“Apa? Kau berniat memukulku lagi? Ada apa denganmu sebenarnya? Apa kau bocah tantrum yang akan melempar benda pada orang lain? Kau benar-benar kekanakan,” ledek James.
Cressa berpikir sejenak. Dia juga tidak tahu dari mana sikap buruknya datang, yang jelas ini sudah menjadi ciri khasnya sejak dulu. Dia ingat semua hal buruk yang pernah dia lakukan. “Malam itu kita bisa saja menghabiskan malam yang menyenangkan bersama. Aku yakin kau bersikap seperti ini pada semua pria. Suamimu, bukankah dia menikahimu karena kau seorang Montgomery? Oh, dia sangat beruntung.” James mendekati Cressa. “Jangan mendekat! Aku bisa melemparkan ini kapan pun,” ancam Cressa. “Ya, lempar saja!” James menatapnya dengan tatapan menantang, menunggu Cressa melakukannya. Cressa melemparkan vas bunga itu, namun seseorang menangkis vas bunga itu, yang membuatnya jatuh di dekat Cressa. Cressa menjerit pelan dan tersentak mundur. Dia lalu memelototi Magnus yang baru saja menghentikan aksinya barusan. “Ada apa ini? Apa yang membuatmu melakukan itu?” Magnus menatap Cressa dengan tenang. “Dia macam-macam denganku.” Cressa langsung menunjuk James dan menatap Magnus dengan meyakinkan. James mendecak. Dia tak percaya pernah melayani tuan putri ini. Rasanya harga dirinya dicabik-cabik karena bagaimana Cressa meninggalkannya, dan bagaimana dia harus menuruti Cressa. “Aku bersumpah aku tidak melakukan apa pun padanya. Aku hanya bicara.” James mengelak. Magnus menghela nafasnya. Dia tahu ini akan terjadi. Dia enggan untuk ikut campur dalam urusan Cressa di masa lampau. Namun, jika Cressa bertindak seperti itu dan ada yang terluka karenanya, dia harus sebisa mungkin mencegah hal itu. Cressa bisa merusak nama Montgomery kapan saja. “Ah, maafkan aku tentang sikap istri kecilku ini. Dia kadang memang hilang kendali,” ucap Magnus. James melirik Magnus sambil mengangkat sebelah alisnya. Melihat bagaimana tenangnya Magnus dalam menghadapi Cressa juga membuatnya sedikit tertarik. Ada sesuatu yang membuat sosok seperti Magnus pun mau meladeni Cressa. Tampang Cressa yang cantik bisa memikat hati siapa saja, untuk itulah Cressa sedari dulu tinggal memilih pria mana yang akan bermain-main bersamanya, dan memastikannya harus tetap tunduk dan patuh. Tetapi Magnus berusaha mengambil kendali. “Kenapa kau meminta maaf? Dia bajingan,” ucap Cressa. “Jaga cara bicaramu dan meminta maaflah! Aku tidak tahu apa hubungan kalian di masa lalu, tapi jangan sampai itu mempengaruhi kredibilitasmu! Kita di sini untuk urusan bisnis, jika kau mengacaukannya, kau akan tahu akibatnya,” ancam Magnus pelan dan santai. Cressa merapatkan giginya dengan kesal. “Aku tidak mau minta maaf.” James menyilangkan tangannya. Dia pernah dibuat tunduk pada Cressa. Namun, melihat sosok Magnus yang lebih unggul dari Cressa dan berusaha mengendalikannya membuatnya cukup senang. Rasanya puas, melihat gadis yang biasanya berlakon pengendali akhirnya dikendalikan juga. “Cressida.” Magnus menatapnya dengan tatapan yang lebih tajam. “Jangan memaksaku!” gertak Cressa. Pada akhirnya, James membiarkan Cressa lolos kali ini. Dia bicara dengan Magnus selanjutnya. Cressa menatap keduanya masih dengan suasana hati yang buruk. Dia kesal karena Magnus tidak membelanya seperti yang dia harapkan. Cressa semakin kesal melihat bagaimana Magnus sangat fokus pada pekerjaan