Magnus menatap bibir Cressa cukup lama. Antara sadar dan tidak, dia memasukkan jempolnya ke mulut Cressa. Dan secara spontan mendapatkan gigitan dari Cressa yang sepertinya berusaha tak membuat jempol Magnus masuk lebih lama. Dia bahkan tak merasa sakit untuk itu.
Cressa menatap Magnus dengan bingung, sebuah tanda tanya besar muncul di pandangannya. Bagaimana tidak, dia tentu bertanya-tanya dengan maksud Magnus memasukkan jemarinya. Cressa bisa menganggap itu karena Magnus ingin meraih lidahnya, menghentikannya untuk mengatakan sesuatu yang tidak dipikirkan akibatnya.Namun, sepertinya itu hanya nafsu Magnus semata. Karena begitu dia mengeluarkan jempolnya, tangan Magnus langsung mencengkeram dagunya dan mencium bibir Cressa, mencari lidah Cressa untuk mendapatkan sensasi yang belakangan ini menghantuinya.Tindakan Magnus cukup mengejutkan bagi Cressa. Meski sebenarnya dia menyukai tindakan yang tiba-tiba seperti ini. Cressa cukup suka saat ada orang yaWanita itu tersenyum simpul menatapi Magnus. Wanita itu memiliki tatapan yang agak kosong pada Magnus, walau tanpa sadar matanya sedikit berkaca-kaca ketika Magnus menoleh padanya.“Oh, bagaimana bisa kau di sini? Bukankah kau seharusnya tidak di sini?” Magnus tampak lebih dingin padanya, dia biasanya berbicara dengan nada yang cenderung netral. Wanita itu mengambil nafas cukup panjang sebelum akhirnya bicara, dia juga sempat mengedipkan matanya dulu agar dia tidak begitu terbawa emosi tentang pertemuannya dengan Magnus. “Kebetulan ini kasus pertamaku. Aku di sini untuk menemuimu sebagai pengacara dari Diggery.”Magnus melirik Glenn, Glenn bahkan tampak terkejut dengan kedatangan Agnes. Glenn menatapi tabnya, memeriksa kembali jika memang benar Agnes adalah pengacara lawan mereka. “Kau tidak memberitahuku jika Agnes yang menjadi pengacara Diggery,” ucap Magnus. “Aku hanya mendapatkan pemberitahuan jika dia akan datang hari in
“Magnus hari ini menemui seorang pengacara, ya? Wanita?” Cressa menyesap tehnya dengan tenang sambil melirik seorang wanita yang sekarang berada di hadapannya. Wanita itu merupakan seorang resepsionis perusahaan. Dia bekerja di bagian depan dalam menyambut tamu dan mengetahui orang yang keluar masuk gedung perusahaan. “Iya, dia pengacara dari Diggery, dia mengatur pertemuan dengannya pagi ini untuk membahas tentang kasus yang akan dimediasi antara Montgomery dengan Diggery. Dia berasal dari firma hukum—”“Tidak perlu spesifik, aku tidak memintamu spesifik, tuh. Aku hanya bertanya dengan santai,” ucap Cressa sambil menatap wanita yang tampaknya memang hendak memberitahunya semuanya. “Aku memanggilmu bukan karena aku ingin mengetahui tentang wanita itu. Aku tidak penasaran sama sekali, aku juga tidak cemburu,” ucap Cressa. Wanita itu ternganga sedikit, dia tidak mengatakan apa pun tentang cemburu atau penasaran, tapi Cressa langsung men
“Mantannya Magnus?” Cressa mengangkat alisnya, dia tidak begitu terkejut sebenarnya. Melihat bagaimana Agnes adalah sosok wanita yang cantik, dia terbilang pantas menjadi mantan pacar suaminya. Cressa menatapnya dari atas ke bawah, memberikan tatapan intimidasi yang khas, seolah mengisyaratkan jika wanita ini mantannya, maka dia adalah istrinya. “Iya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan tentangmu. Kau merasa keberatan dengan pernikahan ini, kan? Kalau begitu, tolong biarkan Magnus menemuiku sesekali. Aku setidaknya, kau tidak boleh menghalangi hubungan antara aku dan Magnus. Ini agar kita sama-sama diuntungkan—” Tatapan Cressa menggelap, mendengar semua perkataan Agnes membuatnya tampak kesal. Namun, dia melirik ke arah sekitar, dan mengingat tentang perkataan Magnus jika dia harus menjaga sikapnya, jika ingin naik ke pangkat yang lebih tinggi seterusnya. Karena para dewan mengawasinya. “Jaga bicaramu!” Cressa memberikan sebuah kalimat singkat untuk memotong Agnes. Agnes terd
Cressa duduk bersama temannya saat itu, sedang menunggu temannya yang lain datang. Setelah Magnus mengantarkannya pulang, Magnus malah menghilang entah ke mana, yang pasti dia ada makan malam dengan seseorang yang meneleponnya tadi. Cressa sudah tidak peduli itu Agnes atau bukan. Dia sudah puas dengan apa yang dilakukan Magnus untuk tidak mempermalukan dirinya di depan Agnes atau publik. Banyak yang melihat kejadian itu, dan Cressa merasa berhasil menunjukkan siapa yang lebih unggul. Namun, begitu mendengarkan pernyataan temannya yang sedang duduk berdua bersamanya, tentang dia yang mendengar pembicaraan Magnus dengan Agnes, itu membuat Cressa merasa tak nyaman lagi. Kali ini bukan tentang Agnes, melainkan Magnus. “Di zaman sekarang, jarang sekali orang yang tidak melakukan aktivitas bercinta sebelum menikah. Itu pemikiran kuno. Namun, aku bisa mengerti jika beberapa orang mempertahan pemikiran itu. Biasanya berdasarkan kepercayaan masing-masing dan kem
“Nona Agnes bersama dengan Tuan Magnus sebenarnya pernah hampir bertunangan. Mereka bisa dibilang pacaran, walau aku tidak yakin kapan Magnus menyatakan perasaannya dan meresmikan hubungannya. Magnus bukan orang yang romantis, seingatku,” ucap Glenn mengawali. Cressa menopang dagunya sambil mendengarkan penjelasan Glenn. Dia yakin usianya dengan Glenn hanya berbeda satu atau dua tahun. Glenn merupakan pria berkacamata yang terlihat lugu, namun di beberapa situasi dia juga bisa menjadi pria yang gagah.“Aku penasaran berapa lama kau sudah bekerja pada Magnus.” Cressa bertanya sambil menikmati beberapa butir anggur di depannya, saat Glenn menyantap sushi yang ditawarkan Cressa. “Sekitar enam tahun. Aku awalnya bekerja magang dengannya saat aku mulai kuliah. Karena dia berasal dari keluarga Armstrong yang memang keji, dia sudah menyentuh banyak pekerjaan sejak dia muda, tetapi aku tidak tahu sejak kapan dia mulai turun membantu bisnis keluarga.” “
“Aku tidak mengerti maksudmu,” elak Glenn. “Aku hanya sedikit khawatir tentang pengkhianatan. Magnus dan kau mungkin berpikir jika keluargaku tidak terlindungi sama sekali, apa lagi sedang ada konflik internal di dalam Montgomery. Begitu Magnus masuk ke dalam keluargaku, mungkin dia semakin tahu tentang kami.” Cressa menatap ke arah lain, mengetahui Glenn berusaha mengelak dan tetap setia pada Magnus. Cressa juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Magnus, yakni menggali informasi dari orang terdekatnya, alih-alih bicara langsung, satu sama lain. Melihat tatapan sayu Cressa yang tampak menyedihkan membuatkan Glenn menghela nafasnya. Dia juga mengasihani Cressa jika mengingat apa saja yang telah menimpa gadis itu. Baik Maunya atau Cressa, keduanya mempunyai masa lalu yang tidak begitu indah tentang keluarga. Magnus degan keluarga sempurnanya yang terlalu menuntut kesempurnaan hingga menghalalkan berbagai cara, Cressa dengan keluarga s
Cressa menatapi ponselnya yang langsung hancur di lantai, betapa kerasnya dia melemparkan benda itu. Entah kenapa suasana hatinya sangat buruk hari malam itu hingga setelah berbalas pesan degan Magnus sedikit pun, dia malah lebih marah. Magnus belum menjawab pesannya kurang dari satu menit. Sialnya, setiap detik sangat berarti. Pelayan rumah yang disewa Magnus segera mendatangi Cressa dengan panik saat mendengar suara benda pecah. Pelayan rumah itu menatap Cressa dengan tatapan bingung sekaligus kaget. “Lady, ada apa?” Pelayan itu menatap Cressa penuh rasa cemas. “Bersihkan saja, aku mau tidur.” Cressa langsung pergi ke kamar tidurnya. Sementara pelayannya hanya bisa menghela nafasnya dan membersihkan kekacauan yang dibuat Cressa. Dia tahu jika Cressa memang punya masalah dengan temperamennya. Jadi ini tidak aneh. Cressa berdiam diri di kamarnya. Entah kenapa rasanya dadanya sangat sakit hingga dia harus memeluk guling deng
Serenia sedikit terkejut mendengar pertanyaan Cressa yang tiba-tiba. Cressa memang punya sikap yang buruk, tapi tidak kepadanya. Cressa selalu mematuhi apa pun yang dikatakan Serenia. “Beritahu saja Magnus langsung darimu. Dia tidak akan mendengarkanku tentang itu.” Cressa memalingkan wajahnya, sejenak dia tampak merasa bersalah karena bertanya seperti itu. Serenia adalah orang yang membesarkannya, yang selalu ada untuknya baik suka maupun duka. Namun, rasanya Cressa seperti dituntut untuk berbalas budi padanya. “Ya, aku akan bicara langsung dengannya.”Cressa bahkan tak tahu, kapan dia akan berani menyatakan semua isi hatinya pada Serenia. Dia sangat ragu untuk melakukannya, karena tahu itu hanya akan merusak suasana di antara mereka, merusak hubungan yang telah ada sekian lama. Harapannya untuk bebas dari beban ekspektasi kakaknya, yang berharap dia memegang kendali untuk Montgomery. Entah kapan Cressa akan menerima takdirnya ini de
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus.“Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia
Magnus mengantarkan Agnes ke kamarnya. Dia masih ingat betul posisi kamar Agnes saat mereka masih berkencan. Dia kadang datang untuk mengunjunginya, membawakannya hal kecil seperti makanan atau camilan manis, hingga hadiah-hadiah berupa barang mewah. Sejak dulu, Magnus memang pria yang royal dan loyal. Dia tidak akan perhitungan soal uang pada gadisnya. Dan kenangan itu membuat Agnes tersenyum saat memasuki kamarnya bersama Magnus. “Sudah lama sekali kau tidak datang ke sini, ya?” Agnes tersenyum sambil naik ke kasurnya. “Istirahatlah! Masih banyak yang harus aku selesaikan.” Magnus tampak berdiri di pintu saja. “Kau tidak akan menemaniku dulu?” Agnes menatap Magnus dengan tatapan kecewa. “Aku sudah menikah, ingat? Aku hanya melakukan ini karena Cressa juga, aku enggan dia dalam bahaya. Juga, setidaknya kau tidak membahayakan bayimu sendiri,” ucap Magnus dengan dingin. Agnes terdiam. Dia sebenarnya sudah bisa menebak maksud Magnus. Yang membuatnya
“Magnus!” pekik Cressa saat Magnus malah berusaha mendekati Agnes saat ini. Dalam keadaan Magnus yang ditodong oleh Agnes, dan Agnes yang dengan nekat mengatakan jika tidak ada yang boleh memiliki Magnus dari pada dirinya, tentu Cressa khawatir akan keselamatan Magnus. Tetapi tak ada yang bisa dia lakukan selain berdiri sana. “Agnes, sebaiknya kau tidak berusaha untuk menggunakan pistol itu!” Glenn mengeraskan rahangnya, dia mulai membenci suasana ini. Beberapa anggota pasukan khusus itu mulai mendekati Agnes juga, yang membuat Agnes langsung siaga dan mengarahkan pistolnya ke sembarang arah. Magnus akhirnya mengangkat tangannya untuk memberikanku sinyal bagi mereka untuk tidak mendekat. “Aku sedang hamil. Suruh mereka turunkan senjata mereka lebih dulu!” titah Agnes dengan takut. Bisa dilihat jika sebenarnya Agnes juga takut. Namun berusaha berlindung di balik fakta kalau dia hamil. Dia juga berusaha mendapatkan Magnus kembali dengan menggunakan bayi d
“Aku mengenal Agnes cukup baik. Dia orang yang cukup nekat. Dan kelihatannya dia sangat tidak senang dengan pernikahan Magnus bersama Cressa.” Glenn menatap sekitar. “Sayangnya kami menemukan rumah ini kosong. Hanya ada kalian berdua di ruangan ini, di rumah ini. Semua ruangan kosong. Aku sudah memeriksa semua laporan dari anggotaku.” Komandan pasukan khusus tersebut menginformasikan langsung pada Glenn. Dia kemudian melirik Glenn dan Jeslyn yang tampak terdiam. Glenn kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. “Kau sudah menyelamatkan Magnus sebelumnya?” tanya Glenn. “Oh, tentu saja. Tidak ada yang tahu tempat ini sebelumnya, jadi kami memilih menyelamatkan Magnus lebih dulu, yang tempatnya lebih jelas,” jawab Jeslyn. “Apa ada yang salah?”“Lantas di mana Magnus?” Glenn menatap Jeslyn dengan lebih serius. “Dia di luar, bersama Cressa. Kondisinya sangat lemah, dia tidak diberi makan sama sekali oleh ayahnya. Padahal dia putranya, tapi kenapa dia begitu—
“Kelihatannya kau sangat lapar.” Cressa memperhatikan Magnus yang makan dengan lahap. Sambil menuju ke kediamannya Agnes, Magnus memakan beberapa nasi kepal yang mereka beli di jalan. Dia belum makan berhari-hari, hingga membutuhkan sangat banyak makanan seperti itu. “Dia benar-benar tidak memberiku makan selama beberapa hari.” Magnus terkekeh pelan, berbicara setelah menelan makanan yang dimakannya. “Pantas saja kau terlihat begitu lemas begitu aku datang.” Cressa menghela nafasnya berat. “Kau harus mendapatkan pemeriksaan setelah ini. Penyanderaan tanpa makanan selama tiga hari seperti itu bisa merusak organmu. Tubuhmu juga mungkin sudah memecah otot-ototmu untuk bertahan hidup. Kau masih mendapatkan air selama itu?” tanya anggota pasukan khusus yang ada di mobil tersebut, itu merupakan bagian penjagaan karena kondisi Magnus sedang turun. Cressa menoleh pada anggota pasukan khusus yang mungkin lebih tau tentang kondisi kesehatannya Magnus meski hanya
Magnus menghela nafasnya dengan berat sambil menatap dadanya. Di balik mantelnya, kelihatannya peluru itu sudah masuk menembus dada. Dia lantas menatap Cressa yang tampak berkaca-kaca ketika melihat ke arah Magnus. Beberapa anggota pasukan khusus segera masuk untuk mengecek keadaan Magnus dan Cressa. Mereka bisa memastikan keadaan Cressa dalam hitungan detik, melihatnya berdiri tegap dan sehat. “Magnus!” pekik Cressa, gadis itu dengan cepat menghampiri Magnus untuk memastikan keadaannya, dia tampak gemetar saat mengulurkan tangan pada mantel Magnus. Salah satu anggota pasukan khusus berdiri di dekat Cressa, dengan cepat mengambil alih apa yang ingin dilakukan Cressa. Dia juga tampaknya mencari luka Magnus dengan membukakan mantelnya. “Aku baik-baik saja,” ucap Magnus dengan suara yang rendah dan pelan. “Kau tertembak! Apanya yang baik-baik saja!” pekik Cressa. “Dia tidak.” Anggota pasukan khusus itu tidak menemukan luka apa pun. Cressa juga
“Magnus! Kau baik-baik saja?” pekik Cressa saat melihat Magnus dalam keadaan babak belur, lesu, pucat, dan lemahHanya butuh beberapa hari Carlos membuat Magnus yang biasanya rapi dan terawat, menjadi sosok yang tampak seperti gelandangan dan punya banyak luka lebam. Magnus menghela nafasnya, kemudian terkekeh pelan. Kelegaan terlihat di wajahnya. Entah dia merasa lega karena akhirnya bisa melihat istrinya lagi atau senang karena Cressa bahkan mau menyelamatkannya. Magnus bahkan tak mengira kalau Cressa akan datang padanya. “Aku baik-baik saja. Aku senang kau datang.” Magnus menghela nafasnya sambil tetap menatapnya. Cressa tersenyum mendengarnya. Dia mengerti, Magnus sebenarnya putus asa, namun tetap enggan membiarkannya terluka jika datang ke sini. Namun apa boleh buat, sekarang dia sudah di sini, tepat di depan Magnus. “Wah, lihat siapa yang datang, dengan oleh-oleh yang aku inginkan.” Dari pintu yang menghubungkan ke ruangan lainnya, Carlos muncul sa
Hamil. Para pelayan wanita itu seketika menatap Cressa dengan tatapan iba seperti yang Cressa harapkan. Kata hamil bagi setiap wanita akan mempengaruhi emosi wanita lainnya, biasanya. Salah satu dari mereka mendekat untuk membantu Cressa membawakan tas uangnya tersebut. “Sebenarnya, ada beberapa tas lagi di luar. Ada empat tas lagi di luar,” ucap Cressa sambil memperhatikan pelayan yang masih bertambah kosong di depannya. Seperti yang diharapkan, mereka semua langsung menuju ke luar, untuk mengambil tas uang tersebut, usaha mereka bertujuan untuk membantu Cressa memasukkan uang tebusan yang dibawanya. Namun, dalam hitungan detik keempatnya tumbang di halaman depan. Cressa menatap pelayan wanita yang sudah berada di atas, menunggu yang lainnya sambil menatap ke depan. Cressa segera naik ke atas, dia memegangi perutnya, trik lain untuk mendapatkan simpati orang itu. Cressa juga dengan sengaja mengeraskan suara nafasnya. Memenuhi keinginan Cressa, pe