Dibalik frustasi yang Magnus rasakan selama menahan dirinya, ada Cressa yang dengan polosnya tidak menyadari hal itu dan duduk di meja kerja Magnus sambil menatap pria itu. Cressa memposisikan dirinya berhadapan dengan Magnus, namun lebih sedikit ke kiri saat itu.
“Pulanglah!” ujar Cressa seraya menyilangkan kakinya.Magnus berusaha tak melihat apa pun. Dia terus menatap komputer, enggan untuk lihat istrinya sama sekali. Lantaran di matanya dan baginya, Cressa adalah godaan sesungguhnya. Dia tak tahan jika harus melihat Cressa tanpa bisa menyentuhnya seperti belakangan ini.Namun, pemandangan paha Cressa yang roknya tersingkap adalah satu hal yang tidak bisa diabaikan. Magnus meliriknya sejenak, sebelum akhirnya menatap Cressa yang sekarang posisinya lebih tinggi dari tempatnya duduk. Entah kenapa dia merasa jika Cressa sedang menggodanya.“Glenn, kau bisa tunggu kami di mobil?” tanya Magnus.“Ya, tentu aku bisa.”Begitu Gl“Argh...” Magnus meraung dengan putus asa sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Sial, ini pertama kalinya dia melihat salju pertama turun sambil mendapatkan kenikmatan seperti ini. Dengan Cressa yang membantunya untuk melepaskan rasa frustasi terpendam dalam dirinya. “Ah...” Magnus menengadah, bersandar ke sofa sambil tersiksa salah rasa nikmat dari genggaman tangan Cressa yang memberikan pijatan lembut di batang selangkangannya. Magnus menatap Cressa yang duduk di sisinya dengan wajahnya yang terkesan polos, namun ada rasa penasaran di dalam matanya. Cressa terus memperhatikan bagaimana Magnus bereaksi dan bagaimana Magnus merespons setiap sentuhannya.Magnus mengutuk dirinya sendiri saat melihat Cressa yang menikmati situasi ini diam-diam, dengan wajahnya yang tak memberikan ekskresi khusus. Dia akan membalas gadis ini secepatnya. “Mm... O-ouh...” Magnus tak bisa menghentikan suaranya yang gemetar tangan Cressa yang lainnya memb
“Keluarga Montgomery memang sangat menarik, bukan? Kita sama-sama merelakan nama keluarga kita untuk dua wanita Montgomery itu. Begitu besarnya pengaruh Montgomery pada perekonomian Metronyx dan sekitarnya.” Robert terkekeh pelan sambil menuangkan minumannya sendiri. Magnus duduk di depannya dengan santai, sambil mendengarkan Robert bicara. Keduanya tidak pernah bicara secara pribadi sejak Magnus dan Cressa menikah. Mereka hanya canggung. “Ya, mengingat betapa stabilnya kemajuan Montgomery dari generasi ke generasi, tentu menjadi penarik perhatian investor untuk memberikan investasi mereka dengan risiko rendah dan keuntungan yang stabil.” Magnus menganggukkan kepalanya setuju. “Pesanlah sesuatu yang kau inginkan, ini mungkin akan menjadi obrolan yang lama.” Magnus tidak segan memesan. Dia memakan makan malamnya dengan tenang, sebelum melanjutkan obrolan dengan Robert. Dia sempat memikirkan bagaimana keadaan Cressa tang terjebak di acara makan
“Aku tidak mengerti dengan apa yang kau maksud. Kau juga mengatakan sesuatu tentang suamiku saat awal menyambutku sebagai anggota Hades Circle. Dan sekarang, kau menyebutkan hal yang sama.” Cressa menatap Gabriella, menantikan penjelasan langsung darinya. Gabriella menatap Cressa dengan tatapan iba, entah kenapa. Seolah wanita muda di hadapan ini rasanya memerlukan bantuannya. Dan Gabriella bangkit dari tempat duduknya. “Ayo, kita bicarakan di ruang kerjaku!” ajak Gabriella. Cressa bangkit dan mengikuti Gabriella untuk meninggalkan para anggota Hades Circle yang masih berada di meja makan. Mereka sempat melihat ke arah Gabriella dan Cressa sebentar, sebelum menikmati waktu mereka tanpa memedulikan keduanya. Cressa melirik ke sekitar, melihat kemewahan penthouse milik keluarga Dellburm tersebut. Cressa melewati beberapa ruangan lainnya sambil melihat-lihat. Begitu tiba di ruang kerja Gabriella, Gabriella menutup pintu di belakang Cres
Robert lantas tertawa, dia geli dengan Magnus yang langsung mengharapkan posisi Serenia saat ini. Dia merasa menang karena dugaannya mengenai suami dari adik iparnya ini ternyata benar. “Ya, itulah yang aku inginkan juga. Kau menduduki posisinya Serenia. Itu adalah bagian dari keuntunganmu. Kita akan saling menguntungkan dalam hal ini,” ucap Robert. “Dengan posisi Cressa saat ini, kurasa akan sangat mudah untuk mengakses informasi keuangan.” Magnus menganggukkan kepalanya dengan santai, dia hanya tersenyum simpul. *** Cressa memasuki apartemen yang ditinggalinya bersama Magnus. Tempat di mana baru sekitar dua minggu dirinya dengan Magnus menjalin kasih sebagai suami istri. Saat ini perasaannya campur aduk, mengenai Magnus dan semua hal yang baru saja dia ketahui. Antara harus bersyukur karena pernikahan mereka masih dini untuk mengetahui sisi gelap Magnus, atau justru kesal karena saat ini dia dan Magnus punya hubungan yang
Cressa pada akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi malam itu. Dia menghubungi Paul untuk kembali ke mansion sendirian karena dia tidak jadi pergi. Dia juga diam-diam menanyakan jadwal Magnus yang katanya akan sibuk beberapa hari ke depan pada Glenn. Magnus menatapi Cressa yang fokus pada tabnya sendiri di kasur. Magnus sudah melepaskan bajunya, bersiap untuk tidur. Dia merangkak di atas kasur mendekati Cressa. Tanpa aba-aba, dia berbaring di pangkuan Cressa yang membuat Cressa sedikit terperanjat kaget. “Kau ini apa-apaan? Bantalmu di sebelah sana!” omel Cressa dengan mengerutkan alisnya. Magnus hanya tersenyum simpul menatap Cressa dari tempatnya berbaring dan memejamkan matanya untuk pura-pura tidur. Sementara Cressa mengguncang tubuhnya. “Hey!” “Diamlah, aku lelah. Aku juga sedikit pusing karena kebanyakan minum tadi,” ucap Magnus. Cressa hanya menghela nafasnya dan menatapi wajah M
“Laporkan saja! Kenapa kau malah jadi diam? Laporkan saja!” Cressa menyilangkan tangannya di depan dadanya dan menatapi Paul yang hendak melaporkan kegiatan Cressa pada Magnus. Dan Paul tampak tertekan di bawah pengawasan Cressa yang menatapnya dengan tajam. Cressa melihat langsung pesan Magnus pada Paul yang meminta Paul melaporkan kegiatan Cressa. Magnus: Dia bersamamu sekarang? Apa pun yang dia lakukan, beritahu aku!Cressa antara ingin tertawa atau justru harus merasa ngeri karena Magnus bersikap sejauh ini. Meski dia meminta jadwal harian Magnus juga pada Glenn, namun dia tidak sampai meminta perincian apa saja yang dilakukan Magnus. Magnus malah terlihat seperti penguntit sekarang ini.“Lady tadi meminta berhenti sejenak untuk membeli anak ayam yang masih hidup, kemudian begitu tiba di mansion, dia hanya memberi makan hiu—”“Chloe.” Cressa menyilangkan tangannya sambil melihat Paul mengetik. Paul menghela nafasnya, dia m
Cressa terdiam saat Serenia mengatakan sesuatu tentang Magnus seperti itu. Magnus melakukan banyak hal untuknya, karena dia mencintai Cressa. Cressa yang tidak peka akan cinta hanya cemberut saat mendengarnya. Tidak, bukan tidak peka. Dia menyangkal. “Apa maksudnya itu?” Cressa mengerutkan alisnya. “Dia memperjuangkanmu sedari awal. Dia tidak mendapatkanmu dengan mudah. Maksudku, aku tidak memberikanmu padanya dengan semudah itu. Itu tidak mungkin, tahu.” Serenia menatap Cressa dengan sedikit penasaran dengan reaksi Cressa. Namun, sudah jelas jika Cressa menyangkal atas apa yang terjadi. “Itu tidak mungkin. Sudah jelas jika pernikahan kami hanya karena kontrak. Tidak, tidak ada kontrak khusus. Mungkin lebih bisa disebut perjodohan?” Cressa memiringkan kepalanya.“Terserah apa katamu.” Serenia menggelengkan kepalanya. Serenia sedikit kesal dengan penyangkalan Cressa saat ini. Namun, lihat Cressa yang langsung lebih tenang dan
