Share

Menjinakkan Istri Tantrum
Menjinakkan Istri Tantrum
Penulis: sherina vellyn

Kepala Pria di Antara Dua Kaki

“Ahn...”

Magnus mengerutkan alisnya ketika berdiri di depan pintu suatu ruangan. Dia meraih gagang pintu ruangan tersebut dan memutarnya untuk membuka pintu hingga isi ruangan terlihat olehnya.

Seorang gadis yang tengah melebarkan kakinya di kursi langsung terperanjat kaget dan menoleh ke pintu. Pria yang kepalanya berada di antara kedua kakinya langsung terangkat dan melihat ke pintu bersama gadis itu.

“Aku ingin bicara dengannya berdua, keluar!” Magnus menatapi pria itu yang langsung bangkit.

Cressa, gadis yang hampir meraih puncaknya itu hanya bisa menghela nafasnya sambil memperbaiki rok dan caranya duduk. Wajahnya memerah, antara karena kegiatan panas yang dia lakukan sebelumnya atau justru karena malu baru saja dipergoki oleh tunangannya.

“Apa yang kau inginkan?” Cressa menatap ke arah lain, jelas malu atas tindakannya barusan.

“Bukankah keluarga Montgomery yang terhormat tidak mengizinkan aktivitas seperti itu sebelum menikah?” ejek Magnus sambil berdiri tegap di depan meja Cressa.

Magnus menatapi Cressa yang masih berusaha memperbaiki roknya. Dia melirik nama Cressida Montgomery yang tertera di mejanya.

“Langsung ke intinya saja, apa yang kau inginkan?” Cressa menatapi pria yang bersamanya barusan, tersenyum ringan ke arah pria yang menghilang setelah melewati pintu ruangannya.

“Aku sebenarnya hanya ingin mengecek keadaanmu di sini. Kelihatannya kau bahkan belum mengerjakan tugas ringan yang diberikan kakakmu. Dia benar soal kau membutuhkanku.” Magnus menatapi meja kerja Cressa yang berantakan.

“Aku membutuhkan waktu. Apa menurutmu mudah menemukan negara yang memiliki peluang besar dalam pengembangan—”

“Dan kau menyia-nyiakan waktumu untuk bersenang-senang dengan pria asing?” potong Magnus.

Cressa menghela nafasnya. “Aku bekerja lebih baik dan lebih fokus setelah aku melepaskan oksitosin. Sekarang keluar dari ruanganku! Kau tidak berhak masuk tanpa izin seperti itu!”

Magnus memutar matanya. Dia kemudian berjalan ke belakang meja Cressa, di mana Cressa hanya duduk di tempat duduknya sambil merapatkan kakinya.

Cressa menatap Magnus dengan sedikit tegang saat pria itu berada tepat di depannya.

“Begitukah? Sangat disayangkan pria itu sekarang sudah pergi meninggalkanmu. Tapi tidak apa, aku ada di sini untuk menuntaskan tugas pria itu yang belum selesai,” ucap Magnus seraya memberikan sentuhan halus di ujung jarinya pada lutut Cressa.

“Apa yang kau lakukan?” Cressa menatap Magnus dengan tatapan tajam.

“Membantumu agar fokus bekerja. Kau harus bekerja dengan baik. Aku tidak mau mengajarimu cara mengelola perusahaan dengan baik jika kau sendiri tidak bisa menyelesaikan tugas semudah yang telah diberikan kakakmu.” Magnus berdiri di sisi kursi yang diduduki Cressa.

Cressa menatapi tangan Magnus yang semakin berani naik perlahan dari lututnya ke pahanya. Ujung jemarinya yang lentik itu menyapu halus pahanya, membuat nafasnya memberat perlahan-lahan.

Cressa menahan nafasnya saat jemari Magnus menyingkap roknya. Dia tak bisa menolak ini, tubuhnya sudah hampir mencapai pelepasan sebelumnya, dan Magnus menghentikannya. Dia harus membuat Magnus membayar perbuatannya dengan membantunya meraih pelepasan lainnya.

Tangan Magnus sudah menyusup ke rok Cressa dan membuat Cressa menggigit halus bibir bawahnya saat merasakan ujung jemari Magnus mengusap halus bagian paha dalamnya.

“Kau menyukainya? Kau terkena kutukan atau semacamnya yang membuatmu harus melakukan ini agar fokus bekerja? Kau benar-benar tak pernah gagal dalam mengejutkanku,” bisik Magnus.

