Share

JANDA - 05

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-03 23:38:33

Dari pada menatap semangkok bakso yang masih mengepul panas di depannya, Boram lebih memilih memandangi sang guru olahragawan seksi – Reihan – yang sibuk memotong pentolan bakso menjadi beberapa bagian. 

Menatap otot tangannya yang menonjol kekar bergerak-gerak seirama dengan kegiatannya memotong. Menatap betapa seriusnya si seksi sibuk dengan baksonya. Menatap bagaimana wajah tampan itu menampilkan ekspresi menggemaskan. 

Saat Pak Reihan mengangkat sendok berisi mie dan pentolannya yang sudah berbentuk kecil itu mendekat ke mulutnya, Boram menatapnya tanpa kedip. Dilahapnya dalam sekali bukaan mulut, mengunyahnya nikmat lalu manik mata itu menemukan keterkesimaan Boram. Seulas senyum macho nampak di sudut bibir yang masih sibuk mengunyah itu.

O EM GI. 

"Dimakan baksonya Bu. Jangan melamun. Nanti kalau baksonya dingin, rasanya jadi nggak enak."

Boram gelagapan, reflek mengangguk dan dengan grogi mengambil sebotol kecap di dekat tangan Pak Reihan. Sangking deg-degannya, botol itu sampai terjatuh. Dengan sigap, Boram mengambilnya kembali bersamaan dengan tangan kekar itu yang menbantunya. Kedua tangan mereka bersentuhan. Owww.

Hangat. Seketika wajah Boram rasanya sudah semerah tomat. 

Boram menarik tangannya membiarkan Reihan yang meletakkanya di samping mangkuknya.

"Makasih Pak."

"Sama-sama Bu. Apa anak-anak di kelas tadi membuat ulah? Sepertinya Bu Boram sedang tidak fokus." Reihan menatap seksama Boram yang memilih menyibukkan diri dengan kecapnya. "Aneh. Biasanya kalau pelajaran matematika, mereka anteng."

"Apa karena ada Samudra Pak? Mereka bersikap tenang sih memang. Saya awalnya heran. Tapi tahulah kenapa, pasti takut sama Samudra."

Pak Reihan tertawa. Kembali fokus dengan baksonya. Boram tanpa sadar menghela napasnya.

"Iya. Samudra memang mengancam mereka. Ada gunanya juga sisi berandalnya di kelas."

Boram tertawa menanggapi lalu menatap Reihan serius.

"Dia itu—" Boram meletakkan sendoknya dan melipat lengan di atas meja, "berandalan yang tidak seperti berandalan."

Reihan tersenyum dan mengangguk. Boram merapikan rambutnya yang terjuntai ke belakang telinga.

"Mana ada berandalan yang serius dengan matematika. Duduk di deretan paling depan. Fokus dan tidak teralihkan. Biasanya kan anak-anak berandalan itu masa bodoh Pak."

"Coba aja dekati dia Bu supaya tahu kenapa."

"Jangan ah Pak. Bahaya." 

Boram menyendokkan baksonya masuk ke dalam mulut. Reihan menaikkan alisnya dan menyerumput segelas teh manis sambil menatap Boram. Siang ini mereka berada di kedia bakso depan sekolah. Bukan di kantin tapi di luar area sekolah. Selepas mengajar tadi dia memiliki waktu mengevaluasi hasil soal anak didiknya sampai jam istirahat kedua berbunyi dan tidak menyangka saat Pak Reihan menghampirin. Ternyata ajakannya memang serius.

"Bahaya kenapa?"

Boram menelan makanannya, "Nggak apa-apa Pak."

"Samudra memang berandalan Bu tapi dia tidak akan membahayakan atau mengancam Bu Boram. Tenang saja."

Boram tertawa. Menyendokkan lagi baksonya. Rasanya nikmat kalau makan berdua.

Reihan menyerumput es teh manisnya, "Jadi Bu Boram tinggal sendirian di kota ini?"