yang harus mereka lakukan. “Sial, dia benar-benar bisa merebut Montgomery dariku suatu hari nanti. Setelah mempertahankan Montgomery bersama dari Robert, aku masih harus melawan sekutuku nantinya.” Cressa jadi sedikit takut jika Magnus akan menusuknya dari belakang untuk menguasai Montgomery sendiri. Tangan Cressa mengepal. Dia menolak untuk terlihat lemah dan harus senantiasa tangguh, karena mungkin, Magnus tidak akan bisa dipercaya suatu hari nanti. “Makan, atau dimakan. Bunuh, atau dibunuh.” *** Cressa dan Magnus bermalam di sebuah penginapan. Cressa mengeluh karena tidak bisa menggunakan vila yang sebelumnya, yang lebih nyaman dari pada penginapan yang seperti rumah hantu. Dia cemberut sepanjang malam. “Biasakan dirimu. Di tempat yang agak tertinggal seperti ini, hanya ini yang bisa kita dapatkan. Kau mungkin akan melakukan perjalanan bisnis ke tempat yang lebih ekstrem nantinya. Cressa menegak wine yang ada di gelasnya dengan cepat. Dia sedikit kasar saat menaruh gelasnya kembali. “Vila yang tadi lebih baik.” Cressa mendengus. “Itu vila pribadi dan tidak disewakan.” Magnus menghela nafasnya sambil menatap Cressa. Cressa menyilangkan tangannya sambil berdiam diri di dekat jendela, untuk melihat area sekitar. Cressa sedikit memikirkan perkataan James, tentang betapa beruntungnya Magnus yang membuat isi kepalanya dipenuhi kemungkinan jika Magnus juga hanya mengincar nama dan kekayaan Montgomery. “... ya, aku minta bantuanmu untuk itu.” Magnus tengah berbicara di telepon sambil menatap Cressa. Cressa tampak tengah memikirkan sesuatu secara berlebihan hingga menggigit ujung jarinya. A at his penasaran akan itu, sambil mematikan ponselnya, dia mendekati Cressa. “Kelihatannya kau terganggu tentang James,” ucap Magnus, dia hanya berusaha menebak. Cressa menghentikan kegiatan menggigit ujung jarinya. Dia kemudian menatap Magnus sambil menghela nafasnya dan menggeleng pelan. “Tidak, aku hanya gugup,” sangkal Cressa, dia berusaha mencari sesuatu yang bisa dia jadikan kegelisahannya, dia ingin menutupi rasa takutnya akan niat Magnus yang samar. Pria di depannya ini, bisa menjadi kawan dan lawan kapan saja. Dia tak ingin terkecoh akan status pernikahan mereka. Dia ingin selalu waspada. “Apa yang membuat tuan putri ini begitu gugup?” Magnus bersandar di tembok sebelah jendela, memperhatikan Cressa sambil menyilangkan tangannya. “Aku tidak mau membicarakannya,” balas Cressa. Magnus mendekati Cressa, tubuhnya menjulang tinggi di dekat Cressa yang sedikit menengadah saat melihat wajahnya. Magnus menaruh tangannya di rahang Cressa untuk membuat mereka bisa saling menatap. Cressa sama sekali tidak menolak. Cressa mungkin sangat waspada dan penuh rasa tidak percaya. Tapi jika tentang sentuhan, sepertinya ini menjadi kelemahan Cressa. Cressa tak akan menolak terhadap sentuhan. “Jangan bilang kau masih gugup untuk berada di kamar yang sama denganku.” Magnus tersenyum simpul. Magnus mencium bibirnya dengan lembut, dan Cressa sama sekali tidak menolak. Cressa menaruh kedua tangannya dia bahu Magnus, memancing Magnus untuk melangkah lebih berani. Cressa berjalan mundur tanpa sadar, karena Magnus yang rakus terus berusaha memojokkannya. Tangan Magnus yang satunya melingkari pinggang Cressa, menariknya mendekat agar tidak berjalan mundur seperti sebelumnya. Begitu dada Magnus menekan dadanya, satu tangan Magnus yang meningkat di pinggang Cressa dengan mudahnya mengangkat tubuh Cressa hingga kaki Cressa tak lagi berada di lantai. Keduanya masih hanyut dalam ciuman penuh gairah mereka, di mana mereka saling melahap bibir masing-masing. Cressa terbaring di kasur yang empuk, menatap Magnus yang tengah melonggarkan dasinya. Satu tangannya lagi menjebak Cressa. Dan tangan itu yang uratnya dibelai halus oleh jemari Cressa. 