NONA JANDA TERJERAT BERONDONG

NONA JANDA TERJERAT BERONDONG

By:  irma_nur_kumala  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
8 ratings
124Chapters
5.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Mbak, mau ditolong nggak?" "Kalau ditolong mau, tapi kalau diculik saya nggak mau." "Kalau saya halalin?" "Saya janda loh." Bagi Boram yang menyandang status janda muda, omongan melantur cowok SMA yang sedang membantunya menghindar dari area tawuran itu membuatnya geli. Meski dia tidak membantah jika sosok Samudra Arkana, si tukang tawuran itu memanglah lebih dari sekedar good looking.Meskipun cowok itu terang-terangan ngegombal pada gurunya sendiri, memiliki hubungan dengan siswa didiknya yang berondong tidak pernah terbayangkan dalam pikirannya. Karena sebagai janda, memiliki hubungan dengan sosok Arbian Rasyid, duda mapan yang sedang berusaha keras menarik perhatiannya itu jauh lebih masuk akal.Tapi tingkah menggelikan dan gombalan Samudra Arkana lebih membuatnya bisa tersenyum lebar. Padahal, sudah ada seseorang yang menggandeng tangan cowok berondong itu lebih dulu, yang tentu saja seumuran dengannya. Entahlah, Boram bingung. Dua-duanya bikin pusing. Di samping gunjingan dan cemohan banyak pihak terkait status jandanya, ada dua lelaki beda generasi yang sedang mengejarnya.

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
yusita astuti
bagus cerita nya
2024-03-13 11:47:50
0
user avatar
Ivan Witami
brondong emang lebih menggoda ...
2023-12-25 22:14:16
0
user avatar
Safiiaa
baru baca part 1 udah nagihin...
2023-12-25 20:01:59
0
user avatar
irma_nur_kumala
ceritanya bikin campur aduk pkoknyaa
2023-12-25 17:11:23
0
user avatar
Meriatih Fadilah
masuk pustaka dulu, biar nggak susah carinya, seru nih
2023-12-25 14:36:45
0
user avatar
Aqilanurazizah
Keren banget ceritanya, Kak. Bikin ketagihan baca
2023-12-25 10:00:58
0
user avatar
agneslovely2014
Lucu banget ceritanya, si Samudera jago bet gombal
2023-12-07 09:13:27
0
default avatar
Kurotu Nguyun
Bagusssssssss
2024-01-10 00:03:06
0
124 Chapters

JANDA - 01

"KELUAR KALIAN PECUNDANG SMA DARMAWANGSA!"Seruan itu sontak membuat Boram reflek menghentikan langkah, menatap lurus ke arah depan dengan was-was, di mana ada banyak anak-anak berseragam putih abu-abu berdiri bergerombol dengan benda-benda tajam di tangan. Boram bergegas minggir dan berdiri kaku di samping pot bunga tidak bisa kemana-mana. Sekolah tempatnya mengajar yang berada jauh di depan sudah di kelilingi anak-anak dari sekolah lain yang siap bertarung. Sepertinya terlalu beresiko jika dia bergerak maju, jadi dia memilih bersembunyi di balik pot bunga sampai keadaan dirasa cukup aman untuk segera melarikan diri.“Ya Tuhan, tolong lindungin Boram,” bibirnya komat-kamit takut.Kaget saat anak-anak dari sekolahnya yang entah muncul dari mana berjalan bergerombolan melewatinya lalu bentrok dengan sekolah lawan."JANGAN KASIH AMPUN. LAWAN MEREKA SEMUA!”Seorang cowok berseragam yang memakai slayer menutupi separuh wajahnya berteriak di posisi paling belakang tepat di depan Boram seak
Read more

JANDA - 02

"Samudra."Boram mengerjapkan mata, bertanya dengan tampang cengok. "Hah?”Boram yang semula memperhatikan mata hitam itu lekat perlahan menurunkan pandangan ke sudut bibir yang tertarik membentuk senyuman manis membuatnya salah fokus bergeser beberapa inci ke bibir tipis yang bergerak mengucapkan nama yang sejak tadi dia ulang."Nama gue Samudra, Mbak.""Oh." Masih dalam dekapan cowok itu, Boram mengangguk. Entah dia keenakan dipeluk atau lupa dengan posisi mereka. Boram memeluk tasnya di depan dada dengan telapak tangan kanannya menyetuh dada cowok itu tepat di area jantung. "Bibir gue jangan dilihatin terus seperti itu, Mbak. Bahaya."Boram kelabakan dan langsung melepaskan diri dengan salah tingkah. "Sori," ucapnya pelan.Cowok itu terkekeh pelan, menyisir rambutnya ke belakang dengan jari, memperhatikan setiap gerakan Boram yang merapikan baju serta rambutnya. Boram tersenyum tulus, "Makasih banyak ya,Dek."Samudra mendelik, nampak tidak terima dengan panggilan itu. "Samudra,
Read more