Boram mengangguk. "Iya Pak. Mau mencari pengalaman. Siapa tahu memang di sini jadi tujuan akhir saya menetap."

"Nggak takut sendirian Bu?"  

"Ya takut sih tapi mau gimana lagi. Saya menjalaninya pelan-pelan aja."

"Saya salut sama Ibu. Berani merantau sendirian." Boram tersipu. Reihan memperhatikan lekat. Boram deg-degan akut. "Kalau misalnya ada apa-apa Bu, hubungi saja saya. Siap kapanpun di butuhkan. Biar tengah malam sekalipun misalkan ada keadaan darurat."

Boram terkesima. Reihan tersenyum macho. Boram seketika bahagia. 

"Terimakasih Pak. Itu berarti banyak buat saya."

"Sama-sama."

Mereka lalu diam menghabiskan bakso masing-masing. Boram makan sambil senyum-senyum sendiri saat tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Ah ya Pak. Apa Pak Reihan punya info lowongan kerja part time gitu?"

Alis tebal Reihan terangkat. Di letakkannya sendok dan garpu di dalam mangkok bakso yang kosong dan menggesernya menjauh.

"Part time? Buat Bu Boram?"

"Iya. Untuk menghilangkan bosan di rumah. Saya sudah coba nawarin jasa les privat buat anak-anak kompleks tapi untuk hari sabtu-minggu aja. Setelah pulang ngajar, saya bingung mau ngapain lagi."

"Nggak capek Bu?"

"Capek gimana Pak. Saya masih muda, masih kuat kerja."

"Juga masih cantik."

Boram langsung merona. Reihan berdeham dan tersenyum, "Saya carikan nanti Bu. Mungkin adanya di cafe atau restoran gitu nggak apa-apa ya?"

"Nggak apa-apa Pak. Yang penting halal."

Reihan tertawa dan mengangguk. "Oke."

"Makasih Pak."

"Sama-sama Bu. Habiskan baksonya. Kalau mau nambah lagi boleh kok.”

Boram menggeleng dan tertawa. "Saya sudah kekenyangan Pak.

Boram ingin memuji kebaikan Reihan, tapi ucapannya menggantung di sudut lidah saat di lihatnya di luar kedai bakso, seorang cowok memakai hoodie dan slayer menutupi separuh wajahnya berdiri di jalan masuk kedai memperhatikan Boram.

Reihan yang posisinya membelakangi tidak melihat apa yang Boram lihat. Hanya lima menit pandangan mereka beradu, cowok itu berbalik pergi dan menghilang. Bukan masuk ke dalam area sekolah tapi menjauh dari sana. Boram berniat berdiri tapi tidak jadi. 

Samudra?

***

Sudah sejak setengah jam setelah bel pulang sekolah berbunyi, Boram masih saja nampak gelisah memandangi pintu ruang guru. Menunggu seseorang datang menghadapnya. Diedarkan pandangan ke sekitarnya dan melihat masih ada beberapa guru yang sibuk dengan lembaran soal siswa. Boram menatap mejanya sendiri yang sudah bersih hanya terdapat tas kerjanya.

Boram merapikan rambutnya dan melihat lagi jam di tangannya seraya menghela napas. Saat diyakin Samudra tidak akan datang memenuhi panggilannya, dia berdiri dan mengamit tas kerjanya bersamaan dengan kedatangan Reihan ke dalam menuju pantry di sudut ruangan tapi langkahnya terhenti saat melihat Boram.

"Loh Bu, belum pulang?"

Boram berjalan pelan menghampiri, "Ini baru mau pulang Pak. Duluan ya Pak Reihan."

Reihan menahan langkah Boram, "Kebetulan.Tungguin saya kalau gitu Bu. Biar saya antar. Sekalian ada yang ingin saya beritahu. Bagaimana?"

Boram mengerjapkan matanya, "Nggak usah Pak. Nanti merepotkan."

"Nggak Bu. Saya mau ajak ke sesuatu tempat dulu."

Boram terdiam dengan berbagai macam prasangka indah. Mau di ajak nonton bioskop kah? Atau kencan di kedai es krim?