'Persetan dengan cinta, Cressa. Nikmati saja tubuh yang menggoda ini.'Magnus sudah cukup berkeringat. Dia menatap Cressa yang berada di bawah tubuhnya dengan pasrah. Dia tersenyum simpul saat melihat Cressa terengah-engah dengan alunan halus suara kenikmatan dari bibirnya. Magnus mengecup bibirnya singkat. “Ha—ah...” Cressa sedikit gemetar dan tangannya seketika mencengkeram lengan Magnus. “Oh...” Magnus mengerang pelan, menikmati pelepasannya yang diraih setelah Cressa. Beberapa saat setelah pelepasan yang memuaskan, keduanya berdiam diri di kasur untuk beberapa saat, berusaha memulihkan energi mereka yang hilang. Magnus berbaring miring menghadap Cressa yang terlentang di depannya. “Nasib baik kau bertampang ganteng dan punya tubuh yang bagus.” Cressa menghela nafasnya. “Hm? Apa kau berusaha memujiku tanpa mengakuinya seutuhnya?” tanya Magnus. “Ya, bisa dibilang begitu. Saat kakakku mengatakan ingin memperkenalkan seorang pria ketika aku masih di asrama,
Apa dia berniat menyingkirkanku? Cressa menatap Magnus dengan tatapan tak percaya. Dugaannya tentang Magnus yang ingin mengambil alih Montgomery kini semakin kuat. Mungkin setelah kakaknya tiada, atau saat Magnus mendapatkan kesempatan untuk itu. Magnus kemudian duduk di sofa, saat Cressa juga bergerak keluar dari kamar mandi. Magnus menatap Cressa, dan Cressa balik menatap Magnus. Magnus menghela nafasnya sebelum bicara. “Sayangnya kamar di penginapan ini penuh, jadi tidak ada kamar untukku pindah,” ucap Magnus. “Kalau begitu, kau harus tidur di sofa. Bisa saja kau mencekikku saat aku tidur,” balas Cressa sambil duduk di pinggir kasur, mengambil alih wilayahnya terlebih dahulu. Magnus terkekeh mendengar ucapan Cressa. Sepertinya Cressa punya kecemasan. “Ayolah, bagaimana pun kita pengantin baru. Aku tidak berniat mencekikmu sebelumnya, aku hanya terpancing emosi. Kau harus memperhatikan ucapanmu, kau bisa mati cepat jika k
Magnus melihat ketakutan di wajah Cressa yang membuat dia segera mengulurkan tangannya untuk mendekap punggung Cressa mendekat. Suara penumpang lainnya yang panik memenuhi kereta saat Magnus meraih ponselnya untuk mencari suatu informasi. “Mohon maaf kepada seluruh penumpang Montgomery MO978. Perjalanan kita menuju Metronyx akan terhambat karena terjadi kecelakaan.” Cressa, Magnus, bersama dengan penumpang lainnya mendengarkan pengumuman tersebut dengan seksama. Magnus mengeluarkan ponselnya, sambil tetap mendekap Cressa. “Kereta yang kami gunakan mengalami kecelakaan. Kau bisa memeriksanya?” Magnus menghela nafasnya, dia berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang terjadi di depan sana? Mana para awak kereta?” Seorang penumpang bangkit dari tempat duduknya dan mulai membuat keributan. Penumpang lainnya juga mulai menunjukkan kepanikan, mereka semua bangkit dari tempat duduknya dengan waswas takut terjadi ses
