“Jadi, dia suamimu? Kenapa aku tidak diundang ke pernikahanmu?”
Melynda cemberut saat mendengar jika Cressa sudah menikah. Dia melirik Magnus, menatapnya sejenak. Melynda sangat terkejut saat Cressa datang bersama pria. Karena untuk pertama kalinya, Melynda diizinkan bertemu pria yang sedang bersamanya. Mengingat selama ini Cressa selalu menyembunyikan pria yang tengah bersamamu dari Melynda. Dan Magnus adalah kasus spesial. “Soal itu... Ayolah, pernikahannya diadakan secara sederhana di sebuah hotel. Tidak ada yang spesial tentang itu. Kau juga sedang ujian minggu lalu,” ucap Cressa mencari alasan. “Dia tampan, dari mana kau dapatkan dia? Carikan aku yang sepertinya.” Melynda menepuk Cressa dengan genit. Magnus tersenyum bangga mendengar pujian dari Melynda. Sementara Cressa meliriknya dengan sinis. Magnus mengangkat alisnya, seolah dia sedang mengisyaratkan jika dirinya memang tampan. “Ibumu yang mempe“Nafsu, ya? Sepertinya aku tidak seperti itu,” bisik Magnus pelan. Cressa menoleh ke arah Magnus, keseriusan di wajahnya menghilang. Hanya menunjukkan wajah penasaran dengan apa maksud ucapan Magnus sebelumnya. Namun, dia menahan diri untuk bertanya. Cressa hanya menghela nafasnya dan kembali melihat jalanan. Magnus teringat akan sesuatu. Saat-saat di mana dia sedikit lebih muda dari dirinya sekarang, pergi ke tempat yang sangat jauh setelah memutuskan hubungan dengan keluarganya. Dia tidak tahu harus ke mana, dan harus apa. Dia kehilangan arah untuk sesaat. Hingga suatu waktu, dia sedang menikmati makan siang di sebuah restoran. Saat itulah, pertemuan pertamanya dengan Cressa terjadi. Dia bahkan tidak menyangka jika dia akan melihat sosok Cressa waktu itu. Saat Cressa masih berkuliah di kota tersebut. Cressa memasuki restoran itu bersama dengan teman-temannya. Dia dan para gadis itu duduk bersama di salah satu meja. Dan satu-satunya yang menc
Cressa melebarkan matanya. Dia melirik Magnus yang menggendongnya dengan satu lengan hanya untuk menjauhkan dia dari wanita yang memulai masalah dengannya duluan. Dan Magnus segera berjalan mundur untuk menjauhkan Cressa dari wanita itu. Wanita paruh baya itu hanya bisa mengerang kesakitan melihat tangannya berdarah akibat digigit Cressa. Dia bahkan tak menyangka jika Cressa akan melakukan hal seperti itu. Darah yang bercucuran ke lantai membuat para keamanan yang datang dengan cepat ke lokasi panik juga dan segera menghampiri wanita itu untuk segera memberikannya pertolongan pertama. “Apa kau baik-baik saja? Ya ampun, darahnya banyak sekali.” “Kurasa kita harus memanggil ambulans.” “Aku akan membalas ini! Dasar kau psikopat! Semua keluarga Montgomery adalah psikopat!” Wanita itu mengumpat dan menyumpahi Cressa sambil meringis kesakitan dan tampak menangis. “Nyonya, tolong
“Ya, dia dikatakan seperti itu karena setiap kali membunuh hewan yang baginya mengancam, dia tidak pernah merasa bersalah karenanya,” ucap Cressa sambil menatap ke arah lain seolah dia juga sebenarnya enggan mengatakan hal seperti itu tentang keponakannya sendiri. “Memangnya apa saja yang pernah dia bunuh?” Magnus mengangkat alisnya, dia semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Magnus ingat jika Cressa yang sikapnya agresif juga bisa dibilang psikopat. Mengingat dia pernah menceburkan kakak ipar dan selingkuhannya ke kolam hiu putih yang dia pelihara di kediaman Montgomery. Dia memelihara hiu putih saja adalah sesuatu yang tidak bisa diterima nalar. Pada awalnya, Magnus hanya berpikir logis tentang kebiasaan orang-orang kaya yang unik. Mereka kadang suka mengoleksi sesuatu yang tidak perlu. Seperti binatang buas. Jika pecinta burung, mungkin akan memelihara mereka dan menyediakan sangkar besar. Jika pecinta