"Mau kemana ya Pak?"

Reihan membereskan mejanya yang terletak di bagian depan tidak jauh dari posisi Boram berdiri seraya tersenyum.

"Nanti Bu Boram tahu sendiri. Atau—" Reihan menghentikan gerak tangannya dan menatap seksama Boram yang terdiam. "Bu Boram sudah punya acara lain setelah ini?"

Boram reflek menggeleng. Terlalu bersemangat malah.

"Nggak Pak. Saya kan sudah bilang kalau setelah pulang ngajar, nggak punya kerjaan lain." 

Reihan mengangguk, mengambil kunci dari laci mejanya dan menarik jaket kulitnya. 

"Ayo Bu."

"Iya Pak."

Mereka berjalan bersisian menuju ke area parkir khusus motor dan Boram memilih berdiri diam di dekat pintu gerbang menunggu dan memperhatikan Reihan mengeluarkan motor besarnya yang nampak gagah. Seperti orangnya. Untung saja hari ini dia memakai celana dan membawa flatshoesnya. Meskipun nggak ada acara lari-larian lagi bersama Samudra tapi berguna untuk naik ke gonjengan motor besar itu. 

Boram memperhatikan lekat Pak Reihan yang memakai jaketnya, mengancingkannya sampai ke area leher lalu mengambil helm fullfacenya seraya menggerakkan kepalanya agar rambut undercutnya semakin berantakan, menyisirnya ke belakang dengan satu tangan dan memakai helmnya.

Boram seakan menatap Valentino Rossi di depan sana. Tanpa kedip dengan efek slow motion.

"Ayo Bu, naik." 

Entah sejak kapan motor dengan si Valentino Rossi versi KW nya sudah berada di depannya. Boram gelagapan dan mengangguk.

"Ah, iya Pak." Boram berputar ke sisi satunya. "Besar ya Pak motornya." 

Reihan terkekeh seraya menoleh ke belakang saat tangan Boram berpegangan di pundaknya untuk bisa naik ke atas. "Biar sesuai dengan orangnya Bu. Besar."

"Oke Bu. Sudah dapat posisi enak? Kita pergi sekarang ya?" 

"Iya Pak. Jangan laju-laju ya Pak."

Reihan mengacungkan jempolnya ke belakang bersamaan dengan suara gas yang di tarik sangar dan motor melaju keluar dari area parkir menuju ke jalan besar di depan. Otomatis tubuh Boram langsung melesak ke depan seakan ingin menempel pada punggung lebar itu. 

Motor berbelok ke jalan besar melewati halte bus dan saat itu entah kenapa Boram menolehkan kepalanya ke arah sana dengan rambut yang berkibar-kibar dan terkejut menemukan Samudra duduk diam di sana. Cowok itu berdiri saat melihatnya dan menatapnya datar. Boram tidak bisa mengalihkan pandangan sampai sosok di halte itu mengecil dan tidak terlihat lagi.

Boram menatap lurus ke depan dengan berbagai macam pertanyaan, apa Samudra menunggunya di sana?

***

Komen (3)
goodnovel comment avatar
icher
makin penasaran deh aku
goodnovel comment avatar
Safiiaa
makin seruuuu...
goodnovel comment avatar
Meriatih Fadilah
semakin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 06

    Reihan menghentikan motor besarnya di parkiran cafe yang sedang ramai. Boram turun dan melepas helm yang tadi baru saja di belinya bersama Reihan. Boram melangkah mundur dan mengangkat kepalanya untuk melihat nama cafe yang terpampang jelas di depan bangunan minimalis dua lantai itu seraya memeluk helm pinknya.Black n White Cafe."Cafe ini yang mengelola sahabat saya,Bu. Bukan pemiliknya sih tapi dia yang bertanggung jawab penuh," kata Reihan yang sudah berdiri di samping Boram ketika melihat arah pandangannya lalu mengambil helm pink miliknya dan meletakkannya di atas jok motor."Oh, saya kira mau di ajak nongkrong gitu Pak," kekehnya. Reihan menatap Boram yang langsung panik dan menggeleng, "Saya bercanda kok, Pak. Hehe." Reihan tertawa melihat tingkah kikuknya. Mereka berjalan bersisian masuk ke dalam cafe yang memang nuansanya serba hitam dan putih. Cafe nyaman dan tenang dengan lantunan musik Jazz menggema di seluruh ruangan. Ornamen pendukung cafe yang pas tata letak dan ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 07