Magnus melirik Cressa yang sama sekali tidak bergeming di tempatnya berdiri. Magnus menatapi kaki Cressa yang terkena kopinya sendiri. Magnus tak tahu apakah kopi itu masih panas atau sudah lebih dingin. Namun, dia tetap keheranan atas sikap Cressa saat ini. “Oh, jadi ini istrimu? Cressida Montgomery. Aku yakin kita sudah pernah bertemu sebelumnya. Aku datang saat pemakaman kedua orang tuamu.” Kalix berjalan mendekati Magnus dan Cressa. Kalix menaruh kedua tangannya di belakang punggungnya dan sedikit membungkuk ke arah Cressa yang sama sekali tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Kalix menatap ke bawah dan melihat kekacauan yang dibuat Cressa. “Oh, apa-apaan ini? Kenapa kau menumpahkan kopi?” Kalix menatapi kaki Cressa. Magnus mendengus. “Apa yang sebenarnya Paman lakukan di sini?” “Aku di sini untuk menemuimu, dan mungkin menyapa istri dari keponakanku ini.” Magnus melirik Cressa, Cressa sama sekali tidak bersuara. Panda
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus.“Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia
Magnus mengantarkan Agnes ke kamarnya. Dia masih ingat betul posisi kamar Agnes saat mereka masih berkencan. Dia kadang datang untuk mengunjunginya, membawakannya hal kecil seperti makanan atau camilan manis, hingga hadiah-hadiah berupa barang mewah. Sejak dulu, Magnus memang pria yang royal dan loyal. Dia tidak akan perhitungan soal uang pada gadisnya. Dan kenangan itu membuat Agnes tersenyum saat memasuki kamarnya bersama Magnus. “Sudah lama sekali kau tidak datang ke sini, ya?” Agnes tersenyum sambil naik ke kasurnya. “Istirahatlah! Masih banyak yang harus aku selesaikan.” Magnus tampak berdiri di pintu saja. “Kau tidak akan menemaniku dulu?” Agnes menatap Magnus dengan tatapan kecewa. “Aku sudah menikah, ingat? Aku hanya melakukan ini karena Cressa juga, aku enggan dia dalam bahaya. Juga, setidaknya kau tidak membahayakan bayimu sendiri,” ucap Magnus dengan dingin. Agnes terdiam. Dia sebenarnya sudah bisa menebak maksud Magnus. Yang membuatnya
“Magnus!” pekik Cressa saat Magnus malah berusaha mendekati Agnes saat ini. Dalam keadaan Magnus yang ditodong oleh Agnes, dan Agnes yang dengan nekat mengatakan jika tidak ada yang boleh memiliki Magnus dari pada dirinya, tentu Cressa khawatir akan keselamatan Magnus. Tetapi tak ada yang bisa dia lakukan selain berdiri sana. “Agnes, sebaiknya kau tidak berusaha untuk menggunakan pistol itu!” Glenn mengeraskan rahangnya, dia mulai membenci suasana ini. Beberapa anggota pasukan khusus itu mulai mendekati Agnes juga, yang membuat Agnes langsung siaga dan mengarahkan pistolnya ke sembarang arah. Magnus akhirnya mengangkat tangannya untuk memberikanku sinyal bagi mereka untuk tidak mendekat. “Aku sedang hamil. Suruh mereka turunkan senjata mereka lebih dulu!” titah Agnes dengan takut. Bisa dilihat jika sebenarnya Agnes juga takut. Namun berusaha berlindung di balik fakta kalau dia hamil. Dia juga berusaha mendapatkan Magnus kembali dengan menggunakan bayi d
“Aku mengenal Agnes cukup baik. Dia orang yang cukup nekat. Dan kelihatannya dia sangat tidak senang dengan pernikahan Magnus bersama Cressa.” Glenn menatap sekitar. “Sayangnya kami menemukan rumah ini kosong. Hanya ada kalian berdua di ruangan ini, di rumah ini. Semua ruangan kosong. Aku sudah memeriksa semua laporan dari anggotaku.” Komandan pasukan khusus tersebut menginformasikan langsung pada Glenn. Dia kemudian melirik Glenn dan Jeslyn yang tampak terdiam. Glenn kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. “Kau sudah menyelamatkan Magnus sebelumnya?” tanya Glenn. “Oh, tentu saja. Tidak ada yang tahu tempat ini sebelumnya, jadi kami memilih menyelamatkan Magnus lebih dulu, yang tempatnya lebih jelas,” jawab Jeslyn. “Apa ada yang salah?”“Lantas di mana Magnus?” Glenn menatap Jeslyn dengan lebih serius. “Dia di luar, bersama Cressa. Kondisinya sangat lemah, dia tidak diberi makan sama sekali oleh ayahnya. Padahal dia putranya, tapi kenapa dia begitu—
“Kelihatannya kau sangat lapar.” Cressa memperhatikan Magnus yang makan dengan lahap. Sambil menuju ke kediamannya Agnes, Magnus memakan beberapa nasi kepal yang mereka beli di jalan. Dia belum makan berhari-hari, hingga membutuhkan sangat banyak makanan seperti itu. “Dia benar-benar tidak memberiku makan selama beberapa hari.” Magnus terkekeh pelan, berbicara setelah menelan makanan yang dimakannya. “Pantas saja kau terlihat begitu lemas begitu aku datang.” Cressa menghela nafasnya berat. “Kau harus mendapatkan pemeriksaan setelah ini. Penyanderaan tanpa makanan selama tiga hari seperti itu bisa merusak organmu. Tubuhmu juga mungkin sudah memecah otot-ototmu untuk bertahan hidup. Kau masih mendapatkan air selama itu?” tanya anggota pasukan khusus yang ada di mobil tersebut, itu merupakan bagian penjagaan karena kondisi Magnus sedang turun. Cressa menoleh pada anggota pasukan khusus yang mungkin lebih tau tentang kondisi kesehatannya Magnus meski hanya
Magnus menghela nafasnya dengan berat sambil menatap dadanya. Di balik mantelnya, kelihatannya peluru itu sudah masuk menembus dada. Dia lantas menatap Cressa yang tampak berkaca-kaca ketika melihat ke arah Magnus. Beberapa anggota pasukan khusus segera masuk untuk mengecek keadaan Magnus dan Cressa. Mereka bisa memastikan keadaan Cressa dalam hitungan detik, melihatnya berdiri tegap dan sehat. “Magnus!” pekik Cressa, gadis itu dengan cepat menghampiri Magnus untuk memastikan keadaannya, dia tampak gemetar saat mengulurkan tangan pada mantel Magnus. Salah satu anggota pasukan khusus berdiri di dekat Cressa, dengan cepat mengambil alih apa yang ingin dilakukan Cressa. Dia juga tampaknya mencari luka Magnus dengan membukakan mantelnya. “Aku baik-baik saja,” ucap Magnus dengan suara yang rendah dan pelan. “Kau tertembak! Apanya yang baik-baik saja!” pekik Cressa. “Dia tidak.” Anggota pasukan khusus itu tidak menemukan luka apa pun. Cressa juga
“Magnus! Kau baik-baik saja?” pekik Cressa saat melihat Magnus dalam keadaan babak belur, lesu, pucat, dan lemahHanya butuh beberapa hari Carlos membuat Magnus yang biasanya rapi dan terawat, menjadi sosok yang tampak seperti gelandangan dan punya banyak luka lebam. Magnus menghela nafasnya, kemudian terkekeh pelan. Kelegaan terlihat di wajahnya. Entah dia merasa lega karena akhirnya bisa melihat istrinya lagi atau senang karena Cressa bahkan mau menyelamatkannya. Magnus bahkan tak mengira kalau Cressa akan datang padanya. “Aku baik-baik saja. Aku senang kau datang.” Magnus menghela nafasnya sambil tetap menatapnya. Cressa tersenyum mendengarnya. Dia mengerti, Magnus sebenarnya putus asa, namun tetap enggan membiarkannya terluka jika datang ke sini. Namun apa boleh buat, sekarang dia sudah di sini, tepat di depan Magnus. “Wah, lihat siapa yang datang, dengan oleh-oleh yang aku inginkan.” Dari pintu yang menghubungkan ke ruangan lainnya, Carlos muncul sa
Hamil. Para pelayan wanita itu seketika menatap Cressa dengan tatapan iba seperti yang Cressa harapkan. Kata hamil bagi setiap wanita akan mempengaruhi emosi wanita lainnya, biasanya. Salah satu dari mereka mendekat untuk membantu Cressa membawakan tas uangnya tersebut. “Sebenarnya, ada beberapa tas lagi di luar. Ada empat tas lagi di luar,” ucap Cressa sambil memperhatikan pelayan yang masih bertambah kosong di depannya. Seperti yang diharapkan, mereka semua langsung menuju ke luar, untuk mengambil tas uang tersebut, usaha mereka bertujuan untuk membantu Cressa memasukkan uang tebusan yang dibawanya. Namun, dalam hitungan detik keempatnya tumbang di halaman depan. Cressa menatap pelayan wanita yang sudah berada di atas, menunggu yang lainnya sambil menatap ke depan. Cressa segera naik ke atas, dia memegangi perutnya, trik lain untuk mendapatkan simpati orang itu. Cressa juga dengan sengaja mengeraskan suara nafasnya. Memenuhi keinginan Cressa, pe