Magnus mengangkat alisnya, dia cukup terpesona dengan bagaimana Cressa menggodanya lebih dulu. Sejak awal, Cressa tak malu-malu untuk menutupi hasratnya. Cressa sepertinya memaafkan Magnus sebagai suami dengan sebaik-baiknya. Magnus melambai, mengisyaratkan agar Cressa mendekat. Dan gadis itu tanpa ragu mendekati Magnus yang melepaskan ikat pinggangnya untuk mengeluarkan pedang kebanggaannya. Cressa duduk di pangkuan Magnus, dengan posisi berhadapan dengannya. Cressa memeluk bahu Magnus, sementara Magnus memegangi pinggangnya, memastikan Cressa dalam posisi yang aman dan tidak akan terjatuh. Kaki Cressa bertumpu pada tangan kursi. “Ah, Magnus!” rengek Cressa. “Aku tidak akan menahan diri sama sekali jika kau sendiri yang menggodaku seperti itu. Apakah kau sangat menginginkan ini? Kau menantikannya sejak sebelum menikah, kan? Kau gadis yang nakal.” Magnus berbisik di telinga Cressa saat pinggangnya bergerak untuk menabrak pinggang Cre
“SIG Sauer P226 X-Five Supermatch? Bagaimana dia bisa mendapatkan pistol dengan edisi terbatas ini? Aku penasaran di mana dia membelinya dan siapa yang menjual ini padanya.” Magnus menatapi tab yang ditunjukkan oleh Glenn. Glenn hanya menganggukkan kepalanya dengan santai mengiyakan perkataan Magnus. Sementara Magnus mendengus dan memejamkan matanya sesaat. Sepertinya Glenn tidak mendengar maksud dari ucapannya. “Tolong bantu aku selidiki itu juga,” tambah Magnus. “Aku? Oh, yang benar saja. Bagaimana aku— Baiklah, baiklah. Aku akan mencari tahu tentang ini.” Glenn hanya bisa menghela nafasnya dengan pasrah, dia tampaknya tak bisa mengelak dari permintaan Magnus ini. *** Glenn keluar dari ruangannya Magnus dengan santai. Sama sekali tak menyangka jika Cressa akan langsung menyerangnya dengan cara memojokkannya ke tembok. Cressa menggunakan lengannya untuk langsung menahan leher Glenn dan membuat Glenn membentur tembok di sebelah pintu
Tiba di tempat parkir Hades Palace setelah seharian bekerja, Magnus keluar bersama Cressa dari mobil. Tanpa keduanya sadari, ada beberapa penghuni lain Hades Palace yang sedang menatap mereka. Cressa yang menyadarinya lebih dulu, menatap ke arah para ibu-ibu dari komunitas. “Oh, hai! Kau pasti Cressida Montgomery.” Salah satunya menyapa dengan sedikit centil. “Kalian baru menikah beberapa hari dan langsung bekerja seperti biasa. Apa kalian berdua tidak berniat berbulan madu terlebih dahulu?” “Mereka sempat berbulan madu, mereka bermalam di Bericont. Katanya di Bericont akan dibangun stasiun kereta yang baru. Montgomery sudah mengincar tempat itu bertahun-tahun yang lalu.” “Oh, benar. Aku sudah melihat berita itu. Kalian sangat serasi saat sedang bekerja. Mereka tidak butuh bulan madu jika mereka bisa meromantisasi cara mereka bekerja.” Magnus tersenyum dengan ramah mendengar berbagai pujian yang dia teri
“Kebetulan sekali aku punya 0,8% saham Montgomery,” jawab Magnus dengan santai. Cressa tercengang saat mendengar jawaban Magnus. Itu jumlah yang sangat besar. Bahkan dia hanya punya 0,6% saham Montgomery, yang mana jumlah itu dia dapatkan sepenuhnya sebagai hadiah dari kakaknya dan sebagai formalitas untuknya sebagai keturunan asli Montgomery. “Bagaimana bisa kau mendapatkan jumlah sebagai itu?” tanya Cressa. “Aku membelinya sebagian saat harga saat Montgomery turun dan bahkan nyaris diambang kebangkrutan. Ya, walau tentunya aku tidak akan bisa membeli sebanyak itu. Sebagian besar adalah hadiah langsung dari Serenia, dia bilang sebagai hadiah pernikahan,” jawab Magnus. “Kau mendapatkan saham Montgomery dari kakakku sebagai hadiah pernikahan sementara aku hanya mendapatkan vila kecil yang ada di Grimfall? Ck, aku bahkan ragu jika harga tanah di sana akan naik. Tempat itu sangat terpencil. Orang gila mana yang mau menyewa vila di tempat terpenci