JANDA - 03

Boram sedang melipat mukena yang baru saja digunakannya saat melihat ke arah luar Musala di mana Samudra sedang duduk di salah satu bangku sekolah sambil merokok. Boram menghela napas, mengambil tasnya dan keluar. Samudra yang melihatnya langsung berdiri, mematikan rokoknya dan menghampirinya."Sudah,Mbak?""Kamu muslim? Nggak sholat?"Samudra tersenyum, "Gue jarang sholat mbak. Gue akan sholat kalau niat bukan untuk pencitraan di depan mbak."Boram menggelengkan kepala, berjalan keluar dari area Musala melewati deretan pohon teduh hijau yang ada di sepanjang koridor diikuti oleh Samudra di sampingnya."Kenapa juga kamu harus melakukan pencitraan seperti itu?"Samudra menoleh, "Memangnya apalagi, selain ingin di pandang sebagai cowok taat beragama sama perempuan."Boram tertawa sesaat sebelum kembali diam. Mereka melewati aula sekolah untuk mencapai tempat parkir dan keluar melewati gerbang yang sudah sepi menuju ke halte."Maaf ya mbak, gue nggak punya motor. Jadi kita naik bus aja."
Read more

JANDA - 04

Segala sesuatu yang dilakukan untuk pertama kalinya biasanya menimbulkan efek getar-getar syahdu di jantung, tangan berkeringat dan terasa dingin, bolak-balik kamar mandi dan menatap pantulan kaca paling tidak lima menit sekali memastikan penampilan rapi. Sejenis inilah gugup yang saat ini di alami oleh Boram. Wajar kalau dia gugup di hari pertamanya mengajar meskipun Boram bukanlah orang baru di dunia pendidikan. Di kampungnya dulu, dia seorang guru matematika untuk anak unyu-unyu berseragam putih merah tapi yang akan di hadapinya hari ini kan lain karena mereka sudah nggak ada unyu-unyunya sama sekali. Bisa menakutkan dan anarkis di saat bersamaan. Boram bolak balik mengecek arlojinya sejak satu jam yang lalu, memastikan buku-buku yang akan di bawanya tersusun rapi di atas meja. "Saya lihat dari tadi sepertinya Bu Boram gelisah. Cerita saja sama saya, siapa tahu saya bisa membantu."Boram menoleh, melihat Pak Reihan yang mengampirinya. "Saya hanya sedikit gugup Pak. Tidak apa-apa
Read more

JANDA - 05

Dari pada menatap semangkok bakso yang masih mengepul panas di depannya, Boram lebih memilih memandangi sang guru olahragawan seksi – Reihan – yang sibuk memotong pentolan bakso menjadi beberapa bagian. Menatap otot tangannya yang menonjol kekar bergerak-gerak seirama dengan kegiatannya memotong. Menatap betapa seriusnya si seksi sibuk dengan baksonya. Menatap bagaimana wajah tampan itu menampilkan ekspresi menggemaskan. Saat Pak Reihan mengangkat sendok berisi mie dan pentolannya yang sudah berbentuk kecil itu mendekat ke mulutnya, Boram menatapnya tanpa kedip. Dilahapnya dalam sekali bukaan mulut, mengunyahnya nikmat lalu manik mata itu menemukan keterkesimaan Boram. Seulas senyum macho nampak di sudut bibir yang masih sibuk mengunyah itu.O EM GI. "Dimakan baksonya Bu. Jangan melamun. Nanti kalau baksonya dingin, rasanya jadi nggak enak."Boram gelagapan, reflek mengangguk dan dengan grogi mengambil sebotol kecap di dekat tangan Pak Reihan. Sangking deg-degannya, botol itu sampa
Read more

JANDA - 06

Reihan menghentikan motor besarnya di parkiran cafe yang sedang ramai. Boram turun dan melepas helm yang tadi baru saja di belinya bersama Reihan. Boram melangkah mundur dan mengangkat kepalanya untuk melihat nama cafe yang terpampang jelas di depan bangunan minimalis dua lantai itu seraya memeluk helm pinknya.Black n White Cafe."Cafe ini yang mengelola sahabat saya,Bu. Bukan pemiliknya sih tapi dia yang bertanggung jawab penuh," kata Reihan yang sudah berdiri di samping Boram ketika melihat arah pandangannya lalu mengambil helm pink miliknya dan meletakkannya di atas jok motor."Oh, saya kira mau di ajak nongkrong gitu Pak," kekehnya. Reihan menatap Boram yang langsung panik dan menggeleng, "Saya bercanda kok, Pak. Hehe." Reihan tertawa melihat tingkah kikuknya. Mereka berjalan bersisian masuk ke dalam cafe yang memang nuansanya serba hitam dan putih. Cafe nyaman dan tenang dengan lantunan musik Jazz menggema di seluruh ruangan. Ornamen pendukung cafe yang pas tata letak dan ju
Read more