    Boram duduk di halte dekat pasar sambil memijit pangkal kakinya yang terasa pegal. Tadi dia sudah bertemu dengan pengelola cafe dan mendapatkan pekerjaan sebagai seorang kasir part time di sana dan bisa mulai bekerja mulai besok setelah pulang mengajar. Boram senang banget karena dengan bantuan Reihan dia bisa cepat mendapat pekerjaan. Setelah dari Cafe, Boram memilih minta di turunkan di pasar tidak jauh dari komplek perumahannya untuk membeli beberapa bahan masakan untuk nanti malam sedangkan Reihan langsung berbalik arah dan pulang. Sekarang Boram merasa lelah setelah memutari pasar membeli banyak bahan masakan. Dua kresek putih besar dan helm pinknya tergeletak di samping tubuhnya.Sialnya, hujan tiba-tiba saja turun dan semakin deras memaksa Boram yang lupa membawa payung harus berteduh di halte. Langit semakin menggelap membuat malam terlihat datang lebih cepat dari seharusnya. Padahal masih jam lima sore.Boram memilih menunggu karena kalau dia nekat sudah bisa dipastikan samp

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 08

    Samudra menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan menerawang. Seluruh tubuhnya tertutup selimut yang tebal untuk menghalau dingin akibat dari kegiatan hujan-hujanannya tadi. Hanya ada satu nama di dalam kepalanya. Sosok guru matematika yang menarik hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.Sebelum ini Samudra masa bodoh dengan yang namanya perempuan. Entah kenapa Bu Boram berbeda. Dia juga tidak mengerti dengan sikapnya jika sudah berhadapan dengan wanita itu. Yang menarik sejak pertemuan pertama mereka yang membuat Samudra tidak bisa berhenti membayangkannya adalah tatapan matanya.Bulat, hitam, memperdaya tapi terkesan kesepian.Kenapa Samudra bisa tahu karena selam ini dia hidup dengan seseorang yang juga memiliki tatapan mata seperti itu. "Sam, kamu sudah tidur?" Suara di luar kamarnya mengagetkannya."Belum,Mam," suaranya yang serak terasa tidak sampai ke pintu. Namun pintu itu tetap terbuka menampilkan Mama cantiknya yang membawa teh hangat dan obat. "Mama heran..." Ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 09

    Boram keluar dari ruang guru mengarah ke toilet khusus staf sebelum memulai sesi mengajar pelajaran pertama dengan langkah pelan. Bel masuk belum berbunyi, jadi koridor kelas masih ramai dengan para siswa dan siswi yang berdatangan dan mengobrol heboh. Boram tersenyum merasakan semua atmosfir masa muda di sekelilingnya. Betapa menyenangkannya masa-masa SMA yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Semua momen yang lambat laun membentuk pengalaman hidup yang bisa menentukan masa depan dan kedewasaan. Momen kebahagiaan sekaligus kesakitan.Kita berhak menentukan ingin memiliki momen yang seperti apa.Boram berbelok masuk ke dalam toilet yang kosong, melihat sekilas penampilannya yang rapi seperti biasanya di kaca. Kerutan nampak di dahinya, dia mendekat sedikit dan menekan-nekan sembab di area matanya lalu menghela napas. Semalam dia menangis. Rindu dengan Kang Mas Kelana. Ekspresi wajahnya membuatnya terpaku. Terlihat jelas perubahan yang terjadi semenjak Mas Kelana pergi. Boram merasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 10

