“Kebetulan sekali aku punya 0,8% saham Montgomery,” jawab Magnus dengan santai.
Cressa tercengang saat mendengar jawaban Magnus. Itu jumlah yang sangat besar. Bahkan dia hanya punya 0,6% saham Montgomery, yang mana jumlah itu dia dapatkan sepenuhnya sebagai hadiah dari kakaknya dan sebagai formalitas untuknya sebagai keturunan asli Montgomery.“Bagaimana bisa kau mendapatkan jumlah sebagai itu?” tanya Cressa.“Aku membelinya sebagian saat harga saat Montgomery turun dan bahkan nyaris diambang kebangkrutan. Ya, walau tentunya aku tidak akan bisa membeli sebanyak itu. Sebagian besar adalah hadiah langsung dari Serenia, dia bilang sebagai hadiah pernikahan,” jawab Magnus.“Kau mendapatkan saham Montgomery dari kakakku sebagai hadiah pernikahan sementara aku hanya mendapatkan vila kecil yang ada di Grimfall? Ck, aku bahkan ragu jika harga tanah di sana akan naik. Tempat itu sangat terpencil. Orang gila mana yang mau menyewa vila di tempat terpenciPerkataan Gabriella tentang Magnus berhasil membangkitkan rasa curiga lagi. Cressa menatapi foto pernikahan mereka yang baru datang hari ini. Beberapa bingkai yang sedang dipasangkan oleh tukangnya di rumah. Cressa memperhatikan foto pernikahannya dengan Magnus. Magnus baru pulang siang itu. Dia memasuki apartemen sambil menghela nafasnya dan menatap Cressa yang sedang duduk santai sambil menikmati teh dan camilan. Magnus tersenyum tipis, entah kenapa merasa senang melihat Cressa masih menggunakan gaun tidurnya di siang hari. “Kau sepertinya tidak punya kegiatan apa pun hari ini?” Magnus melonggarkan dasinya. “Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Aku tidak mau bekerja di hari libur. Aku orang yang work-life balance.” Cressa memakan camilannya dengan tenang. “Aku ingin menawarkanmu sesuatu. Bagaimana kalau kau sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga saja dan serahkan semua hal berhubungan dengan pekerjaan padaku?” Magnus duduk di seberangn
“Sepertinya memang ada sesuatu di masa lalu Cressa. Aku akan bertanya langsung pada Serenia.” Paul menganggukkan kepalanya dan tersenyum ringan, saat ini hanya Serenia yang tahu apa yang telah terjadi di masa lalunya Cressa, yang membuat Cressa begitu protektif pada dirinya sendiri. Magnus tak ingin terlalu memikirkan tentang apa itu untuk saat ini dan fokus pada strategi yang akan dia buat. Tak lama lagi liburan natal dan tahun baru, tentu akan ada lonjakan penumpang. Belum lagi, dia harus memastikan jika setiap gerbong tidak bermasalah. Cressa bersantai di depan televisi, meski sesekali melirik ke arah ruang kerjanya Magnus yang tertutup rapat. Sepertinya Magnus menyibukkan dirinya sendiri saat dia santai-santai di rumah. Secara perlahan, Cressa mendudukkan dirinya dan memikirkan tentang tindakannya sendiri. Dia tidak boleh berleha-leha seperti ini. Magnus sangat rajin hingga tak mengizinkan dirinya sendiri beristirahat dan terus menerus bek
Cressa berjalan cepat menerobos ruang kepala sekolah saat mengetahui keponakannya ada di sana. Magnus mengikutinya dari belakang dengan tenang, dia menjaga ketenangan dirinya saat Cressa sama sekali tidak bisa tenang. Seorang gadis remaja yang cantik, Melynda langsung dihampiri Cressa. Tangan Cressa tampak cukup agresif saat mencengkeram bahunya. Cressa berdiri dengan sedikit terengah-engah, jelas jika ekspresinya sedang tidak senang. Apa lagi saat melihat mata Melynda berkaca-kaca. “Kau baik-baik saja? Ada apa?” tanya Cressa seraya menatapnya dengan cemas. Magnus memperhatikan bagaimana sikap Cressa agak berubah. Dia menjadi lebih dewasa di hadapan Melynda. Cressa sangat menyayangi keponakannya tersebut. “Selamat siang, Lady Montgomery!” Kepala sekolah wanita itu mendekat dengan angkuh. Cressa meliriknya, tatapannya langsung berubah. Sangat berbeda dengan caranya memandang Melynda yang sangat lembut dan halus, dia jadi tampak kesal