Magnus menatap bibir Cressa cukup lama. Antara sadar dan tidak, dia memasukkan jempolnya ke mulut Cressa. Dan secara spontan mendapatkan gigitan dari Cressa yang sepertinya berusaha tak membuat jempol Magnus masuk lebih lama. Dia bahkan tak merasa sakit untuk itu. Cressa menatap Magnus dengan bingung, sebuah tanda tanya besar muncul di pandangannya. Bagaimana tidak, dia tentu bertanya-tanya dengan maksud Magnus memasukkan jemarinya. Cressa bisa menganggap itu karena Magnus ingin meraih lidahnya, menghentikannya untuk mengatakan sesuatu yang tidak dipikirkan akibatnya. Namun, sepertinya itu hanya nafsu Magnus semata. Karena begitu dia mengeluarkan jempolnya, tangan Magnus langsung mencengkeram dagunya dan mencium bibir Cressa, mencari lidah Cressa untuk mendapatkan sensasi yang belakangan ini menghantuinya. Tindakan Magnus cukup mengejutkan bagi Cressa. Meski sebenarnya dia menyukai tindakan yang tiba-tiba seperti ini. Cressa cukup suka saat ada orang ya
Wanita itu tersenyum simpul menatapi Magnus. Wanita itu memiliki tatapan yang agak kosong pada Magnus, walau tanpa sadar matanya sedikit berkaca-kaca ketika Magnus menoleh padanya.“Oh, bagaimana bisa kau di sini? Bukankah kau seharusnya tidak di sini?” Magnus tampak lebih dingin padanya, dia biasanya berbicara dengan nada yang cenderung netral. Wanita itu mengambil nafas cukup panjang sebelum akhirnya bicara, dia juga sempat mengedipkan matanya dulu agar dia tidak begitu terbawa emosi tentang pertemuannya dengan Magnus. “Kebetulan ini kasus pertamaku. Aku di sini untuk menemuimu sebagai pengacara dari Diggery.”Magnus melirik Glenn, Glenn bahkan tampak terkejut dengan kedatangan Agnes. Glenn menatapi tabnya, memeriksa kembali jika memang benar Agnes adalah pengacara lawan mereka. “Kau tidak memberitahuku jika Agnes yang menjadi pengacara Diggery,” ucap Magnus. “Aku hanya mendapatkan pemberitahuan jika dia akan datang hari in
“Magnus hari ini menemui seorang pengacara, ya? Wanita?” Cressa menyesap tehnya dengan tenang sambil melirik seorang wanita yang sekarang berada di hadapannya. Wanita itu merupakan seorang resepsionis perusahaan. Dia bekerja di bagian depan dalam menyambut tamu dan mengetahui orang yang keluar masuk gedung perusahaan. “Iya, dia pengacara dari Diggery, dia mengatur pertemuan dengannya pagi ini untuk membahas tentang kasus yang akan dimediasi antara Montgomery dengan Diggery. Dia berasal dari firma hukum—”“Tidak perlu spesifik, aku tidak memintamu spesifik, tuh. Aku hanya bertanya dengan santai,” ucap Cressa sambil menatap wanita yang tampaknya memang hendak memberitahunya semuanya. “Aku memanggilmu bukan karena aku ingin mengetahui tentang wanita itu. Aku tidak penasaran sama sekali, aku juga tidak cemburu,” ucap Cressa. Wanita itu ternganga sedikit, dia tidak mengatakan apa pun tentang cemburu atau penasaran, tapi Cressa langsung men
“Mantannya Magnus?” Cressa mengangkat alisnya, dia tidak begitu terkejut sebenarnya. Melihat bagaimana Agnes adalah sosok wanita yang cantik, dia terbilang pantas menjadi mantan pacar suaminya. Cressa menatapnya dari atas ke bawah, memberikan tatapan intimidasi yang khas, seolah mengisyaratkan jika wanita ini mantannya, maka dia adalah istrinya. “Iya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan tentangmu. Kau merasa keberatan dengan pernikahan ini, kan? Kalau begitu, tolong biarkan Magnus menemuiku sesekali. Aku setidaknya, kau tidak boleh menghalangi hubungan antara aku dan Magnus. Ini agar kita sama-sama diuntungkan—” Tatapan Cressa menggelap, mendengar semua perkataan Agnes membuatnya tampak kesal. Namun, dia melirik ke arah sekitar, dan mengingat tentang perkataan Magnus jika dia harus menjaga sikapnya, jika ingin naik ke pangkat yang lebih tinggi seterusnya. Karena para dewan mengawasinya. “Jaga bicaramu!” Cressa memberikan sebuah kalimat singkat untuk memotong Agnes. Agnes terd