    Bel istirahat berbunyi nyaring. Bersamaan dengan Boram yang selesai menutup sesi mengajarnya, merapikan tumpukan soal dan jawaban para muridnya yang sudah berhamburan keluar di atas tumpukan buku-buku mengajarnya. "Sam, aku mau ke kantin sama Risa. Kamu titip kerupuk koin seperti biasanya kan?""Hmm." Samudra bergumam. Boram masih sibuk membereskan bawaannya membelakangi kasak kusuk mereka berdua. "Ini duitnya. Tapi ingat, ke sana nggak pake lari ya. Pegangan sama Risa. Awas kedorong-dorong. Suruh aja si Risa yang ngantri. Jangan kamu."Uhh, protective banget sih terus ngomongnya pake aku-kamu lagi, desah Boram."Ishh, Sam bawel. Aku sudah tahu. Ya udah mana sini uangnya. Kamu tunggu ya. Jangan kemana-mana.""Iya."Boram berbalik dengan membawa tumpukan bukunya saat Ratu melintas di depannya seraya tersenyum, "Permisi ya Bu." Boram mengangguk, "Iya."Setelah Ratu berlalu, Boram berusaha untuk tidak mempedulikan tatapan Samudra yang ternyata sudah berpindah duduk di atas mejanya."Mb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 11

    Samudra menggendongnya erat dan meletakkannya di sandaran jok yang sedikit dia landaikan agar Ratu yang merintih merasa nyaman. "Kamu baru ditinggal sebentar kenapa bisa jatuh sih?" Gerutunya.Samudra mundur dan menoleh ke Risa, "Ris, lo bawa tasnya Ratu ya. Nanti gue ambil."Risa mengangguk. Samudra segera menutup pintu mobil dan berlari ke kursi kemudi. Tangannya bergetar karena panik menghidupkan mesin mobil. Di lihatnya sekilas Ratu yang mengeluarkan darah dari hidungnya. Samudra mengambil tisu dan menekan, membersihkan noda merah itu. Ratu mengambil alih tisu itu untuk menahan darahnya yang keluar.Samudra memegang kemudi dan menjalankan mobil canggih itu keluar dari area parkir. Sekilas, dari kaca spion luar, Samudra melihat sosok pujaan hatinya berdiri memandangi ke arahnya dengan ekspresi aneh. Samudra menghela napas dan berbelok, keluar dari sekolah.Prioritasnya saat ini hanya Ratu. Sam berkonsentrasi pada jalanan dengan tangan kiri yang mengotak atik sesuatu di perangkat el

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 12

    Boram sudah memutuskan kalau Black n White Cafe ini menjadi cafe favoritnya. Desain interior dan suasananya membuat pangunjung merasa nyaman duduk berjam-jam sambil mengobrol atau sekedar mengerjakan tugas di depan laptop. Harga makanan yang ada bisa dibilang masih dalam standar. Murah dan enak. Dengan aneka menu hidangan dari makanan ringan sampai yang berat. Semuanya recomended.Boram sudah berada di balik meja kasir selama tiga jam. Langit di luar sudah menggelap dan bagian dalam cafe berubah menjadi lebih romantis lagi. Cantik dengan hiasan lampion dan lilin hias. Hanya di bagian indoor karena untuk outdoor tetap dibiarkan terang. Seakan-akan ada dua dimensi di cafe ini.Yang lebih keren lagi, setiap malam akan ada penampilan live music. Entah itu band indie atau penyanyi cafe yang memang sering tampil di sini. Boram sudah tidak sabar untuk melihatnya. Fix, Boram suka banget cafe keren ini dan dia yakin akan betah bekerja sesuai dengan yang dikatakan oleh Pak Rei. Bosnya juga ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 13

    Boram sudah bersiap untuk pulang karena shiftnya hanya sampai jam sembilan malam. Akan ada pegawai lelaki lain yang menggantikan sampai cafe tutup jam 1 malam nanti. Boram mengambil tas dan memakai jaket jeansnya. Keket sudah pulang duluan di jemput sama mas bojonya jadi Boram berada sendirian di ruang ganti. Setelah menutup pintu lokernya, Boram berjalan melewati dapur mengarah ke pintu samping, pintu khusus pegawai. Dia akan keluar lewat sana. Hal pertama yang menyambutnya ketika dia membuka pintu adalah angin malam yang berhembus kencang. Parkiran nampak sepi tapi tidak gelap karena penerangan di sana cukup terang. Boram merapatkan jaket dan memakai tudungnya berjalan pelan mengarah ke halte bus di pinggir jalan besar.Baru berjalan beberapa langkah, lengannya di tarik seseorang dari belakang hingga tubuhnya berputar. Samudra tersenyum di sana. “Jangan pulang sendirian Mbak, sama aku aja.” “Kamu sudah selesai nyanyinya?” “Sudah. Biar digantikan yang lain.” Boram mengangguk, me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07

Bab terbaru

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 124

    Sebulan kemudian,Area keberangkatan International Soekarno Hatta.“Tolong, berjanjilah pada kami untuk merawatnya dengan baik.”Boram menahan tangisannya saat meminta dengan sungguh-sungguh pada Nindy yang menggendong Mutia.Nindy tersenyum. “Aku berjanji,Boram. Aku akan membesarkannya dengan baik. Kalian bisa mengunjungi kami kapanpun ke Rusia. Kami akan selalu menerima kalian dengan baik.”“Iya.”Boram mengamgguk. Nina dan suaminya yang seorang warga Rusia akhirnya mengajukan diri menjadi wali sah Mutia dan akan membesarkannya di tempat tinggal mereka seperti pesan yang ditinggalkan Nina. Boram yang sudah menganggap Mutia seperti anak kandungnya itu begitu berat melepas Mutia.“Mama..” Mutia mengulurkan tangan ingin di gendong Boram yang langsung mengambil alih. Boram memeluknya dengan erat dan menciumi wajahnya dengan sayang. Sebentar lagi mereka akan berpisah dan Boram merasa sangat sedih, Setelah Boram gantian Sam yang memberikan pelukan terakhir untuk Mutia dan kemudian mengem

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 123

    Sam dan Boram saling berangkulan di depan makan Nina yang satu jam lalu baru saja dikuburkan. Boram masih tidak percaya bahwa takdir Nina akan jadi seperti ini padahal dia adalah orang yang baik. Tadi pagi mereka mendapatkan telepon dari pihak rumah sakit yang mengabarkan kalau Nina kembali kritis dan Sam langsung buru-buru ke sana sementara Boram harus menunggu Mbak Ina dulu. Sampai sana ternyata Sam sudah terkulai sedih dan mengatakan kalau Nina tidak bisa diselamatkan lagi karena pendarahan di otaknya. Boram langsung menangis histeris karena dia teringat dengan Mutia yang dia tinggalkan dengan buru-buru tadi.Meskipun dia masih memiliki ayah, tapi Reno tidak bisa menjaga anaknya sendiri karena saat ini berada di penjara."Sayang..."Sam menarik lamunan Boram membuatnya menoleh. "Ayo,kita pulang dan lihat keadaan Mutia."Boram mengangguk, teringat lagi dengan tangisan Mutia saat memeluk Ibunya untuk terakhir kalinya tadi sebelum dikuburkan. Kakak kandung Nina juga belum bisa ditemuk

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 122

    "Sam..." Sam menoleh saat mendengar panggilan dari balik punggungnya dan menemukan Boram menghampirinya dengan wajah panik dan khawatir. "Apa yang terjadi sebenarnya?""Rumit,sayang." Sam memeluk Boram dengan erat, berdiri berdua tidak jauh dari ruang operasi."Kita fikir keadaan sudah menjadi lebih baik tapi ternyata masih ada yang mencoba untuk membahayakan Nina.""Apa maksudmu?"Sam menghela napas panjang, membawa Boram duduk di kursi tunggu dan mulai memberikan penjelasan."Istri kedua Reno sengaja menabrak mobil Nina hingga terpelanting dan terbalik menghantam pembatas jalan." Boram kaget seraya menutup mulutnya. "Anita, wanita itu sudah diamankan dan sekarang kita hanya bisa menunggu sambil berdoa. Bagaimana dengan Mutia?""Saat aku tinggalkan tadi dia sedang tidur dan dijaga sama Mbak Ina."Sam mengangguk, kembali menatap pintu ruang operasi karena luka yang di dapat Nina di kepala cukup serius. Sam berharap Nina bisa sembuh karena Mutia masih membutuhkannya."Semoga saja dia

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 121

    Sidang kedua Nina selesai dengan lancar. Seminggu setelahnya Sam mengajak Boram untuk menunaikan ibadah Umrah dan akan dilanjutkan dengan jalan-jalan ke beberapa negara Timur Tengah selama tiga minggu. Setelah menempuh perjalanan panjang dan sampai di kota Madinah, semua rasa lelahnya terbayarkan saat melihat istrinya yang cantik menggunakan hijab. Mereka khusyuk beribadah dan Sam menumpahkan semua doa dan harapannya selama ini di depan Ka’bah untuk keberkahan hidupnya ke depan dan kebahagiaan dunia akhirat. Sam juga meminta skenario terbaik untuk rumah tangga mereka yang belum dikaruniai seorang anak. Berharap, doa-doa dan harapannya agar dikabulkan Tuhan. “Kenapa tidak dari dulu saja kita ke sini ya, sayang?” Sam menoleh, menatap wajah sendu istrinya yang menatap lurus ke depan di mana Ka’bah berada. Saat ini mereka sedang duduk santai tidak jauh dari Ka’bah hanya untuk sekedar duduk sembari berdoa dan membaca Al Qur’an. “Semua sudah ditakdirkan, sayang. Sekaranglah momen kita ja

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 120

    Setelah masa pemulihan selama seminggu dan keadaannya sudah membaik, Boram menjalani hari-harinya seperti biasa. Dia sadar tidak bisa terus terlarut dalam kehilangan hingga membuatnya terus merasa sedih. Waktu terus bergulir dan Boram akan menjadikan yang dia lewati itu sebagai sebuah pembelajaran. Kedepannya dia bertekad untuk mulai hidup sehat begitu juga dengan Sam, menghabiskan waktu berdua entah di rumah atau jalan-jalan dan lebih hati-hati lagi dalam bertindak.Sudah berlalu dua minggu sejak sidang pertama Nina di gelar yang hasilnya cukup baik dan memiliki harapan ke depannya, Boram mengajak Nina membawa Mutia untuk jalan-jalan ke mall.Saat ini mereka sedang berada di salah satu restoran steak di dalam mall untuk makan siang.“Kita harus lebih sering jalan-jalan deh ke depannya,” ujar Boram, menyuapi Mutia kentang halus yang dimakan gadis kecil itu dengan bersemangat. “Sepertinya Mutia senang sekali bisa melihat-lihat ke ramaian.”Nina mengangguk. “Kita bisa atur jadwal kapanp

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 119

    Rasanya ada yang terasa kosong di hati Boram. Setelah sadar dari pengaruh bius pasca operasi kuret, Boram lebih banyak melamun sembari mengelus perutnya. Masih belum menyangka dengan apa yang telah dia alami saat ini. Bagaimana bisa, dia tidak menyadari sama sekali kehadiran calon bayi yang sudah ada di dalam perutnya sementara dia tidak henti-hentinya berharap keajaiban itu ada. Dia merasa sedang menyesali sesuatu tapi tidak ada yang bisa dia lakukan lagi. Tuhan sudah mengambil kembali sesuatu yang sejak awal memang bukan miliknya. “Boram, makan dulu yuk.” Boram tersenyum lemah sembari menggeleng pada Jenna di sampingnya yang baru saja mengambil alih makan siang yang di antarkan pegawai rumah sakit. “Jangan seperti itu. Kamu tetap butuh makan.” “Rasanya aku malas sekali melakukan apa-pun.” Jenna menghela napas, merapikan rambut Boram dengan senyuman hangat. “Kamu tidak kasihan dengan Samudra?” Boram terdiam, Suaminya tadi pulang sebentar ke rumah saat Jenna datang untuk membant

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 118

    “Mutia, kamu ngegemesin banget sih.”Boram nampak senang setelah memakaikan gaun pink berenda untuk Mutia selepas mandi sore karena niatnya setelah ini adalah mengajak Mutia jalan-jalan ke taman dekat komplek.“SiniTante cium dulu. Pasti harum banget.”Mutia tertawa di dalam pelukan Boram hingga membuatnya geli dan ingin melepaskan diri. Boram semakin lama semakin sayang dengan Mutia dan mulai memperlakukannya seperti anak sendiri meskipun kenyataannya begitu pahit. Namun, untuk dirinya sendiri, kehadiran Mutia membawa kegembiraan tersendiri untuknya.“Bu Boram, cemilan sama strollernya sudah siap di bawah.”Boram menoleh dan tersenyum pada Bik Umang, tukang masak di rumah Nina yang usianya sudah lanjut tapi masih giat bekerja. “Oke, Bik. Sebentar lagi kami turun ke bawah.”Boram memakaikan pita di rambut Mutia yang sudah diikat dua kanan dan kiri dengan senyuman puas lalu menggendongnya untuk turun. Sampai di bawah bik Umang menungggu sembari memegang stroller Mutia dan membantu Bor

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 117

    Sam yang sedang sibuk dengan pekerjaannya di depan laptop yang menyala,melirik sekilas seseorang yang masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu dan mendengkus setelahnya.“Harap ketok pintu dulu sebelum masuk.”Laki-laki yang sudah masuk ke dalam ruangannya itu berhenti melangkah, mundur beberapa jengkal untuk kembali mengetuk pintu sembari tertawa dan masuk ke dalam.“Serius banget.” Sam menyandarkan punggungnya, meladeni laki-laki di depannya itu. “Ngopi yuk.”“Bukannya kamu lagi honeymoon ya? Kok cepat banget pulangnya.”Akmal, salah satu sahabatnya di sekolah dulu selain Alka tersenyum sumringah membuat Sam menaikkan alisnya heran.“Buat apa lagi honeymoon kalau istriku ternyata sudah positif hamil.”“Hah?” Sam cengok, menghitung dalam hati usia pernikahan Akmal dan Lili yang baru berlangsung hampir dua bulan itu. “Seriusan? Cepat banget. Lili enggak kamu buntingin duluan kan?”Akmal yang seorang anggota polisi itu mengepalkan tangannya. “Enak saja!” Akmal duduk di

  • NONA JANDA TERJERAT BERONDONG   JANDA - 116

    Sehari setelah insiden, Nina diperbolehkan pulang. Keadaannya sudah baik-baik saja dan ada beberapa polisi yang berjaga di sekitar rumah Nina agar kejadian sebelumnya tidak terulang lagi. Sam masih melakukan penyelidikan dan pengawasan terhadap kasus Nina di mana Reno, suaminya itu masih dalam status buron. Sementara Boram setiap pulang sekolah punya kegiatan baru jika sedang tidak ada jadwal mengajar les yaitu mampir ke rumah Nina untuk bermain dengan Mutia. “Mbak, saya tidak mau merepotkan sampai harus datang jauh-jauh ke sini,” ujar Nina suatu hari.“Tidak. Aku ini setelah pulang ke rumah kalau tidak ada jadwal les ya pengangguran. Terlebih jika Sam sedang menangani suatu kasus di mana dia lebih banyak lembur. Aku kadang suka main di tempat sahabatku dan bermain bersama anaknya. Jadi, kamu tidak usah khawatir.” Boram mencoba menjelaskan. “Atau kamu merasa kurang nyaman kalau aku datang terus?”Nina reflek langsung membantah. “Tentu saja tidak. Aku sangat berterima kasih tapi taku

DMCA.com Protection Status