“Jadi, dia suamimu? Kenapa aku tidak diundang ke pernikahanmu?” Melynda cemberut saat mendengar jika Cressa sudah menikah. Dia melirik Magnus, menatapnya sejenak. Melynda sangat terkejut saat Cressa datang bersama pria. Karena untuk pertama kalinya, Melynda diizinkan bertemu pria yang sedang bersamanya. Mengingat selama ini Cressa selalu menyembunyikan pria yang tengah bersamamu dari Melynda. Dan Magnus adalah kasus spesial. “Soal itu... Ayolah, pernikahannya diadakan secara sederhana di sebuah hotel. Tidak ada yang spesial tentang itu. Kau juga sedang ujian minggu lalu,” ucap Cressa mencari alasan. “Dia tampan, dari mana kau dapatkan dia? Carikan aku yang sepertinya.” Melynda menepuk Cressa dengan genit. Magnus tersenyum bangga mendengar pujian dari Melynda. Sementara Cressa meliriknya dengan sinis. Magnus mengangkat alisnya, seolah dia sedang mengisyaratkan jika dirinya memang tampan. “Ibumu yang mempe
“Ahn...” Magnus mengerutkan alisnya ketika berdiri di depan pintu suatu ruangan. Dia meraih gagang pintu ruangan tersebut dan memutarnya untuk membuka pintu hingga isi ruangan terlihat olehnya. Seorang gadis yang tengah melebarkan kakinya di kursi langsung terperanjat kaget dan menoleh ke pintu. Pria yang kepalanya berada di antara kedua kakinya langsung terangkat dan melihat ke pintu bersama gadis itu. “Aku ingin bicara dengannya berdua, keluar!” Magnus menatapi pria itu yang langsung bangkit. Cressa, gadis yang hampir meraih puncaknya itu hanya bisa menghela nafasnya sambil memperbaiki rok dan caranya duduk. Wajahnya memerah, antara karena kegiatan panas yang dia lakukan sebelumnya atau justru karena malu baru saja dipergoki oleh tunangannya. “Apa yang kau inginkan?” Cressa menatap ke arah lain, jelas malu atas tindakannya barusan. “Bukankah keluarga Montgomery yang terhormat tidak mengizinkan aktivitas seperti itu sebelum menikah?” ejek Magnus sambil berdiri tegap di depan me
Cressa menyilangkan tangannya di dada, menatap dua orang yang sekarang berusaha keras menjauhi hiu putih yang sedang asyik berenang di kandangnya. “Chloe sangat suka bermain-main dengan manusia. Tapi terakhir kali aku harus membayar tagihan rumah sakit dan kompensasi untuk orang yang mengurus kolam Chloe, dia kehilangan tangan kanannya, sampai siku.” Cressa cemberut sambil menatap Magnus. Magnus mendengus tak percaya dengan kelakuan Cressa yang satu ini. Magnus menggeleng pelan sebelum akhirnya membantu kakak ipar Cressa dan wanita yang tak dia kenali itu. Beberapa petugas yang sepertinya ditugaskan menjaga kolam juga langsung datang untuk membantu. Cressa hanya tersenyum simpul ke arah kakak iparnya yang sudah berada di pinggir kolam dengan bantuan orang-orang itu. Pria itu tampak sangat panik dan sedang syok, begitu pula wanita itu. “Bocah gila,” umpatnya. Cressa hanya mengangkat alisnya dengan keheranan dan kemudian berbalik. Cressa langsung pergi dari sana. Dia berjalan sambi