Cressa duduk bersama temannya saat itu, sedang menunggu temannya yang lain datang. Setelah Magnus mengantarkannya pulang, Magnus malah menghilang entah ke mana, yang pasti dia ada makan malam dengan seseorang yang meneleponnya tadi. Cressa sudah tidak peduli itu Agnes atau bukan. Dia sudah puas dengan apa yang dilakukan Magnus untuk tidak mempermalukan dirinya di depan Agnes atau publik. Banyak yang melihat kejadian itu, dan Cressa merasa berhasil menunjukkan siapa yang lebih unggul. Namun, begitu mendengarkan pernyataan temannya yang sedang duduk berdua bersamanya, tentang dia yang mendengar pembicaraan Magnus dengan Agnes, itu membuat Cressa merasa tak nyaman lagi. Kali ini bukan tentang Agnes, melainkan Magnus. “Di zaman sekarang, jarang sekali orang yang tidak melakukan aktivitas bercinta sebelum menikah. Itu pemikiran kuno. Namun, aku bisa mengerti jika beberapa orang mempertahan pemikiran itu. Biasanya berdasarkan kepercayaan masing-masing dan kem
Kali ini Cressa tak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia membutuhkan Magnus untuk memuaskan hasratnya. Dan Magnus yang menginginkan hal serupa jelas tak akan berhenti di sana. Apa lagi bagaimana Cressa memberikan reaksi. Cressa membuatnya gila.Tanpa berbasa-basi, Magnus mengangkat tubuh Cressa, melingkarkan kaki Cressa di pinggangnya dan membawa Cressa naik ke kamar. Dia kemudian membaringkan Cressa di kasur. Sementara dirinya mulai melucuti pakaiannya sendiri yang hanya akan menghalangi kegiatan mereka. Cressa memperhatikan bagaimana Magnus menelanjangi dirinya, memperhatikan jika otot-otot Magnus belakangan ini semakin jelas, ukuran ototnya sepertinya bertambah seiring dia berada jauh dari Cressa. Pikiran tentang tidak menyentuh Cressa dalam waktu yang lama tentu adalah sesuatu yang berat. Magnus harus mengalihkan perhatiannya agar dia tidak terlalu memikirkan tentang tubuh istrinya, atau segala kepuasan yang ada di dalamnya. Dia melampiaskan semuanya dengan kegi
Setelah Serenia mengatakan sesuatu tentang hukuman, sekarang Cressa mengerti kenapa Magnus saat ini duduk di pinggir kasur dengan membungkuk, hingga kedua lengannya harus menahan postur tubuhnya yang sedang tertunduk tak jauh dari Cressa. “Aku akan pergi ke Bericont untuk beberapa minggu. Ada banyak yang harus aku lakukan di sana.” Magnus menghela nafasnya dengan berat, kelihatannya dia sebenarnya enggan. Cressa memalingkan wajahnya. Dia sebenarnya tidak mau berbicara dengan Magnus. Namun Magnus sudah berkali-kali membujuknya dan meminta maaf padanya. Hingga dia juga mengalah dengan tinggal di mansion Montgomery untuk beberapa haru belakangan ini. “Sepertinya kau sangat ingin menjauhiku,” gumam Cressa. “Kau tahu bukan itu maksudku. Ini perintah Serenia. Dia saat ini kembali memegang kendali di kantor. Aku tidak bisa menentangnya.” Magnus menatap Cressa dengan pasrah. Cressa hanya bisa menghela nafasnya kemudian. Dia juga tidak tahu harus mengatakan apa. Lagi pula, sepertinya
Saat Cressa memberontak dari gendongannya, Magnus menguatkan lengannya untuk menahan tubuh Cressa. Dia bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Cressa karena mungkin kurangnya asupan nutrisi yang cukup selama beberapa hari belakangan ini. “Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” Cressa terus memberontak. Magnus mendekap Cressa ke dadanya. Cressa menolak menyentuhnya sama sekali, itu sebenarnya membuat harga dirinya turun di depan orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, Magnus tetap berusaha mempertahankan fasadnya yang tegas. “Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untukmu sekarang. Berhenti memberontak!” Tangan kanan Magnus mencengkeram kuat kedua lutut Cressa.Cressa terus mendorong Magnus menjauh, dan kedua kakinya dia ayunkan. Meski begitu, tak lama kemudian dia terdiam saat merasakan nafasnya tiba-tiba menjadi berat. Dan dia merasa lelah hanya karena pemberontakannya yang lemah. “Lihat? Kau membutuhkan bantuan medis sekarang.” M
“Aku tidak tahu apa pun tentang yang terjadi antara Cressa denganmu. Tapi aku sedikit tersinggung atas ucapanmu tentang selingkuh. Aku? Menjadi selingkuhan? Oh, harga diriku benar-benar terluka. Aku lebih baik mendapatkan gadis lain.” James langsung mendecak tak percaya, dia menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia sebenarnya sangat penasaran atas apa yang terjadi dengan hubungan rumah tangga pasangan yang menikah kurang dari empat bulan tersebut. Dia bertemu mereka saat mereka baru menikah, dan dalam keadaan harmonis. Suasana ini jelas sangat berbanding terbalik. Magnus hanya melirik ke arah James dengan sedikit sinis. Meski begitu, mendengar langsung bagaimana James menjelaskan situasi yang terjadi antara dia dan Cressa, tak ada indikasi perselingkuhan. Berusaha mengesampingkan perasaan kesalnya karena melihat Cressa bersama pria lain di sebuah kabin, dia ingin fokus pada perasaan Cressa saat ini dan fakta kalau dia sedang hamil. Magnus berjalan mendekati Cressa, dia berdiri
“...sungguh, dia memintaku menurunkannya di persimpangan jalan sana, dan kemudian sebuah mobil tiba begitu dia turun dari taksiku. Dia sudah menelepon seseorang selama di perjalanan.” Sopir taksi yang sekarang tengah ditodong pistol oleh salah satu anak buah Magnus itu tampak berusaha keras menunjukkan kejujurannya. Dia mengangkat tangannya dengan ketakutan juga. Magnus menganggukkan kepalanya mengerti dan membuat anak buahnya menurunkan pistol tersebut. Sekarang Magnus penasaran dengan orang yang berani membantu istrinya tersebut di saat seperti ini. Dia kemudian memikirkan seseorang. “Sepertinya belakangan ini aku tidak melihat Paul,” gumam Magnus. “Dia sedang berada di luar kota untuk urusan lainnya, itu yang aku ketahui,” jawab Glenn. “Sungguh? Bagaimana jika dia di luar kota karena membantu Cressa pergi?” “Dia tidak akan melakukan itu. Nyonya Serenia sendiri yang mengirimnya keluar kota beberapa hari yang lalu, tepat sebelum semua ini terjadi. Aku yakin Cressa tidak b
Serenia memegangi bahu Jeslyn dengan erat, yang tentu berhasil membuat Jeslyn merasa terintimidasi dan tak punya pilihan selain jujur padanya. Serenia juga jelas sedang khawatir. “Jangan bilang jika Magnus bahkan tidak mengetahui tentang ini,” ucap Robert. Serenia melirik suaminya tersebut dan menatap Magnus. Sementara Robert hanya tersenyum tipis sambil menggoyangkan kakinya santai, menurut Robert akan seru jika Magnus kehilangan kepercayaan Serenia sepenuhnya. “Benar, Cressa sedang hamil. Dan dia memang belum memberitahu siapa pun selain aku.” Jeslyn menganggukkan kepalanya. Serenia seketika melepaskan bahu Jeslyn dan mendengus kasar. Serenia menutup wajahnya dengan perasaan khawatir pada adiknya tersebut. Sementara Magnus memejamkan matanya sejenak sambil menyandarkan bahunya ke sofa. Magnus memijat keningnya agak kasar begitu mendengar kabar kehamilan istrinya, dari sahabat istrinya. “Kenapa dia tidak langsung memberitahuku jika dia hamil?” Ma
Sedetik setelah kehilangan kendalinya lagi, Magnus menghela nafasnya berat. Dia tentu menyesalinya setelah membentak Cressa. Apa lagi, reaksi Cressa yang tampak membeku sesaat, dengan ekspresinya yang terlihat menahan tangisnya. “Dengar, aku sama sekali tidak berniat membentakmu. Hanya saja, semuanya terasa semakin sulit saat kau tidak mendengarkanku dan justru menuduhku.” Magnus mendengus. Cressa memalingkan wajahnya. Dia ingin mendengarkan Magnus lebih lanjut, mendengarkan penjelasannya lagi meski harus menahan air matanya. Dia juga merasa kalau dirinya semakin sensitif dan emosional belakangan ini. “Aku sudah menjelaskannya dengan jelas, bukan? Situasinya tidak menguntungkan untuk Agnes jika dia tinggal di Luston. Untuk itulah aku membawanya kembali ke Metronyx dan membiarkannya tinggal di Metronyx. Mungkin setidaknya sampai bayinya lahir. Kau mengerti maksudku, kan? Setelah bayinya lahir, pasti orang tuanya Agnes berubah pikiran, tidak mungkin bagi mereka membu
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus.“Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia