Di hari pernikahan antara Magnus dan Cressa yang dilaksanakan cukup sederhana namun tidak sesederhana kelihatannya itu, Serenia menghela nafasnya sedikit lega.
Magnus menatapi Cressa dengan gaun pengantinnya setelah dia sah menjadi istrinya. Cressa tampak duduk sendirian di salah satu meja. Sementara Magnus saat itu sedang mengobrol dengan pria dewasa lainnya. “Aku sudah mendengar semuanya tentang kau yang memutuskan hubungan dengan keluargamu sendiri karena kasus korupsi yang dilakukan ayahmu,” salah satu pria menyinggung soal keluarganya. Magnus hanya tersenyum simpul. “Aku tidak ada hubungan apa pun dengan ayahku sebelum kerajaan memeriksa keluargaku.” “Kakakmu, Garrett sepertinya sengaja menumbalkan ayahmu. Dia melimpahkan semuanya pada ayahmu sementara dia saat ini tengah menikmati kekuasaannya di perusahaan Armstrong.” “Sudah kubilang aku tidak ada lagi hubungan dengan keluarga Armstrong sekarang. Aku anggota keluarga Montgomery sekarang,” ucap Magnus dengan lebih tegas. “Kau benar-benar mendapatkan pijakan yang bagus. Aku penasaran apa rencanamu dengan menikahi putri bungsu keluarga yang terkenal sangat kuat itu. Montgomery adalah perusahaan lokomotif yang kuat, namun beberapa tahun lalu, sepertinya ada masalah internal yang menyebabkan saham mereka turun drastis.” Magnus tak ingin mendengarkan celotehan mereka tentang apa yang dia lakukan dan langkahnya yang mungkin sangat bisa dinilai sebagai langkah bijak untuk memutuskan hubungan dengan keluarganya sendiri dan menyerahkan dirimu untuk mengabdi pada Montgomery yang lebih menguntungkan baginya. Pria itu berjalan menjauhi teman-temannya dan mendekati Cressa yang sepertinya dengan sengaja tidak mengundang teman-temannya hingga dia tak punya teman bicara atau justru menghindari semua orang. “Aku tahu kau membenci ini, tapi setidaknya berpura-puralah!” ujar Magnus agak tegas. “Aku tidak suka berpura-pura,” balas Cressa dengan ketus. “Kau bisa ikut aku, jika kau sangat ingin keluar dari ruangan ini sekarang.” Magnus bangkut dan berjalan pergi dari sana, membuat Cressa langsung bangkit dari tempat duduknya. Magnus tersenyum puas saat melihat gadis itu ternyata mengikutinya di belakang. Cressa juga tampaknya puas jika akhirnya dia bisa menghindari kerumunan itu. “Aku dengar kau akan membangun stasiun baru di Bericont. Kau yakin tentang itu? Kakakku pernah mengajukan izin tersebut sekitar tujuh tahun yang lalu, namun ditolak oleh pemerintahan Bericont.” “Aku sudah mendapatkan izinnya,” jawab Magnus. Cressa langsung menghentikan langkahnya dan menatap Magnus dengan tatapan heran. Magnus menoleh ke belakang dan menatapi Cressa juga dengan mengangkat alisnya. “Lalu kenapa kau menyuruhku melakukan analisa pasar di tempat lain saat kau justru sudah menemukan tempat pembangunan stasiun yang baru?” tanya Cressa. “Aku hanya ingin tahu, kau sebenarnya berguna atau tidak untuk kehidupanku selanjutnya,” jawab Magnus sambil tersenyum simpul pada Cressa dan lanjut berjalan. “Dan kau menunjukkan kalau kau memang cerdas dan bisa menganalisis pasar. Kau menemukan jika jalur menuju Bericont, tepatnya Ebonridge, adalah pasar yang tepat untuk kereta barang agrikultur.” “Tapi kau mengurus perizinan kurang dari dua minggu setelah aku memberikan analisaku padamu?” “Soal itu... ya, aku dapat bantuan.” “Ha! Sudah bisa dipastikan, kau pasti melakukan sogok menyogok, mengingat kau berasal dari keluarga yang korupsi. Kau tidak ada bedanya dengan keluargamu yang—” Magnus langsung menoleh ke belakang lagi dan mendekati Cressa dengan cepat. Magnus mencengkeram lengan atas Cressa dan membanting Cressa ke dinding, memojokkannya dengan cepat. Cressa bahkan tak punya waktu untuk bereaksi karena betapa cepatnya Magnus. “Aku berbeda dengan keluargaku. Aku tidak punya hubungan apa pun dengan mereka. Jika kau membahas soal keluargaku lagi, aku tidak akan segan padamu!” Magnus menatap tajam Cressa, bicara dengan suara rendah yang penuh mengancam. Meski Cressa sempat kaget atas tindakan Magnus, namun kilatan di matanya tak menunjukkan kalau dia takut. Matanya justru balas mengintimidasi Magnus. Dia enggan diintimidasi. “Oh, ya? Memangnya apa yang kau lakukan? Jangan lupa, jika bukan karena kakakku, kau bukan siapa-siapa melainkan putra dari seorang koruptor! Kau menjijikkan!” Cressa menepis tangan Magnus dan bahkan sempat mendorong Magnus agar menjauh darinya. Magnus memutar matanya, dia sebenarnya marah karena banyak orang yang menyinggung tentang keluarganya belakangan ini. Dia sepertinya sangat enggan untuk membahas tentang masalah keluarganya. Magnus menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Magnus kemudian mencengkeram salah satu tangan Cressa dengan kuat, menarik Cressa mendekat. Cressa menengadah menatap pria jangkung itu tanpa rasa takut sedikit pun. “Jika bukan karena kakakmu juga, aku mungkin sudah menyingkirkan serangga sepertimu sejak awal,” balas Magnus dengan pelan, namun penuh akan tekanan. Cressa langsung menginjak kaki Magnus, membuat Magnus sempat mengerang pelan dan melepaskan pergelangan tangan Magnus. Cressa mendengus sambil memegangi pergelangan tangannya. “Serangga? Kau yang serangga di sini! Kau berusaha panjat sosial lagi dengan menikahiku dan menjadi bagian dari Montgomery. Betapa beruntungnya dirimu karena menjadi suamiku,” balas Cressa dengan tajam, dagunya terangkat dengan sombong. Magnus berusaha menahan dirinya. Magnus mendecak. Dia tahu, menghadapi Cressa dengan cara seperti ini hanya akan membuat Cressa menggila. Magnus menghela nafasnya lagi. “Kau kelihatannya lelah, ayo kita ke kamar!” Magnus menenangkan dirinya sendiri sambil berjalan lebih dulu. “Kau berpikir mengubah sikapmu akan mengubah pikiranku? Kau baru saja menunjukkan sikap aslimu. Sangat khas seperti dari anggota keluarga koruptor.” Cressa tidak berhenti, dia terus mencemoohnya sambil berjalan di belakangnya. Magnus hanya menaikkan matanya, sambil menengadah untuk meredam emosinya menghadapi mulut Cressa yang pedas. Magnus mengeluarkan kartu dan menempelkannya ke kunci pintu hotel. Magnus membukakan pintu sambil menatapi Cressa yang kelihatannya sedang marah. “Masuklah!” ujar Magnus. “Jika kau berpikir aku akan menghabiskan malam denganmu—” Magnus langsung menarik tangan Cressa dan membawa Cressa masuk ke kamar pengantin tersebut. Belum sempat Cressa bereaksi lagi, Cressa sudah berada di bawah tubuh Magnus yang menindihnya di kasur. Pintu hotel otomatis terkunci setiap kali pintunya tertutup. “Kau sangat berisik. Bibir kecilmu yang seharusnya manis ini, kenapa begitu pedas?” Magnus menatapnya dengan serius. “Apa yang kau lakukan?!” bentak Cressa. Sebelum Cressa lebih banyak bicara, Magnus segera membungkamnya dengan menciumnya lebih dulu. Cressa tipe gadis yang tidak bisa dimintai baik-baik. Magnus harus selalu melakukan gerakan lebih dulu dan mungkin harus agak memaksa. Toh, Cressa juga tak menolak. Cressa sepertinya lebih suka yang tak banyak bicara. “Hah...” Cressa mengambil nafasnya dalam-dalam. “Kuharap itu bukan yang pertama untukmu, karena sepertinya kau tidak berpengalaman sama sekali.” “Aku tidak pernah mau merusak lipstikku.” “Jadi, bibir atasmu tidak pernah tersentuh pria lain? Sementara bibir bawahmu... sudah berapa banyak mulut yang menyentuhnya?” Magnus meluncurkan tangannya untuk masuk ke bawah gaun pengantin yang melekat di tubuh Cressa.Cressa hanyut dalam permainan Magnus di malam pernikahan mereka. Tangannya mencengkeram erat sprei. Disusul dengan jemari Magnus yang menyelinap masuk ke sela jemari Cressa. Keduanya kini saling mencengkeram satu sama lain, melupakan perkelahian singkat mereka dan fokus pada pertempuran di ranjang malam itu. “Aku terkesan, bagaimana para pria itu bisa tahan meski kau tidak mengizinkan mereka untuk masuk. Kau benar-benar menjaganya untukku?” “Ha-ah... Aku menjaganya karena nama baik keluargaku.” “Kau sepertinya sangat terobsesi atas nama keluargamu sendiri. Montgomery... Bukankah itu tidak membuatmu lebih baik? Hah... maksudku, kau tetap melakukan hal buruk sebelum menikah.” “Bagaimana denganmu? Bukankah kau juga melakukan hal itu sebelum menikah? Bagi pria, hah... kalian tidak memiliki bekas jika sudah melakukannya.” “Kau yang pertama, Cressida. Kau yang pertama untukku.” *** Cressa terlelap nyenyak di kasur king size kamar hotel tersebut. Sementara Magnus baru saja terba
“Lepaskan!” Cressa terus memberontak hingga mereka tiba di kamar hotel. Magnus menurunkan Cressa setelah menutup kembali pintu dan menatapi Cressa yang terengah-engah karena terus memberontak, sementara dia terengah-engah karena mengatasi gadis itu. Magnus menatap ke sekitar kamar dan terkejut akan situasi kamar yang sangat berantakan, sepertinya Cressa mengamuk sendirian tadi. Dia lantas menatap pelakunya yang sekarang menatap tajam ke arahnya, dengan darah kering di bibirnya. “Ada apa dengan bibirmu? Kau yang melakukan ini semua? Kenapa?!” Magnus sedikit membentak. “Itu karena kau! Kau pikir kau siapa meninggalkanku begitu saja setelah apa yang kita lalui? Kau pikir aku jalang yang bisa kau tinggalkan begitu saja?! Apa kau menganggapku jalang pribadi karena kita sudah menikah, jadi kau bisa seenaknya?!” gertak Cressa. Magnus mengambil nafas dalam-dalam. Dia berusaha mengontrol dirinya sendiri. Ini salahnya, sepenuhnya salahnya. Dia tahu ini akan terjadi, namun justru menantikan
“Karena keluarga akak iparmu kelihatannya sangat menginginkan perusahaan Montgomery.” Magnus menyilangkan tangannya di depannya dengan santai. “Oh, jika itu aku juga menyadarinya. Tunggu... Kenapa kau bisa tahu sampai sana? Maksudku, kita berdua memang tahu tentang perselingkuhan kakak iparku.” Cressa mengerutkan dahinya. “Ayolah, aku ini orang kepercayaan kakakmu. Jadi, mulai sekarang, aku hanya ingin kau bisa diajak bekerja sama. Kita berada di pihak yang sama. Jika kau tahu itu, maka sudah seharusnya kita bekerja sama.”Cressa terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela nafasnya. Dia juga melakukan pernikahan ini atas permintaan kakaknya. Demi kelangsungan keluarga Montgomery sendiri, dan demi perusahaan Montgomery. Dia harus mempertahan apa yang telah diusahakan oleh tetuanya di masa lalu. “Apakah perceraian sangat dilarang oleh tradisi keluargamu hingga kakakmu hanya diam mengenai perselingkuhan kakak iparmu?” tanya Magnus. Cressa mengangguk. “Selain karena tradisi keluarga, di
“Ahn...” Magnus mengerutkan alisnya ketika berdiri di depan pintu suatu ruangan. Dia meraih gagang pintu ruangan tersebut dan memutarnya untuk membuka pintu hingga isi ruangan terlihat olehnya. Seorang gadis yang tengah melebarkan kakinya di kursi langsung terperanjat kaget dan menoleh ke pintu. Pria yang kepalanya berada di antara kedua kakinya langsung terangkat dan melihat ke pintu bersama gadis itu. “Aku ingin bicara dengannya berdua, keluar!” Magnus menatapi pria itu yang langsung bangkit. Cressa, gadis yang hampir meraih puncaknya itu hanya bisa menghela nafasnya sambil memperbaiki rok dan caranya duduk. Wajahnya memerah, antara karena kegiatan panas yang dia lakukan sebelumnya atau justru karena malu baru saja dipergoki oleh tunangannya. “Apa yang kau inginkan?” Cressa menatap ke arah lain, jelas malu atas tindakannya barusan. “Bukankah keluarga Montgomery yang terhormat tidak mengizinkan aktivitas seperti itu sebelum menikah?” ejek Magnus sambil berdiri tegap di depan me
Cressa menyilangkan tangannya di dada, menatap dua orang yang sekarang berusaha keras menjauhi hiu putih yang sedang asyik berenang di kandangnya. “Chloe sangat suka bermain-main dengan manusia. Tapi terakhir kali aku harus membayar tagihan rumah sakit dan kompensasi untuk orang yang mengurus kolam Chloe, dia kehilangan tangan kanannya, sampai siku.” Cressa cemberut sambil menatap Magnus. Magnus mendengus tak percaya dengan kelakuan Cressa yang satu ini. Magnus menggeleng pelan sebelum akhirnya membantu kakak ipar Cressa dan wanita yang tak dia kenali itu. Beberapa petugas yang sepertinya ditugaskan menjaga kolam juga langsung datang untuk membantu. Cressa hanya tersenyum simpul ke arah kakak iparnya yang sudah berada di pinggir kolam dengan bantuan orang-orang itu. Pria itu tampak sangat panik dan sedang syok, begitu pula wanita itu. “Bocah gila,” umpatnya. Cressa hanya mengangkat alisnya dengan keheranan dan kemudian berbalik. Cressa langsung pergi dari sana. Dia berjalan sambi