JANDA - 07

Boram duduk di halte dekat pasar sambil memijit pangkal kakinya yang terasa pegal. Tadi dia sudah bertemu dengan pengelola cafe dan mendapatkan pekerjaan sebagai seorang kasir part time di sana dan bisa mulai bekerja mulai besok setelah pulang mengajar. Boram senang banget karena dengan bantuan Reihan dia bisa cepat mendapat pekerjaan. Setelah dari Cafe, Boram memilih minta di turunkan di pasar tidak jauh dari komplek perumahannya untuk membeli beberapa bahan masakan untuk nanti malam sedangkan Reihan langsung berbalik arah dan pulang. Sekarang Boram merasa lelah setelah memutari pasar membeli banyak bahan masakan. Dua kresek putih besar dan helm pinknya tergeletak di samping tubuhnya.Sialnya, hujan tiba-tiba saja turun dan semakin deras memaksa Boram yang lupa membawa payung harus berteduh di halte. Langit semakin menggelap membuat malam terlihat datang lebih cepat dari seharusnya. Padahal masih jam lima sore.Boram memilih menunggu karena kalau dia nekat sudah bisa dipastikan samp
Read more

JANDA - 08

Samudra menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan menerawang. Seluruh tubuhnya tertutup selimut yang tebal untuk menghalau dingin akibat dari kegiatan hujan-hujanannya tadi. Hanya ada satu nama di dalam kepalanya. Sosok guru matematika yang menarik hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.Sebelum ini Samudra masa bodoh dengan yang namanya perempuan. Entah kenapa Bu Boram berbeda. Dia juga tidak mengerti dengan sikapnya jika sudah berhadapan dengan wanita itu. Yang menarik sejak pertemuan pertama mereka yang membuat Samudra tidak bisa berhenti membayangkannya adalah tatapan matanya.Bulat, hitam, memperdaya tapi terkesan kesepian.Kenapa Samudra bisa tahu karena selam ini dia hidup dengan seseorang yang juga memiliki tatapan mata seperti itu. "Sam, kamu sudah tidur?" Suara di luar kamarnya mengagetkannya."Belum,Mam," suaranya yang serak terasa tidak sampai ke pintu. Namun pintu itu tetap terbuka menampilkan Mama cantiknya yang membawa teh hangat dan obat. "Mama heran..." Ma
Read more

JANDA - 09

Boram keluar dari ruang guru mengarah ke toilet khusus staf sebelum memulai sesi mengajar pelajaran pertama dengan langkah pelan. Bel masuk belum berbunyi, jadi koridor kelas masih ramai dengan para siswa dan siswi yang berdatangan dan mengobrol heboh. Boram tersenyum merasakan semua atmosfir masa muda di sekelilingnya. Betapa menyenangkannya masa-masa SMA yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Semua momen yang lambat laun membentuk pengalaman hidup yang bisa menentukan masa depan dan kedewasaan. Momen kebahagiaan sekaligus kesakitan.Kita berhak menentukan ingin memiliki momen yang seperti apa.Boram berbelok masuk ke dalam toilet yang kosong, melihat sekilas penampilannya yang rapi seperti biasanya di kaca. Kerutan nampak di dahinya, dia mendekat sedikit dan menekan-nekan sembab di area matanya lalu menghela napas. Semalam dia menangis. Rindu dengan Kang Mas Kelana. Ekspresi wajahnya membuatnya terpaku. Terlihat jelas perubahan yang terjadi semenjak Mas Kelana pergi. Boram merasa
Read more

JANDA - 10

Bel istirahat berbunyi nyaring. Bersamaan dengan Boram yang selesai menutup sesi mengajarnya, merapikan tumpukan soal dan jawaban para muridnya yang sudah berhamburan keluar di atas tumpukan buku-buku mengajarnya. "Sam, aku mau ke kantin sama Risa. Kamu titip kerupuk koin seperti biasanya kan?""Hmm." Samudra bergumam. Boram masih sibuk membereskan bawaannya membelakangi kasak kusuk mereka berdua. "Ini duitnya. Tapi ingat, ke sana nggak pake lari ya. Pegangan sama Risa. Awas kedorong-dorong. Suruh aja si Risa yang ngantri. Jangan kamu."Uhh, protective banget sih terus ngomongnya pake aku-kamu lagi, desah Boram."Ishh, Sam bawel. Aku sudah tahu. Ya udah mana sini uangnya. Kamu tunggu ya. Jangan kemana-mana.""Iya."Boram berbalik dengan membawa tumpukan bukunya saat Ratu melintas di depannya seraya tersenyum, "Permisi ya Bu." Boram mengangguk, "Iya."Setelah Ratu berlalu, Boram berusaha untuk tidak mempedulikan tatapan Samudra yang ternyata sudah berpindah duduk di atas mejanya."Mb
Read more
DMCA.com Protection Status