Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan

Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-27
Oleh:  Mommy JasmineOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat. 4 Ulasan-ulasan
37Bab
5.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Karena miskin, kekasihnya justru menikahi wanita lain. Oleh sebab itu, Hana memutuskan menikah dengan lelaki yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya. Namun, siapa sangka pria itu bukan dari kalangan sederhana dan memiliki kekayaan sekelas Sultan?!

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Gagal Nikah

"Bang Ridwan ...," lirih Hana dengan melebarkan kedua matanya tatkala melihat foto kekasihnya tengah menyematkan cincin di jari manis wanita lain. Jantungnya seketika berdenyut nyeri, dadanya pun terasa begitu sesak kini.

Baru seminggu yang lalu, bahkan keduanya telah mengikat sebuah janji. Di mana dalam janji itu nanti akan melibatkan dua keluarga mereka.

Asa itu seketika melebur. Hancur berderai dan terserak begitu saja dan seakan tak mungkin lagi dapat ia raih. Bulir bening pun jatuh mengalir deras di kedua pipinya.

***

Hana, wanita berusia 22 tahun itu terpaksa menelan kecewa karena orang yang selama lima tahun ini ia cinta dan cinta ini tidak luntur karena LDR, tega mengingkari janji untuk datang melamarnya.

Ridwan sama sekali tak memberi alasan apapun tentang mengapa dirinya tidak datang. Padahal dirinya sendiri yang menginginkan acara ini digelar secepatnya. Awalnya sudah dijelaskan padanya bahwa Hana belum siap menjadi istri. Namun, berbekal keyakinan dan lamanya keduanya menjalin hubungan membuat Hana yakin bisa melewati semua ini.

Ridwan sudah berjanji pada Hana untuk membawa orang tua serta keluarga inti untuk datang melamar dan membuat sebuah ikatan yang dinamakan pertunangan.

"Udah Bude bilang, 'kan sama kamu, Hana? Ridwan itu nggak cocok sama kamu. Dia dari keluarga berada, sedangkan kalian apa? rumah kalian aja udah reot, mau ambruk gitu. Udahlah! nggak usah mimpi ketinggian!" ujar Obed, antara menasehati dan mencibir anak dari adik kandungnya itu. Dengan entengnya ia berkata-kata sambil membungkusi makanan yang ada.

Ia menganggap makanan ini akan mubazir jika tidak dibawa pulang.

Sementara Hana sudah menghabiskan tabungannya untuk acara ini. Tak dipungkiri, ada keinginan dalam hati untuk mengangkat derajat orang tuanya, agar tidak selalu menjadi bahan gibahan tetangga karena dianggap terlalu miskin.

Obed pun melengos pergi dengan beberapa makanan yang ia bawa dalam plastik kresek.

Hana masih memandangi punggung wanita berbadan gempal itu, semakin jauh dan tak terlihat lagi. Sungguh, saat ini Hana begitu rapuh. Ditambah lagi merasa kasihan melihat ibunya yang masih termenung duduk di kursi makan yang sudah berumur puluhan tahun.

"Buk, Riana nggak bisa lama lama disini. Karena besok Riana udah masuk kerja, maaf ya, Buk," Riana, kakak satu satunya Hana itu memang sudah biasa ingin cepat cepat pergi dari rumah itu. Saat lebaran pun, ia tak pernah datang untuk menginap, melainkan datang untuk bersalaman setelah itu pergi.

Sudah sejak tiga tahun terakhir sikapnya selalu begitu. Bahkan, Riana melarang keluarga untuk datang menemuinya di kost-an dengan dalih dirinya yang selalu sibuk dan saat hari libur pun Riana sanggup mengatakan dirinya lelah dan ingin beristirahat.

"Ya sudah! kalau kamu memang mau balik, hati hati di jalan ya!" ucap Nining yang kali ini tidak sedikitpun melarang anaknya itu pergi. Sebenarnya masih butuh Riana di sampingnya, Ia butuh kekuatan dari anak sulungnya itu untuk berdiri tegak, namun apa mau dikata? Riana memiliki karakter keras kepala dan keputusannya tidak bisa diganggu gugat.

Setelah rumah benar-benar sepi, Hana dan Nining duduk berdua. Hana hati-hati ingin memulai kembali pembicaraannya itu, takut kalau ibunya masih belum baik baik saja.

"Ibuk nggak papa, Hana. Ibu udah biasa di kecewakan seperti ini, Ibu cuma khawatir sama kamu. Kamu nggak kuat dan frustrasi," jelas sang ibu. Pandangannya tertuju pada satu titik di depannya, tatapannya kosong dan mata tua itu sekali-kali berkedip pelan. Menambah kesedihan tersendiri di hati Hana.

"Sudahlah! Ibu pengen istirahat" Nining pun bangkit dan berjalan menuju kamarnya.

Hana memandangi tubuh sang ibu yang berjalan sempoyongan hingga menghilang di balik pintu kamar.

"Huuuf," Hana membuang napas kasar. Ia mengambil handphone untuk melakukan panggilan kepada Ridwan. Biar bagaimanapun Hana masih berharap kisah kasihnya tak berakhir begitu saja. Ia akan menerima apapun alasan yang akan diberikan oleh Ridwan selagi Ridwan masih mau melanjutkan rencana yang sempat tertunda.

Tak mudah bagi seorang Hana melupakan cinta pertamanya itu. Banyak cerita yang sudah tersusun dalam benak Hana dan Ridwan. Selama ini Ridwan tak pernah membohonginya, ia selalu jujur dan selalu menjaga kehormatan Hana selama berpacaran. Ada yang mengganjal pikiran Hana mengapa lelaki yang sudah ia kenal begitu lama tega mengingkari janji? Apa gerangan yang membuat Ridwan tidak datang menepati janji?

Berkali kali ia mencoba menelpon, namun tidak bisa, nomor handphone Hana sudah diblokir.

'Bang, kenapa sih sama kamu? kenapa nggak ngasih kabar? seenggaknya kasih Hana alasan supaya Hana nggak bertanya-tanya kayak gini!' batin Hana dalam hati. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan seiring air mata yang kian mengalir tak ingin berhenti.

Sakit, marah, kecewa melebur menjadi satu di dalam dadanya. Sesak karena harus menerima kenyataan yang begitu menyakitkan. Merasa dibohongi dan dipermainkan perasaannya oleh orang yang ia cintai.

Satu Minggu setelah gagalnya acara pertunangan itu, Hana memilih untuk bekerja di sebuah toko roti. Setiap hari ia harus pergi ke kota untuk bekerja, setiap hari itu juga dirinya harus menumpang pada adik sepupunya yang bekerja di sebuah pabrik makanan, Anita namanya. Meski bertutur adik, Anita usianya jauh lebih tua dibanding Hana, keduanya terpaut usia sepuluh tahun.

Namun saat hari libur, Hana terpaksa berjalan kaki hingga ke jalan besar untuk naik angkot agar bisa sampai di toko roti tempat dirinya bekerja.

Saat jam empat sore, Hana akan berganti shift dengan temannya yang lain. Sekitar jam lima sore Hana baru akan sampai di rumah.

"Ibuk ke mana ya? tumben nggak ada." Hana pun membuka pintu utama rumahnya dengan kunci yang sengaja digantungkan di luar dinding oleh ibunya. Saat melepas penat, Hana duduk di kursi rotan buatan mendiang ayahnya di ruang tamu .

"Assalamualaikum ...," ucap Nining yang baru saja pulang.

"Wa'alaikumussalam. Dari mana, Buk?"

tanya Hana sambil meletakkan handphonenya di sisi kursi.

"Dari rumah Bude Obed. Si Rina nanti malam mau dilamar," jawab Nining sambil menenteng bungkusan makanan menuju dapur.

"Makan dulu, Han!" Nining menginterupsi. Namun tampaknya Hana masih enggan beranjak dari posisinya. Ia masih betah berlama lama duduk, karena seharian dirinya mondar mandir terus akibat customer yang membludak.

Saat malam tiba, Nining tidak bisa menghadiri acara pertunangan keponakannya karena kepalanya terasa pusing, lagi pula pasti sudah banyak orang yang ikut menyaksikan, jadi tidak ada pun dirinya sudah pasti acara tetap berlanjut.

"Buk ..., Ibuk nggak ke rumah Bude Obed?" tanya Hana yang sudah bersiap siap akan pergi kesana bersama ibunya.

"Kamu pergi sendiri aja, Han! Ibu pusing banget."

"Ya sudah, Buk. Hana juga nggak jadi pergi lah. Mau nemani Ibu aja di rumah," ujar Hana yang kemudian masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian dengan daster dan kembali ke kamar sang ibu.

"Kok nggak jadi pergi, Han? pergi sana! wakilkan Ibu," pinta sang ibu. Alih-alih menuruti perkataan ibunya, Hana malah dengan tenang mendekati Nining.

"Nggak, Buk. Ibu lebih penting." Hana pun ikut berbaring di samping ibunya.

***

[Han, kamu udah tau siapa tunangan Rina?] Hana membaca pesan masuk di aplikasi hijau miliknya. Lebih tepatnya dari Dina, sepupu sekaligus sahabat Hana satu-satunya yang masih mau berteman dengannya. Ia menautkan kedua alisnya, merasa aneh dengan pertanyaan Dina.

[Siapa?] Balas Hana penasaran. Sebenarnya tidak penting juga bagi Hana mengetahui siapa lelaki tunangan Rina. Lagi pula, meski sepupuan mereka tidak begitu akrab.

Hana mengklik gambar yang dikirim Dina. Matanya membulat kala melihat lelaki dalam foto. Seketika Hana duduk, kemudian keluar dari dalam kamar itu. Entah mengapa keringat jagung mengucur di wajahnya. Sungguh berharap apa yang ia lihat ini adalah mimpi.

Bersambung ...

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Adny Ummi
kerennn. lanjoott doonk
2023-09-15 02:09:39
0
user avatar
Mommy Jasmine
keren banget yes
2023-08-15 01:55:13
1
user avatar
Mommy Jasmine
buku ini bagus
2023-07-06 00:01:40
3
user avatar
Adny Ummi
seru nih, lanjut cepet, Thoorr!
2023-07-05 18:55:27
2
37 Bab
Bab 1 Gagal Nikah
"Bang Ridwan ...," lirih Hana dengan melebarkan kedua matanya tatkala melihat foto kekasihnya tengah menyematkan cincin di jari manis wanita lain. Jantungnya seketika berdenyut nyeri, dadanya pun terasa begitu sesak kini.Baru seminggu yang lalu, bahkan keduanya telah mengikat sebuah janji. Di mana dalam janji itu nanti akan melibatkan dua keluarga mereka.Asa itu seketika melebur. Hancur berderai dan terserak begitu saja dan seakan tak mungkin lagi dapat ia raih. Bulir bening pun jatuh mengalir deras di kedua pipinya.***Hana, wanita berusia 22 tahun itu terpaksa menelan kecewa karena orang yang selama lima tahun ini ia cinta dan cinta ini tidak luntur karena LDR, tega mengingkari janji untuk datang melamarnya.Ridwan sama sekali tak memberi alasan apapun tentang mengapa dirinya tidak datang. Padahal dirinya sendiri yang menginginkan acara ini digelar secepatnya. Awalnya sudah dijelaskan padanya bahwa Hana belum siap menjadi istri. Namun, berbekal keyakinan dan lamanya keduanya men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-24
Baca selengkapnya
Bab 2 Pesan dari Rina
"Bang Ridwan ...," lirih Hana. Berharap ini adalah orang yang hanya mirip. Namun setelah berkali kali mengamati, yah itu benar lelaki yang Hana maksud.Hana melihat jam di dinding menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Ia pun membuka pintu, lalu keluar. Berdiri di depan teras melihat ke arah rumah Obed yang hanya berkelang empat rumah di sebrang dari rumahnya.Keadaan rumah Obed sudah sepi, pintunya pun sudah tertutup rapat. Sekali lagi Hana memandang layar handphonenya dengan derai air mata yang kian menganak sungai. Tampak di sana Rina begitu mesra menggandeng tangan Ridwan sambil memamerkan cincin belah rotan yang melingkar di jari manisnya. Padahal seharusnya dirinyalah yang bersanding dengan Ridwan satu Minggu lalu. Ingin rasanya ia pergi sejauh mungkin untuk menghilangkan rasa sakitnya.Satu hal yang membuat Hana sadar. Bahwa, ketidaksepadanan membuat orang akan berpikir realistis menjalani hidup ke depan, bagaimana dan dengan siapa orang itu akan menentukan pilihannya, tent
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-24
Baca selengkapnya
Bab 3 Nasehat Ibu
Hana mengernyit setelah membaca pesan whatsapp dari seseorang, " Rina ...," lirih Hana. Sejenak menatap langit-langit kamar, mengingat apa-apa saja yang sudah Ridwan beri untuknya. Ada tas, sepatu, pakaian dan yang terakhir kalung emas yang bahkan sampai saat ini masih bertengger di lehernya. Semuanya itu tak pernah Hana minta, melainkan Ridwan sendiri yang memberikannya.Hana membuka kalung emas itu dan menyimpannya di dalam lemari pakaiannya. Nanti saat ada waktu senggang, Hana akan mengemas semua barang barang yang pernah Ridwan beri.Selesai dengan tujuan awal, Hana pun keluar dari kamar menuju dapur. Ia melihat sang ibu sudah berkutat dengan bahan dapur.Hana datang dan langsung memeluk sang ibu dari belakang. Sungguh saat ini hanya ibunyalah yang ia punya, harta paling berharga dalam hidup Hana."Buk, gimana udah enakan kepalanya?" tanya Hana yang masih menyandarkan kepalanya di punggung sang ibu."Udah, Ibu udah baikan, Na. Nggak tahu kenapa pagi ini ibu merasa hati ini lega da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-24
Baca selengkapnya
Bab 4 Dilamar Orang Asing
"Selain penyakit jantung, ibu kamu juga mengalami penyakit maag akut, juga tekanan darah yang tinggi. Sementara ini harus di rawat dulu sampai waktu yang belum bisa dipastikan," ujar sang dokter bernama Kumala Sari.Hana hanya bisa tercenung mendengar penjelasan sang dokter. Ia tahu bahwa ibunya hanya berusaha bersikap tegar di depannya, tetapi nyatanya tak seperti itu. Selain ia mengkhawatirkan keadaan sang ibu, ia juga khawatir tentang biaya rumah sakit itu. Pikirannya jadi tak menentu bagaimana ia bisa melewati ujian ini?***POV Hana[Mbak, ibu masuk rumah sakit. Kamu pulang dulu dong, Mbak!] ucapku di sambungan telepon. Namun bukan jawaban yang kuharap kan yang ada, mbak Riana malah mengatakan bahwa dirinya tidak bisa libur terlalu sering, lagi pula Minggu kemarin dirinya sudah mengajukan cuti selama tiga hari saat acara lamaranku. [Kamu yang harus bertanggung jawab sama kondisi Ibu sekarang, Han. Ibu itu sakit gara gara kamu. Jadi, kamu lah yang harus bertanggung jawab sepenuhn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-24
Baca selengkapnya
Bab 5 Menjumpai Bude Obed
Di sisi aku juga membutuhkan biaya besar untuk penyembuhan ibu dan membayar biaya rumah sakit yang semakin lama akan semakin membengkak. Setelah gagalnya acara lamaran ku tempo hari, rasanya aku sudah tidak perduli lagi tentang sakit di hati ini, sepertinya aku sudah mati rasa untuk membuka hati. Saat ini aku hanya ingin bekerja saja untuk menaikkan derajat orang tua ku.Aku percaya suatu saat nanti wanita baik-baik akan dipertemukan dengan lelaki yang baik-baik. Tugasku hanya menjadi wanita baik-baik itu."Kamu tenang saja! lamaran ini bukan untuk saya, tapi untuk anak saya." lelaki itu kelihatannya serius. Apa mungkin? Ah ..., anggap saja ini semua sebagai sebuah candaan. Akan tetapi, bolehkah aku berharap?"Bapak, kalau mau melamar saya, mintalah saya sama orang tua saya, Pak. Itu baru benar," ucapku sambil tersenyum, sungguh aku hanya menganggap ini semua sebagai gurauan."Ini foto anak saya." ia menunjukkan foto keluarga di handphonenya." Anak bapak masih kecil, Pak?"" Sekarang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-24
Baca selengkapnya
Bab 6 Penolakan
Tega sekali Bude Obed kepada kami. Padahal aku meminjam, akan aku kembalikan nanti. Tapi mengapa seakan bude ku itu tak percaya? Ya Allah, jika ujianMu terlampau berat , aku cuma minta dikuatkan.Hingga sampai di rumah, aku mengambil pakaian ganti ibuku dan lanjut pergi ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, aku di kejutkan dengan kedatangan bos toko roti ku. Ia datang tak sendiri melainkan bersama lelaki yang katanya ingin melamarku untuk anaknya."Hana, sini nak!" panggil ibuku. Aku keheranan sekaligus hanya bisa mengulas senyum pada tamuku itu."Hana,kamu bersediakan nikah sama putra saya? pokoknya kamu tenang aja! kalian tinggal terima beres. Kita buat acara yang megah dan akan menjadi sejarah di kampung kalian nanti," ujar pak Adnan."Gimana Han?" tanya ibuku. Aku seakan kehabisan kata kata dan hanya mengangguk pelan, aku tidak perduli lagi dengan hidupku kedepannya, mungkin nanti aku akan di nikahkan dengan lelaki idiot pun aku pasrah. ***POV authorSetelah pertemuan Hana
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-24
Baca selengkapnya
Bab 7 Cinta Pertama
"Jadi maksud kedatangan kami ke sini untuk melanjutkan pembicaraan kemarin, Buk," ujar Adnan dengan hati-hati. Sementara sang istri masih mengamati keadaan rumah yang hampir roboh itu. Ia masih tak menyangka mengapa suaminya memilih wanita dari keluarga seperti ini. Namun, sebagai seorang istri, Inggid hanya ingin menjadi wanita yang patuh sebagaimana adab yang sudah ditetapkan. Ia hanya bisa mendukung keputusan suami, apa pun itu selagi tidak melanggar ketentuan agama.Mendengar penuturan Adnan, Hana dan ibunya saling pandang. Keduanya masih belum percaya secepat ini Adnan dan istrinya datang lagi untuk membicarakan pernikahan."Anak saya umurnya sudah tiga puluh lebih, Buk. Saya harap ini bukan menjadi penghalang untuk anak saya, Rayhan dan Hana melanjutkan hubungan yang lebih serius. Anak saya sudah bersedia dan kalau kalian berkenan, secepatnya saja kita langsungkan pernikahannya. Tidak usah menunda sesuatu hal yang baik apa lagi mempersulitnya, bukan begitu, Buk?" tanya Adnan deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-28
Baca selengkapnya
Bab 8 Menghadiri Pernikahan Mantan
Malam itu, Rayhan dan kedua orang tuanya terlibat pembicaraan serius. Sebenarnya malas bagi Rayhan untuk membahas ulang masalah pernikahan yang tak diinginkan itu."Acara pernikahan kalian akan digelar dua Minggu lagi, Ray. Kamu harus prepare! Papa nggak mau dengar alasan apapun lagi. Satu lagi papa tegaskan ke kamu. Jangan coba- coba kabur kalau kamu masih mau lihat papa hidup," ujar Adnan sebelum akhirnya masuk ke kamar. Sementara Inggid masih duduk bersama Rayhan sambil mengulum bibir bawahnya."Aarggh ...."Rayhan geram dan memukul sisi sofa. "Ikuti aja maunya papa! Yakin kalau pilihan orang tua itu adalah pilihan yang terbaik buat kamu ,Ray.""Kenapa sih harus ngancem-ngancem gitu? Memangnya ini zaman apa sehingga harus dijodohin kayak gini?" dadanya naik turun emosi Rayhan memuncak. namun, seberusaha mungkin ia kontrol."Rayhan ini bukannya nggak mau nikah, Ma. Rayhan cuma pengen nunggu seseorang. Seseorang yang udah lama Rayhan cinta." Sungut Rayhan."Kalau memang kamu punya pi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-29
Baca selengkapnya
Bab 9 Mengemas Barang Pemberian Mantan
Hana mengangguk kecil. "Memangnya siapa lelaki yang udah berhasil merebut hati kamu, Han?" tanya Dina penasaran dan menginginkan Hana segera menjawab rasa penasarannya itu."Nanti juga kamu bakalan tahu Din. Sabar aja!" jawab Hana. Sebenarnya ia juga tidak tahu akan dinikahkan dengan siapa, Hana nyaris belum pernah bertemu dengan calon suaminya, seperti calon pengantin pada umumnya. Penjajakan satu sama lain, saling cinta dan kasih untuk memulai sebuah hubungan baru yang disebut pernikahan. Namun, Hana tak ingin membuat orang lain bingung dengan pernikahannya ini, cukuplah dirinya saja yang tidak mengerti dengan pernikahannya ini. "Tega kamu, Han. Aku penasaran loh ini." Dina mengerucutkan bibir karena Hana tak memuaskan rasa penasarannya.Hana tersenyum geli melihat ekspresi Dina yang seperti itu."Sabar! Nggak lama lagi kok," jelas Hana sambil mencubit pipi Dina."Eh, betewe kamu memang udah berhasil move on ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-06
Baca selengkapnya
Bab 10 Tanpa Sadar Bertemu Calon Suami
"Huuuuuuu ...." Sekali lagi teriakan muda-mudi yang gagal mendapatkan buket bunga itu. Meski tak bisa meraih, tampaknya mereka begitu menikmati momen ini. Sepasang pengantin itu pun membalikkan badan melihat siapa orang yang beruntung mendapatkan buket bunga itu, karena ada hadiah cincin untuk orang yang beruntung. Cincin emas seberat dua gram sebagai hadiah sudah berada di tangan MC dan akan di serahkan kepada pemegang buket bunga itu.Hana dan lelaki yang tak dikenalnya itu saling tatap dalam beberapa detik. Dengan buket bunga sebagai pembatas wajah keduanya.Hana segera sadar dan membenarkan posisinya berdiri. Lelaki itu pun tampak canggung."Yaaaay ternyata yang dapat dua orang dong. Bisa maju ke depan nggak? Ayo sini Mas sama Mbaknya maju ke depan!" Pembawa acara itu menginterupsi."Berhubung cincinnya cuma satu, si Masnya aja yang pakein cincin ini sama Mbaknya ya!"Semua mata tertuju pada sepasang yang beruntung itu. Termasuk Ridwan dan Rina. Ridwan terkesima memandang dari jauh
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-07
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status