Di hari pernikahan antara Magnus dan Cressa yang dilaksanakan cukup sederhana namun tidak sesederhana kelihatannya itu, Serenia menghela nafasnya sedikit lega.Magnus menatapi Cressa dengan gaun pengantinnya setelah dia sah menjadi istrinya. Cressa tampak duduk sendirian di salah satu meja. Sementara Magnus saat itu sedang mengobrol dengan pria dewasa lainnya. “Aku sudah mendengar semuanya tentang kau yang memutuskan hubungan dengan keluargamu sendiri karena kasus korupsi yang dilakukan ayahmu,” salah satu pria menyinggung soal keluarganya. Magnus hanya tersenyum simpul. “Aku tidak ada hubungan apa pun dengan ayahku sebelum kerajaan memeriksa keluargaku.” “Kakakmu, Garrett sepertinya sengaja menumbalkan ayahmu. Dia melimpahkan semuanya pada ayahmu sementara dia saat ini tengah menikmati kekuasaannya di perusahaan Armstrong.” “Sudah kubilang aku tidak ada lagi hubungan dengan keluarga Armstrong sekarang. Aku anggota keluarga Montgomery sekarang,” ucap Magnus dengan lebih tegas. “K
Cressa hanyut dalam permainan Magnus di malam pernikahan mereka. Tangannya mencengkeram erat sprei. Disusul dengan jemari Magnus yang menyelinap masuk ke sela jemari Cressa. Keduanya kini saling mencengkeram satu sama lain, melupakan perkelahian singkat mereka dan fokus pada pertempuran di ranjang malam itu. “Aku terkesan, bagaimana para pria itu bisa tahan meski kau tidak mengizinkan mereka untuk masuk. Kau benar-benar menjaganya untukku?” “Ha-ah... Aku menjaganya karena nama baik keluargaku.” “Kau sepertinya sangat terobsesi atas nama keluargamu sendiri. Montgomery... Bukankah itu tidak membuatmu lebih baik? Hah... maksudku, kau tetap melakukan hal buruk sebelum menikah.” “Bagaimana denganmu? Bukankah kau juga melakukan hal itu sebelum menikah? Bagi pria, hah... kalian tidak memiliki bekas jika sudah melakukannya.” “Kau yang pertama, Cressida. Kau yang pertama untukku.” *** Cressa terlelap nyenyak di kasur king size kamar hotel tersebut. Sementara Magnus baru saja terba
“Jadi, dia suamimu? Kenapa aku tidak diundang ke pernikahanmu?” Melynda cemberut saat mendengar jika Cressa sudah menikah. Dia melirik Magnus, menatapnya sejenak. Melynda sangat terkejut saat Cressa datang bersama pria. Karena untuk pertama kalinya, Melynda diizinkan bertemu pria yang sedang bersamanya. Mengingat selama ini Cressa selalu menyembunyikan pria yang tengah bersamamu dari Melynda. Dan Magnus adalah kasus spesial. “Soal itu... Ayolah, pernikahannya diadakan secara sederhana di sebuah hotel. Tidak ada yang spesial tentang itu. Kau juga sedang ujian minggu lalu,” ucap Cressa mencari alasan. “Dia tampan, dari mana kau dapatkan dia? Carikan aku yang sepertinya.” Melynda menepuk Cressa dengan genit. Magnus tersenyum bangga mendengar pujian dari Melynda. Sementara Cressa meliriknya dengan sinis. Magnus mengangkat alisnya, seolah dia sedang mengisyaratkan jika dirinya memang tampan. “Ibumu yang mempe
Cressa berjalan cepat menerobos ruang kepala sekolah saat mengetahui keponakannya ada di sana. Magnus mengikutinya dari belakang dengan tenang, dia menjaga ketenangan dirinya saat Cressa sama sekali tidak bisa tenang. Seorang gadis remaja yang cantik, Melynda langsung dihampiri Cressa. Tangan Cressa tampak cukup agresif saat mencengkeram bahunya. Cressa berdiri dengan sedikit terengah-engah, jelas jika ekspresinya sedang tidak senang. Apa lagi saat melihat mata Melynda berkaca-kaca. “Kau baik-baik saja? Ada apa?” tanya Cressa seraya menatapnya dengan cemas. Magnus memperhatikan bagaimana sikap Cressa agak berubah. Dia menjadi lebih dewasa di hadapan Melynda. Cressa sangat menyayangi keponakannya tersebut. “Selamat siang, Lady Montgomery!” Kepala sekolah wanita itu mendekat dengan angkuh. Cressa meliriknya, tatapannya langsung berubah. Sangat berbeda dengan caranya memandang Melynda yang sangat lembut dan halus, dia jadi tampak kesal
“Sepertinya memang ada sesuatu di masa lalu Cressa. Aku akan bertanya langsung pada Serenia.” Paul menganggukkan kepalanya dan tersenyum ringan, saat ini hanya Serenia yang tahu apa yang telah terjadi di masa lalunya Cressa, yang membuat Cressa begitu protektif pada dirinya sendiri. Magnus tak ingin terlalu memikirkan tentang apa itu untuk saat ini dan fokus pada strategi yang akan dia buat. Tak lama lagi liburan natal dan tahun baru, tentu akan ada lonjakan penumpang. Belum lagi, dia harus memastikan jika setiap gerbong tidak bermasalah. Cressa bersantai di depan televisi, meski sesekali melirik ke arah ruang kerjanya Magnus yang tertutup rapat. Sepertinya Magnus menyibukkan dirinya sendiri saat dia santai-santai di rumah. Secara perlahan, Cressa mendudukkan dirinya dan memikirkan tentang tindakannya sendiri. Dia tidak boleh berleha-leha seperti ini. Magnus sangat rajin hingga tak mengizinkan dirinya sendiri beristirahat dan terus menerus bek
Perkataan Gabriella tentang Magnus berhasil membangkitkan rasa curiga lagi. Cressa menatapi foto pernikahan mereka yang baru datang hari ini. Beberapa bingkai yang sedang dipasangkan oleh tukangnya di rumah. Cressa memperhatikan foto pernikahannya dengan Magnus. Magnus baru pulang siang itu. Dia memasuki apartemen sambil menghela nafasnya dan menatap Cressa yang sedang duduk santai sambil menikmati teh dan camilan. Magnus tersenyum tipis, entah kenapa merasa senang melihat Cressa masih menggunakan gaun tidurnya di siang hari. “Kau sepertinya tidak punya kegiatan apa pun hari ini?” Magnus melonggarkan dasinya. “Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Aku tidak mau bekerja di hari libur. Aku orang yang work-life balance.” Cressa memakan camilannya dengan tenang. “Aku ingin menawarkanmu sesuatu. Bagaimana kalau kau sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga saja dan serahkan semua hal berhubungan dengan pekerjaan padaku?” Magnus duduk di seberangn
“Kebetulan sekali aku punya 0,8% saham Montgomery,” jawab Magnus dengan santai. Cressa tercengang saat mendengar jawaban Magnus. Itu jumlah yang sangat besar. Bahkan dia hanya punya 0,6% saham Montgomery, yang mana jumlah itu dia dapatkan sepenuhnya sebagai hadiah dari kakaknya dan sebagai formalitas untuknya sebagai keturunan asli Montgomery. “Bagaimana bisa kau mendapatkan jumlah sebagai itu?” tanya Cressa. “Aku membelinya sebagian saat harga saat Montgomery turun dan bahkan nyaris diambang kebangkrutan. Ya, walau tentunya aku tidak akan bisa membeli sebanyak itu. Sebagian besar adalah hadiah langsung dari Serenia, dia bilang sebagai hadiah pernikahan,” jawab Magnus. “Kau mendapatkan saham Montgomery dari kakakku sebagai hadiah pernikahan sementara aku hanya mendapatkan vila kecil yang ada di Grimfall? Ck, aku bahkan ragu jika harga tanah di sana akan naik. Tempat itu sangat terpencil. Orang gila mana yang mau menyewa vila di tempat terpenci
Tiba di tempat parkir Hades Palace setelah seharian bekerja, Magnus keluar bersama Cressa dari mobil. Tanpa keduanya sadari, ada beberapa penghuni lain Hades Palace yang sedang menatap mereka. Cressa yang menyadarinya lebih dulu, menatap ke arah para ibu-ibu dari komunitas. “Oh, hai! Kau pasti Cressida Montgomery.” Salah satunya menyapa dengan sedikit centil. “Kalian baru menikah beberapa hari dan langsung bekerja seperti biasa. Apa kalian berdua tidak berniat berbulan madu terlebih dahulu?” “Mereka sempat berbulan madu, mereka bermalam di Bericont. Katanya di Bericont akan dibangun stasiun kereta yang baru. Montgomery sudah mengincar tempat itu bertahun-tahun yang lalu.” “Oh, benar. Aku sudah melihat berita itu. Kalian sangat serasi saat sedang bekerja. Mereka tidak butuh bulan madu jika mereka bisa meromantisasi cara mereka bekerja.” Magnus tersenyum dengan ramah mendengar berbagai pujian yang dia teri
“SIG Sauer P226 X-Five Supermatch? Bagaimana dia bisa mendapatkan pistol dengan edisi terbatas ini? Aku penasaran di mana dia membelinya dan siapa yang menjual ini padanya.” Magnus menatapi tab yang ditunjukkan oleh Glenn. Glenn hanya menganggukkan kepalanya dengan santai mengiyakan perkataan Magnus. Sementara Magnus mendengus dan memejamkan matanya sesaat. Sepertinya Glenn tidak mendengar maksud dari ucapannya. “Tolong bantu aku selidiki itu juga,” tambah Magnus. “Aku? Oh, yang benar saja. Bagaimana aku— Baiklah, baiklah. Aku akan mencari tahu tentang ini.” Glenn hanya bisa menghela nafasnya dengan pasrah, dia tampaknya tak bisa mengelak dari permintaan Magnus ini. *** Glenn keluar dari ruangannya Magnus dengan santai. Sama sekali tak menyangka jika Cressa akan langsung menyerangnya dengan cara memojokkannya ke tembok. Cressa menggunakan lengannya untuk langsung menahan leher Glenn dan membuat Glenn membentur tembok di sebelah pintu
Magnus mengangkat alisnya, dia cukup terpesona dengan bagaimana Cressa menggodanya lebih dulu. Sejak awal, Cressa tak malu-malu untuk menutupi hasratnya. Cressa sepertinya memaafkan Magnus sebagai suami dengan sebaik-baiknya. Magnus melambai, mengisyaratkan agar Cressa mendekat. Dan gadis itu tanpa ragu mendekati Magnus yang melepaskan ikat pinggangnya untuk mengeluarkan pedang kebanggaannya. Cressa duduk di pangkuan Magnus, dengan posisi berhadapan dengannya. Cressa memeluk bahu Magnus, sementara Magnus memegangi pinggangnya, memastikan Cressa dalam posisi yang aman dan tidak akan terjatuh. Kaki Cressa bertumpu pada tangan kursi. “Ah, Magnus!” rengek Cressa. “Aku tidak akan menahan diri sama sekali jika kau sendiri yang menggodaku seperti itu. Apakah kau sangat menginginkan ini? Kau menantikannya sejak sebelum menikah, kan? Kau gadis yang nakal.” Magnus berbisik di telinga Cressa saat pinggangnya bergerak untuk menabrak pinggang Cre
Magnus melihat ketakutan di wajah Cressa yang membuat dia segera mengulurkan tangannya untuk mendekap punggung Cressa mendekat. Suara penumpang lainnya yang panik memenuhi kereta saat Magnus meraih ponselnya untuk mencari suatu informasi. “Mohon maaf kepada seluruh penumpang Montgomery MO978. Perjalanan kita menuju Metronyx akan terhambat karena terjadi kecelakaan.” Cressa, Magnus, bersama dengan penumpang lainnya mendengarkan pengumuman tersebut dengan seksama. Magnus mengeluarkan ponselnya, sambil tetap mendekap Cressa. “Kereta yang kami gunakan mengalami kecelakaan. Kau bisa memeriksanya?” Magnus menghela nafasnya, dia berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang terjadi di depan sana? Mana para awak kereta?” Seorang penumpang bangkit dari tempat duduknya dan mulai membuat keributan. Penumpang lainnya juga mulai menunjukkan kepanikan, mereka semua bangkit dari tempat duduknya dengan waswas takut terjadi ses