Cressa langsung menahan pergelangan Magnus dengan kedua tangannya. Cressa meneguk ludahnya. Dia tidak bisa menolak permainan Magnus, dia sadar itu.

“Jangan memasukkan jemarimu, aku masih perawan. Hanya sentuhan,” pinta Cressa.

Magnus mengangkat alisnya, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Cressa.

“Kau? Perawan? Aku meragukan perkataanmu.”

“Sungguh.” Cressa menatap ke arahnya dengan sedikit menengadah, untuk meyakinkan Magnus.

Magnus akhirnya hanya mendecak dan menganggukkan kepalanya untuk mengikuti permintaan Cressa. Yang berakhir dengan dia menenggelamkan wajahnya di antara kaku Cressa.

Cressa bergerak gelisah, tangannya berusaha meraih apa pun untuk menjadi pegangan baginya. Hingga dia memegangi rambut Magnus, meremasnya untuk mencari pelampiasan.

***

“Sial...” Cressa menutup wajahnya, mengumpat dengan penuh rasa malu karena terbuai.

Magnus terlalu halus dalam bertindak, membuat lawannya selalu lengah dalam menghadapinya dan mendapatkan keuntungan dari lawannya yang tengah lengah. Itu membuat Cressa mendecak kesal dan marah. Dia merasa dipermalukan oleh Magnus.

Tidak, dia telah mempermalukan dirinya sendiri dengan kepergok olehnya bersama pria lain dan Magnus mengambil kesempatan dari dirinya yang tengah dalam keadaan lengah dan sensitif.

“Ada apa, Nona?” tanya sopir yang tengah menyetir untuknya.

“Tidak ada. Langsung ke rumah kakakku saja. Magnus akan di sana. Aku harus tahu apa yang akan dia bahas bersama Serenia.” Cressa menghela nafasnya.

“Tuan Magnus adalah orang yang luar biasa.”

“Apa bagusnya dia? Dia berasal dari keluarga yang sedang diselidiki karena kasus korupsi. Aku yakin dia sedang berusaha mencari kesempatan lewat kakakku yang sedang sakit sampai membuat kakakku setuju menjadikan dia bagian dari keluarga ini. Mungkin dia ingin panjat sosial.”

“Meski begitu, Tuan Magnus adalah orang yang kompeten. Tanpa Tuan Magnus setahun belakangan ini, Montgomery mungkin sudah bangkrut.”

Cressa menghela nafasnya sambil menatap keluar jendela mobil. Pernikahan yang akan terjadi di antara dia dan Magnus bukanlah keinginannya, melainkan kakaknya. Untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan tahun lalu, dia merekrut Magnus dan membuat kesepakatan dengannya.

Magnus menunggunya lulus kuliah untuk menikah. Dia baru pulang dari menuntut ilmu bulan lalu dan dia akan segera menikah dalam dua minggu lagi.

“Dia menyelamatkan Montgomery pasti karena dia ingin mendapatkan keuntungan besar.”

Cressa memejamkan matanya sesaat.

Begitu tiba di rumah kakaknya, Cressa menatapi mobil asing di tempat parkir.

“Itu bukan mobilnya Magnus.” Cressa mengerutkan alisnya.

Cressa berjalan dan menatapi kakak iparnya yang sedang bersama wanita lain. Melihat betapa beraninya kakak iparnya selingkuh di rumah kakaknya, Cressa langsung berjalan cepat ke arah mereka.

Cressa menatapi mereka yang sekarang bermesraan, saling bersandar di dekat kolam. Cressa tanpa mengatakan sesuatu, Cressa langsung mendorong keduanya ke kolam tersebut. Tak jauh dari Cressa berdiri, ada papan peringatan yang mengatakan kalau kolam tersebut dihuni oleh seekor hiu putih besar.

Sementara itu, Magnus menatapi mobil yang dia kenali sudah terparkir di sana, dia bisa memastikan kalau Cressa sudah tiba lebih dulu. Magnus keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam.

Magnus menatapi Cressa yang sedang menyilangkan tangannya di dekat kolam hiu. Dan dua orang yang sedang panik untuk naik ke daratan hanya ditatap Cressa dengan dingin. Cressa tak memberikan reaksi khusus.

“Tolong! Tolong!” Pria dan wanita itu tergesa-gesa berenang ke tepian dengan wajah paniknya.

“Apa yang kau lakukan?” Magnus mendekati Cressa sambil menatapnya dengan tatapan tak percaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status