dan sekarang semuanya kacau gara-gara Andara dan temannya itu. Kamu malah nyalahin aku!”“Gak usah nyalahin orang lain, Ma. Kalau kamu gak serakah dan egois, semua gak akan seperti ini. Apa yang aku lakukan juga karena demi memenuhi semua keinginan kamu. Berlian, arisan, botox, dan semua yang gak penting itu. Aku capek nurutin semua maunya kamu!”“Jadi kamu nyalahin aku, Pa? Gara-
“Ibu Cuma mau ada yang bisa jaga kalian,” jawab Aminah.“Laila punya Ibu dan Andara,” imbuh Laila.“Ibu gak selamanya hidup dan adikmu juga akan punya keluarga sendiri. Naya butuh kasih sayang seorang ayah, juga pelindung. Kamu gak bisa selamanya sendiri dan bergantung pada Ibu dan Andara,” terang Aminah.“Laila baru 1 minggu bercerai, Bu, tapi Ibu sudah mikir sejauh itu. Bahkan sakit yang Laila rasakan masih sangat jelas, Bu.” Suara Laila bergetar. Ia merasa ibunya egois dan tidak memikirkan perasaannya.Luka trauma yang masih membekas atas perlakuan Bimo dan orang tuanya sangat jelas terasa bagi Laila. Hampir setiap malam ia bermimpi buruk dan tidak bisa tidur, untuk keluar rumah pun Laila takut. Ia takut dengan pandangan orang-orang saat melihatnya lewat, seolah-olah mata mereka berkata “dia sudah janda, pasti karena mertuanya gak setuju, pasti terlalu merongrong suami makanya di cerai” dan banyak pikiran-pikiran buruk mengisi kepala Laila, padahal mereka tidak tahu apa yang terjad
Suara pintu yang membentur tembok menimbulkan getar. Laila yang baru terlelap beberapa menit langsung terperanjat. Ia melihat jam di dinding, jarumnya masih menunjukkan pukul 22.15. Laila langsung bangkit dan menuju ke luar saat namanya dipanggil beberapa kali.“Laila!” pekik laki-laki itu.Laila berjalan tergopoh-gopoh ke sumber suara. Ia mencium bau menyengat dari tubuh laki-laki itu, “Mas, kamu mabuk”Laki-laki yang masih berdiri sempoyongan di depan meja makan itu mendorong tubuh Laila hingga membentur sudut lemari. Wanita itu sedikit meringis saat bahunya terbentur lemari. “Aku lapar, siapkan makanan!” titah Bimo, suami Laila.Laila masih bergeming di tempatnya.“Hei! Kamu denger gak, sih, aku bilang siapkan makan! Aku lapar!” teriak Bimo.“Tidak ada lauk dan nasi, Mas,” jawab Laila.Bimo menendang kursi yang ada di hadapannya, “Kamu gak tinggali aku nasi dan lauk?”Laki-laki yang dipengaruhi alkohol itu mendekati Laila dan mencengkeram wajah istrinya dengan kasar.“Kamu mau aku...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments