Cressa duduk bersama temannya saat itu, sedang menunggu temannya yang lain datang. Setelah Magnus mengantarkannya pulang, Magnus malah menghilang entah ke mana, yang pasti dia ada makan malam dengan seseorang yang meneleponnya tadi. Cressa sudah tidak peduli itu Agnes atau bukan. Dia sudah puas dengan apa yang dilakukan Magnus untuk tidak mempermalukan dirinya di depan Agnes atau publik. Banyak yang melihat kejadian itu, dan Cressa merasa berhasil menunjukkan siapa yang lebih unggul. Namun, begitu mendengarkan pernyataan temannya yang sedang duduk berdua bersamanya, tentang dia yang mendengar pembicaraan Magnus dengan Agnes, itu membuat Cressa merasa tak nyaman lagi. Kali ini bukan tentang Agnes, melainkan Magnus. “Di zaman sekarang, jarang sekali orang yang tidak melakukan aktivitas bercinta sebelum menikah. Itu pemikiran kuno. Namun, aku bisa mengerti jika beberapa orang mempertahan pemikiran itu. Biasanya berdasarkan kepercayaan masing-masing dan kem
“Nona Agnes bersama dengan Tuan Magnus sebenarnya pernah hampir bertunangan. Mereka bisa dibilang pacaran, walau aku tidak yakin kapan Magnus menyatakan perasaannya dan meresmikan hubungannya. Magnus bukan orang yang romantis, seingatku,” ucap Glenn mengawali. Cressa menopang dagunya sambil mendengarkan penjelasan Glenn. Dia yakin usianya dengan Glenn hanya berbeda satu atau dua tahun. Glenn merupakan pria berkacamata yang terlihat lugu, namun di beberapa situasi dia juga bisa menjadi pria yang gagah.“Aku penasaran berapa lama kau sudah bekerja pada Magnus.” Cressa bertanya sambil menikmati beberapa butir anggur di depannya, saat Glenn menyantap sushi yang ditawarkan Cressa. “Sekitar enam tahun. Aku awalnya bekerja magang dengannya saat aku mulai kuliah. Karena dia berasal dari keluarga Armstrong yang memang keji, dia sudah menyentuh banyak pekerjaan sejak dia muda, tetapi aku tidak tahu sejak kapan dia mulai turun membantu bisnis keluarga.” “
“Aku tidak mengerti maksudmu,” elak Glenn. “Aku hanya sedikit khawatir tentang pengkhianatan. Magnus dan kau mungkin berpikir jika keluargaku tidak terlindungi sama sekali, apa lagi sedang ada konflik internal di dalam Montgomery. Begitu Magnus masuk ke dalam keluargaku, mungkin dia semakin tahu tentang kami.” Cressa menatap ke arah lain, mengetahui Glenn berusaha mengelak dan tetap setia pada Magnus. Cressa juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Magnus, yakni menggali informasi dari orang terdekatnya, alih-alih bicara langsung, satu sama lain. Melihat tatapan sayu Cressa yang tampak menyedihkan membuatkan Glenn menghela nafasnya. Dia juga mengasihani Cressa jika mengingat apa saja yang telah menimpa gadis itu. Baik Maunya atau Cressa, keduanya mempunyai masa lalu yang tidak begitu indah tentang keluarga. Magnus degan keluarga sempurnanya yang terlalu menuntut kesempurnaan hingga menghalalkan berbagai cara, Cressa dengan keluarga s
Cressa menatapi ponselnya yang langsung hancur di lantai, betapa kerasnya dia melemparkan benda itu. Entah kenapa suasana hatinya sangat buruk hari malam itu hingga setelah berbalas pesan degan Magnus sedikit pun, dia malah lebih marah. Magnus belum menjawab pesannya kurang dari satu menit. Sialnya, setiap detik sangat berarti. Pelayan rumah yang disewa Magnus segera mendatangi Cressa dengan panik saat mendengar suara benda pecah. Pelayan rumah itu menatap Cressa dengan tatapan bingung sekaligus kaget. “Lady, ada apa?” Pelayan itu menatap Cressa penuh rasa cemas. “Bersihkan saja, aku mau tidur.” Cressa langsung pergi ke kamar tidurnya. Sementara pelayannya hanya bisa menghela nafasnya dan membersihkan kekacauan yang dibuat Cressa. Dia tahu jika Cressa memang punya masalah dengan temperamennya. Jadi ini tidak aneh. Cressa berdiam diri di kamarnya. Entah kenapa rasanya dadanya sangat sakit hingga dia harus memeluk guling deng
Serenia sedikit terkejut mendengar pertanyaan Cressa yang tiba-tiba. Cressa memang punya sikap yang buruk, tapi tidak kepadanya. Cressa selalu mematuhi apa pun yang dikatakan Serenia. “Beritahu saja Magnus langsung darimu. Dia tidak akan mendengarkanku tentang itu.” Cressa memalingkan wajahnya, sejenak dia tampak merasa bersalah karena bertanya seperti itu. Serenia adalah orang yang membesarkannya, yang selalu ada untuknya baik suka maupun duka. Namun, rasanya Cressa seperti dituntut untuk berbalas budi padanya. “Ya, aku akan bicara langsung dengannya.”Cressa bahkan tak tahu, kapan dia akan berani menyatakan semua isi hatinya pada Serenia. Dia sangat ragu untuk melakukannya, karena tahu itu hanya akan merusak suasana di antara mereka, merusak hubungan yang telah ada sekian lama. Harapannya untuk bebas dari beban ekspektasi kakaknya, yang berharap dia memegang kendali untuk Montgomery. Entah kapan Cressa akan menerima takdirnya ini de
“Itu bukan solusi, bodoh!” Cressa mendorong bahu Magnus agar menjauhinya. Namun, yang dilakukan Magnus justru semakin mendekatkan dirinya dengan Cressa. Dia sepertinya begitu suka menggoda Cressa seperti ini. Magnus juga kelihatannya lebih banyak tersenyum saat bersamanya. Dia seolah sedang menikmati masa saat dia bisa dekat dengannya. “Cuaca di luar sepertinya memang semakin dingin. Aku juga rasanya ingin bermalas-malasan.” Magnus berbaring di sisi Cressa, menggunakan bantal yang sama dengannya. Cressa mendesis, dia merasa sedikit risi dan tidak nyaman. Namun, di sisi lain dia tidak berusaha mendorongnya menjauh. Cressa membiarkan Magnus turut masuk ke selimut dan memeluk pinggangnya. Magnus seperti suami baru pada umumnya. Cressa terdiam di pelukan Magnus. Cressa merasakan perasaan geli di perutnya, bukan karena tangan Magnus. Perasaan itu menyebar ke dadanya. Dia merasakan perasaan semerbak kesenangan saat menikmati waktu seperti itu bersam
Dibalik frustasi yang Magnus rasakan selama menahan dirinya, ada Cressa yang dengan polosnya tidak menyadari hal itu dan duduk di meja kerja Magnus sambil menatap pria itu. Cressa memposisikan dirinya berhadapan dengan Magnus, namun lebih sedikit ke kiri saat itu. “Pulanglah!” ujar Cressa seraya menyilangkan kakinya. Magnus berusaha tak melihat apa pun. Dia terus menatap komputer, enggan untuk lihat istrinya sama sekali. Lantaran di matanya dan baginya, Cressa adalah godaan sesungguhnya. Dia tak tahan jika harus melihat Cressa tanpa bisa menyentuhnya seperti belakangan ini. Namun, pemandangan paha Cressa yang roknya tersingkap adalah satu hal yang tidak bisa diabaikan. Magnus meliriknya sejenak, sebelum akhirnya menatap Cressa yang sekarang posisinya lebih tinggi dari tempatnya duduk. Entah kenapa dia merasa jika Cressa sedang menggodanya. “Glenn, kau bisa tunggu kami di mobil?” tanya Magnus. “Ya, tentu aku bisa.” Begitu Gl
“Argh...” Magnus meraung dengan putus asa sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Sial, ini pertama kalinya dia melihat salju pertama turun sambil mendapatkan kenikmatan seperti ini. Dengan Cressa yang membantunya untuk melepaskan rasa frustasi terpendam dalam dirinya. “Ah...” Magnus menengadah, bersandar ke sofa sambil tersiksa salah rasa nikmat dari genggaman tangan Cressa yang memberikan pijatan lembut di batang selangkangannya. Magnus menatap Cressa yang duduk di sisinya dengan wajahnya yang terkesan polos, namun ada rasa penasaran di dalam matanya. Cressa terus memperhatikan bagaimana Magnus bereaksi dan bagaimana Magnus merespons setiap sentuhannya.Magnus mengutuk dirinya sendiri saat melihat Cressa yang menikmati situasi ini diam-diam, dengan wajahnya yang tak memberikan ekskresi khusus. Dia akan membalas gadis ini secepatnya. “Mm... O-ouh...” Magnus tak bisa menghentikan suaranya yang gemetar tangan Cressa yang lainnya memb
Cressa mengerutkan alisnya ketika melihat bagaimana Agnes memeluk suaminya begitu saja. Dengan gaunnya yang sedikit kotor, rambut yang berantakan dan juga berlari tanpa alas kaki, kondisi Agnes saat itu cukup memprihatinkan. Dia seperti sedang dalam masalah. Melihat wajah Cressa yang sedikit cemberut dan juga kesal dengan kehadiran wanita lain yang memeluknya, Magnus memegangi bahu Agnes dan sedikit mendorongnya untuk melepaskan diri. “Hey, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!” ucap Magnus sambil memperhatikan Agnes. Magnus menatap Agnes yang berlarian tanpa mantel di cuaca dingin seperti saat itu. Dan Agnes yang terengah-engah membuat Magnus sedikitnya iba pada kondisinya saat ini. “Sebentar, sebentar lagi... Aku kedinginan... Aku juga ketakutan...” Dengan menggigil, Agnes memeluk Magnus lebih erat saat Magnus berusaha melepaskan diri darinya. Magnus menghela nafasnya dan dengan tegas menodong Agnes untuk melepaskannya, cengkeraman di bahunya cukup kuat. Untuk saat ini, Magn
“Apa tidak ada yang menemukan tanda-tanda Garret lagi? Dia menghilang begitu saja setelah kejadian hari itu?”Dengan kepulan asap rokok di sekitarnya saat dia berada di balkon untuk menelepon, Magnus memperhatikan suasana kota yang dipenuhi salju. Dia masih menggunakan mantel mandinya setelah aktivitas panasnya dengan Cressa. Dia juga sudah memastikan Cressa tertidur. “Aku ingin kalian terus melacaknya. Aku sedikit ragu, tapi sepertinya dia di sini untuk bertemu dengan Agnes. Dia sepertinya tengah mengejar Agnes saat ini,” ucap Magnus. Magnus melirik ke dalam, memperhatikan Cressa yang tengah terbaring di ranjangnya. Ranjang itu biasanya kosong. Kehadiran Cressa membuatnya tidak lagi kesepian di ranjang tersebut. Setelah menyesap rokoknya sekali lagi, Magnus menggoreskan puntungnya ke railing dan segera masuk ke dalam. Dia sudah cukup kedinginan berada di luar, tapi kenyamanan Cressa adalah prioritasnya. Dia tidak akan bisa merokok di dekat Cressa yang tidak merokok. Menghamp
“Sial, Jeslyn,” umpat Glenn.Glenn sudah berada di kamar mandi, berdiri sambil memegangi batang kemaluannya yang telah dia sembunyikan dari Jeslyn. Dia mungkin tak pernah menggunakan benda itu pada wanita, tapi dia pernah menggunakannya pada alat bantu yang dia beli secara diam-diam. Jeslyn membuatnya gila. Tetapi dia berhasil menahan dirinya, memberikan kesan pertama yang kuat pada Jeslyn. Dia bukannya berbohong dengan personalitas yang dia bangun. Erangan Glenn menggema di kamar mandi. Tubuhnya yang ketat dan kencang juga ternyata selama ini tertutup oleh pakaiannya. Walau bahunya yang lebar tetaplah menonjol jika dilihat keseluruhan. *** “Aku penasaran apa Glenn akan baik-baik saja. Dia kelihatannya cukup dingin pada perempuan. Apa dia gay?” Magnus melirik Cressa sambil menikmati teh yang menemani mereka berdua menonton televisi malam itu. Salju yang turun lebat di luar memperindah suasana yang sedang mereka nikmati. “Dia 100% lurus. Dia hanya merasa kalau dia harus le
Glenn menatap Jeslyn dengan tatapan tak percaya dengan apa yang diminta Jeslyn. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang langsung ke intinya. Sementara dia rasanya tak perlu mengeluarkan usaha lebih untuk itu. Itu membuatnya sedikit... bersemangat. “Tidak,” jawab Glenn dengan kosong, dia tidak mengizinkan Jeslyn untuk menyentuhnya. Jeslyn menyadari bagaimana Glenn menatapnya dengan tatapan kosong, Glenn kelihatannya punya pendirian yang teguh tentang tradisi tempat asalnya tersebut. Itu membuatnya cemberut. “Sungguh? Aku tidak pernah ditolak sebelumnya,” gumam Jeslyn, dia kelihatannya kesal. Antara kesal dan malu, itu yang Jeslyn rasakan. Namun, di sisi lain dia merasa semakin tertarik dengan Glenn. Karena menurutnya, Glenn punya pesona yang tidak dimiliki pria lain. “Ya, kau amat tidak sopan,” balas Glenn, langsung menilai perilaku Jeslyn barusan. “Lebih tidak sopan jika aku menciummu langsung. Aku bisa melakukan hal yang lebih tidak sopan. Namun karena statusmu
“Aku hanya sedang ingin bersama temanku malam ini. Aku juga tidak akan pulang terlalu larut, mungkin satu atau dua jam lagi. Apa yang salah denganmu?” Cressa mengomeli Magnus di depan kafe, dia menatap Magnus dengan kesal karena Magnus menyusulnya langsung ke kafe alih-alih menunggunya. Cressa tak tahu bagaimana Magnus mengetahui keberadaannya begitu cepat, namun dia jelas merinding karenanya. “Saljunya akan turun semakin lebat malam ini. Untuk itulah, aku menjemputmu segera sebelum saljunya turun dengan lebat,” balas Magnus dengan santai sambil melahap pastry yang dia pegang. Cressa menatap Magnus dengan kesal. Dia kemudian melihat Jeslyn yang dengan tenang sudah duduk di mobil, di sebelah Glenn. Dia merasakan sesuatu yang aneh pada Jeslyn sekarang.“Jawab dengan jujur, bagaimana kau bisa tahu jika aku ada di sini? Apa kau menguntit aku?” Cressa mengerutkan alisnya, menatap Magnus dengan serius. “Aku tidak punya waktu untuk menguntitmu. Kau tahu jika aku sibuk,” balas Magn
“Jadi, kau bukan korban kekerasan rumah tangga, kan?” tanya Jeslyn lagi. Cressa menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya. “Aku sudah mengatakannya dengan jelas. Itu bukan suamiku, itu saudara suamiku.““Baiklah, tapi itu tetap tidak benar tentang fakta bahwa dia menamparmu. Apa yang membuatnya sampai melakukan itu padamu? Kau kan adik iparnya, kenapa bisa dia tegas menamparmu?” “Soal itu... sebenarnya panjang jika diceritakan,” gumam Cressa, dia bingung bagaimana menjelaskan alasan Garret menamparnya. “Ayolah, aku punya waktu semalaman untuk mendengarkan ceritamu. Aku sebenarnya khawatir, saat kau meminta bertemu denganku malam ini.” “Dia memintaku ikut bersamanya. Well, singkatnya aku menolak karena aku tahu hubungan dia dengan Magnus sedikit buruk. Aku jadi skeptis padanya. Tetapi dia sepertinya bukan tipe orang tang bisa menerima penolakan, dia memaksaku dan aku memberontak. Jadi, dia menamparku.” Cressa mengetuk lud
Magnus menatap Cressa yang sudah ada di bawah tubuhnya, dalam keadaan keduanya sudah tidak menggunakan kain apa pun di tubuh mereka. Mereka kali ini melakukannya di atas kasur. Magnus menggerakkan pinggangnya dengan tempo lembut seperti biasanya. Sementara Cressa memeluknya dan mencakar halus punggung Magnus. Gerak tangan Cressa yang membelainya juga merupakan bagian dari sesuatu yang membuat Magnus semakin bergairah kepadanya. Menghadapi stamina Magnus memang bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan pembawaan Magnus yang lembut membuat Cressa tak pernah merasa tertekan saat melakukannya. Apa lagi, Magnus senantiasa mendahulukan pelepasannya. Setelah beberapa saat, Cressa selesai mandi lebih dulu. Magnus yang membantunya mandi karena sebenarnya Cressa sudah malas mandi karena lelah. Dia keluar dari kamu mandi dan menatapi ponsel Magnus yang ada di nakas. Ada pesan baru dari Glenn. Dan itu membuat ponsel Magnus menyala, menunjukkan foto Cressa ya
“Tapi, tidakkah kau merasa sedikit takut padanya? Dia baru saja membunuh seseorang.” Cressa menatap Serenia dengan ragu, bertanya dengan suara pelan. Dia menunggu jawaban Serenia.Serenia terdiam untuk beberapa saat. Dia juga tak pernah menyangka Magnus akan melakukan hal sejauh ini. Bohong jika dia tidak terkejut mendengar kematian Kalix setelah beberapa hari dari pertemuannya dengan Cressa di gedung kantor pusat Montgomery. Tanpa perlu bertanya langsung, Serenia sudah bisa memastikan jika Magnus ada campur tangan tentang kematian Kalix. Dan dia hanya diam, tidak melakukan tindakan apa pun.Diam-diam, Serenia senang akan mendengar kabar kematian Kalix. Karena Montgomery sekali pun, dulu tidak menang dari Armstrong dalam mendapatkan keadilan untuk Cressa. Mengetahui Magnus selaku keturunan asli Armstrong, membunuh anggota Armstrong yang telah melukai harga diri Montgomery, jelas adalah sesuatu yang memuaskan. Tidak peduli lagi akan yan
Magnus menatapi pipi Cressa yang memerah. Langkahnya cepat untuk menggapai Cressa dan dia meraih rahang Cressa yang membuat Cressa langsung menatap ke arah matanya. “Apa yang dia lakukan terhadapmu? Dia menamparmu?” tanya Magnus. Cressa meneguk ludahnya saat melihat mata Magnus mempunyai sorot mata yang mengerikan. Magnus telah membunuh seseorang yang telah melecehkannya di masa lalu. Lalu, apa yang akan dia lakukan jika tahu kalau istrinya telah ditampar saudaranya. “Ya, aku menamparnya. Apa kau akan marah setelah aku meletakkan tanganku pada pipi istrimu yang manis? Maaf ya, tapi dia terlalu banyak memberontak. Dia bahkan menggigitku.” Garret mendengus seraya menatapi tangannya yang berdarah dengan bekas gigi di sekitarnya. “Beraninya kau!” Magnus melepaskan tangannya dari Cressa dan mendekati Garret. Garret memperhatikan saudaranya tersebut dalam diam, senyumannya menunjukkan rasa puas karena melihat saudaranya yang sepertinya ter