Perkataan Gabriella tentang Magnus berhasil membangkitkan rasa curiga lagi. Cressa menatapi foto pernikahan mereka yang baru datang hari ini. Beberapa bingkai yang sedang dipasangkan oleh tukangnya di rumah. Cressa memperhatikan foto pernikahannya dengan Magnus. Magnus baru pulang siang itu. Dia memasuki apartemen sambil menghela nafasnya dan menatap Cressa yang sedang duduk santai sambil menikmati teh dan camilan. Magnus tersenyum tipis, entah kenapa merasa senang melihat Cressa masih menggunakan gaun tidurnya di siang hari. “Kau sepertinya tidak punya kegiatan apa pun hari ini?” Magnus melonggarkan dasinya. “Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Aku tidak mau bekerja di hari libur. Aku orang yang work-life balance.” Cressa memakan camilannya dengan tenang. “Aku ingin menawarkanmu sesuatu. Bagaimana kalau kau sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga saja dan serahkan semua hal berhubungan dengan pekerjaan padaku?” Magnus duduk di seberangn
“Jadi, dia suamimu? Kenapa aku tidak diundang ke pernikahanmu?” Melynda cemberut saat mendengar jika Cressa sudah menikah. Dia melirik Magnus, menatapnya sejenak. Melynda sangat terkejut saat Cressa datang bersama pria. Karena untuk pertama kalinya, Melynda diizinkan bertemu pria yang sedang bersamanya. Mengingat selama ini Cressa selalu menyembunyikan pria yang tengah bersamamu dari Melynda. Dan Magnus adalah kasus spesial. “Soal itu... Ayolah, pernikahannya diadakan secara sederhana di sebuah hotel. Tidak ada yang spesial tentang itu. Kau juga sedang ujian minggu lalu,” ucap Cressa mencari alasan. “Dia tampan, dari mana kau dapatkan dia? Carikan aku yang sepertinya.” Melynda menepuk Cressa dengan genit. Magnus tersenyum bangga mendengar pujian dari Melynda. Sementara Cressa meliriknya dengan sinis. Magnus mengangkat alisnya, seolah dia sedang mengisyaratkan jika dirinya memang tampan. “Ibumu yang mempe
Cressa berjalan cepat menerobos ruang kepala sekolah saat mengetahui keponakannya ada di sana. Magnus mengikutinya dari belakang dengan tenang, dia menjaga ketenangan dirinya saat Cressa sama sekali tidak bisa tenang. Seorang gadis remaja yang cantik, Melynda langsung dihampiri Cressa. Tangan Cressa tampak cukup agresif saat mencengkeram bahunya. Cressa berdiri dengan sedikit terengah-engah, jelas jika ekspresinya sedang tidak senang. Apa lagi saat melihat mata Melynda berkaca-kaca. “Kau baik-baik saja? Ada apa?” tanya Cressa seraya menatapnya dengan cemas. Magnus memperhatikan bagaimana sikap Cressa agak berubah. Dia menjadi lebih dewasa di hadapan Melynda. Cressa sangat menyayangi keponakannya tersebut. “Selamat siang, Lady Montgomery!” Kepala sekolah wanita itu mendekat dengan angkuh. Cressa meliriknya, tatapannya langsung berubah. Sangat berbeda dengan caranya memandang Melynda yang sangat lembut dan halus, dia jadi tampak kesal
“Sepertinya memang ada sesuatu di masa lalu Cressa. Aku akan bertanya langsung pada Serenia.” Paul menganggukkan kepalanya dan tersenyum ringan, saat ini hanya Serenia yang tahu apa yang telah terjadi di masa lalunya Cressa, yang membuat Cressa begitu protektif pada dirinya sendiri. Magnus tak ingin terlalu memikirkan tentang apa itu untuk saat ini dan fokus pada strategi yang akan dia buat. Tak lama lagi liburan natal dan tahun baru, tentu akan ada lonjakan penumpang. Belum lagi, dia harus memastikan jika setiap gerbong tidak bermasalah. Cressa bersantai di depan televisi, meski sesekali melirik ke arah ruang kerjanya Magnus yang tertutup rapat. Sepertinya Magnus menyibukkan dirinya sendiri saat dia santai-santai di rumah. Secara perlahan, Cressa mendudukkan dirinya dan memikirkan tentang tindakannya sendiri. Dia tidak boleh berleha-leha seperti ini. Magnus sangat rajin hingga tak mengizinkan dirinya sendiri beristirahat dan terus menerus bek
Perkataan Gabriella tentang Magnus berhasil membangkitkan rasa curiga lagi. Cressa menatapi foto pernikahan mereka yang baru datang hari ini. Beberapa bingkai yang sedang dipasangkan oleh tukangnya di rumah. Cressa memperhatikan foto pernikahannya dengan Magnus. Magnus baru pulang siang itu. Dia memasuki apartemen sambil menghela nafasnya dan menatap Cressa yang sedang duduk santai sambil menikmati teh dan camilan. Magnus tersenyum tipis, entah kenapa merasa senang melihat Cressa masih menggunakan gaun tidurnya di siang hari. “Kau sepertinya tidak punya kegiatan apa pun hari ini?” Magnus melonggarkan dasinya. “Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Aku tidak mau bekerja di hari libur. Aku orang yang work-life balance.” Cressa memakan camilannya dengan tenang. “Aku ingin menawarkanmu sesuatu. Bagaimana kalau kau sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga saja dan serahkan semua hal berhubungan dengan pekerjaan padaku?” Magnus duduk di seberangn
“Kebetulan sekali aku punya 0,8% saham Montgomery,” jawab Magnus dengan santai. Cressa tercengang saat mendengar jawaban Magnus. Itu jumlah yang sangat besar. Bahkan dia hanya punya 0,6% saham Montgomery, yang mana jumlah itu dia dapatkan sepenuhnya sebagai hadiah dari kakaknya dan sebagai formalitas untuknya sebagai keturunan asli Montgomery. “Bagaimana bisa kau mendapatkan jumlah sebagai itu?” tanya Cressa. “Aku membelinya sebagian saat harga saat Montgomery turun dan bahkan nyaris diambang kebangkrutan. Ya, walau tentunya aku tidak akan bisa membeli sebanyak itu. Sebagian besar adalah hadiah langsung dari Serenia, dia bilang sebagai hadiah pernikahan,” jawab Magnus. “Kau mendapatkan saham Montgomery dari kakakku sebagai hadiah pernikahan sementara aku hanya mendapatkan vila kecil yang ada di Grimfall? Ck, aku bahkan ragu jika harga tanah di sana akan naik. Tempat itu sangat terpencil. Orang gila mana yang mau menyewa vila di tempat terpenci
Tiba di tempat parkir Hades Palace setelah seharian bekerja, Magnus keluar bersama Cressa dari mobil. Tanpa keduanya sadari, ada beberapa penghuni lain Hades Palace yang sedang menatap mereka. Cressa yang menyadarinya lebih dulu, menatap ke arah para ibu-ibu dari komunitas. “Oh, hai! Kau pasti Cressida Montgomery.” Salah satunya menyapa dengan sedikit centil. “Kalian baru menikah beberapa hari dan langsung bekerja seperti biasa. Apa kalian berdua tidak berniat berbulan madu terlebih dahulu?” “Mereka sempat berbulan madu, mereka bermalam di Bericont. Katanya di Bericont akan dibangun stasiun kereta yang baru. Montgomery sudah mengincar tempat itu bertahun-tahun yang lalu.” “Oh, benar. Aku sudah melihat berita itu. Kalian sangat serasi saat sedang bekerja. Mereka tidak butuh bulan madu jika mereka bisa meromantisasi cara mereka bekerja.” Magnus tersenyum dengan ramah mendengar berbagai pujian yang dia teri
“SIG Sauer P226 X-Five Supermatch? Bagaimana dia bisa mendapatkan pistol dengan edisi terbatas ini? Aku penasaran di mana dia membelinya dan siapa yang menjual ini padanya.” Magnus menatapi tab yang ditunjukkan oleh Glenn. Glenn hanya menganggukkan kepalanya dengan santai mengiyakan perkataan Magnus. Sementara Magnus mendengus dan memejamkan matanya sesaat. Sepertinya Glenn tidak mendengar maksud dari ucapannya. “Tolong bantu aku selidiki itu juga,” tambah Magnus. “Aku? Oh, yang benar saja. Bagaimana aku— Baiklah, baiklah. Aku akan mencari tahu tentang ini.” Glenn hanya bisa menghela nafasnya dengan pasrah, dia tampaknya tak bisa mengelak dari permintaan Magnus ini. *** Glenn keluar dari ruangannya Magnus dengan santai. Sama sekali tak menyangka jika Cressa akan langsung menyerangnya dengan cara memojokkannya ke tembok. Cressa menggunakan lengannya untuk langsung menahan leher Glenn dan membuat Glenn membentur tembok di sebelah pintu
Magnus mengangkat alisnya, dia cukup terpesona dengan bagaimana Cressa menggodanya lebih dulu. Sejak awal, Cressa tak malu-malu untuk menutupi hasratnya. Cressa sepertinya memaafkan Magnus sebagai suami dengan sebaik-baiknya. Magnus melambai, mengisyaratkan agar Cressa mendekat. Dan gadis itu tanpa ragu mendekati Magnus yang melepaskan ikat pinggangnya untuk mengeluarkan pedang kebanggaannya. Cressa duduk di pangkuan Magnus, dengan posisi berhadapan dengannya. Cressa memeluk bahu Magnus, sementara Magnus memegangi pinggangnya, memastikan Cressa dalam posisi yang aman dan tidak akan terjatuh. Kaki Cressa bertumpu pada tangan kursi. “Ah, Magnus!” rengek Cressa. “Aku tidak akan menahan diri sama sekali jika kau sendiri yang menggodaku seperti itu. Apakah kau sangat menginginkan ini? Kau menantikannya sejak sebelum menikah, kan? Kau gadis yang nakal.” Magnus berbisik di telinga Cressa saat pinggangnya bergerak untuk menabrak pinggang Cre
Magnus melihat ketakutan di wajah Cressa yang membuat dia segera mengulurkan tangannya untuk mendekap punggung Cressa mendekat. Suara penumpang lainnya yang panik memenuhi kereta saat Magnus meraih ponselnya untuk mencari suatu informasi. “Mohon maaf kepada seluruh penumpang Montgomery MO978. Perjalanan kita menuju Metronyx akan terhambat karena terjadi kecelakaan.” Cressa, Magnus, bersama dengan penumpang lainnya mendengarkan pengumuman tersebut dengan seksama. Magnus mengeluarkan ponselnya, sambil tetap mendekap Cressa. “Kereta yang kami gunakan mengalami kecelakaan. Kau bisa memeriksanya?” Magnus menghela nafasnya, dia berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang terjadi di depan sana? Mana para awak kereta?” Seorang penumpang bangkit dari tempat duduknya dan mulai membuat keributan. Penumpang lainnya juga mulai menunjukkan kepanikan, mereka semua bangkit dari tempat duduknya dengan waswas takut terjadi ses