“Karena keluarga akak iparmu kelihatannya sangat menginginkan perusahaan Montgomery.” Magnus menyilangkan tangannya di depannya dengan santai.
“Oh, jika itu aku juga menyadarinya. Tunggu... Kenapa kau bisa tahu sampai sana? Maksudku, kita berdua memang tahu tentang perselingkuhan kakak iparku.” Cressa mengerutkan dahinya. “Ayolah, aku ini orang kepercayaan kakakmu. Jadi, mulai sekarang, aku hanya ingin kau bisa diajak bekerja sama. Kita berada di pihak yang sama. Jika kau tahu itu, maka sudah seharusnya kita bekerja sama.” Cressa terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela nafasnya. Dia juga melakukan pernikahan ini atas permintaan kakaknya. Demi kelangsungan keluarga Montgomery sendiri, dan demi perusahaan Montgomery. Dia harus mempertahan apa yang telah diusahakan oleh tetuanya di masa lalu. “Apakah perceraian sangat dilarang oleh tradisi keluargamu hingga kakakmu hanya diam mengenai perselingkuhan kakak iparmu?” tanya Magnus. Cressa mengangguk. “Selain karena tradisi keluarga, dia juga diam demi putrinya.” “Oh, gadis kecil itu...” Magnus menganggukkan kepalanya, menyadari siapa yang dimaksud Cressa. Cressa menatapi sekitarnya. Dia berjalan sambil memperhatikan tempat tinggal Magnus itu. Dia menatap keluar jendela, melihat pemandangan yang bisa dia lihat. “Tidak bisakah kita tinggal di lantai yang lebih tinggi?” tanya Cressa sambil mendecak. “Tidak, aku sudah nyaman di sini.” “Oh, kau hanya memikirkan dirimu sendiri! Kenapa kita tidak tinggal di rumahku saja?” “Aku sudah mengalah untuk menggunakan nama keluargamu.” Magnus menghela nafasnya. Cressa memutar matanya. “Bukankah kau diuntungkan untuk itu? Nama keluargamu kan, sudah ternoda oleh kasus korupsi yang dilakukan keluargamu. Sementara nama keluargaku sangat bersih dan bahkan kau bisa panjat sosial dengan itu.” Magnus menatap tajam Cressa. Dia sangat tidak suka mendapatkan penghinaan seperti itu meski benar adanya tentang keluarganya dan dirinya. Apa lagi saat yang melakukan itu adalah istrinya sendiri. Namun, dia berusaha menahan diri. Hari itu mereka habiskan berdua di apartemen milik Magnus. Cressa hanya menonton seharian itu, berdiam diri di sofa dengan santainya. Sementara Magnus merapikan tempat kerjanya yang berantakan agar lebih nyaman saat kembali bekerja nanti. Magnus berjalan membawa sekotak sampah dari ruang kerjanya, dan melirik Cressa yang tertidur di sofa. Dia memperhatikan bagaimana tubuh Cressa terbentuk di balik gaunnya hari itu. Kelihatannya Cressa masih kelelahan atas aktivitas malam sebelumnya. Itu membuatnya teringat akan semua yang terjadi di malam pernikahannya. Dia juga meninggalkan tanda di leher Cressa. Magnus mengambil selimut dan menyelimuti Cressa yang tertidur nyenyak di sofa. Magnus membuang sekotak sampah yang sudah dia pastikan itu sampah. Dia membuangnya di luar pintu apartemen, membiarkan tukang sampah mengambilnya nanti. Namun, di bagian atas kotak itu, terlihat catatan yang mencatat kegiatan Cressa dua tahun lalu. Ya, dia sudah penasaran tentangnya sejak dua tahun yang lalu. *** Besoknya, rencana mereka untuk pergi ke Bericont terlaksana. Keduanya duduk di kereta cepat eksekutif milik Montgomery yang sangat nyaman. “Ngomong-ngomong, kakimu baik-baik saja? Jika kuperhatikan, ada yang salah dengan caramu berjalan kemarin,” ucap Magnus, matanya tidak terlepas dari majalah. “Ck, aku yakin kau tahu apa alasannya,” balas Cressa sambil mendengus kesal. Magnus hanya tersenyum sambil membaca majalah. Sementara Cressa membaca sebuah novel untuk membunuh waktu selama mereka di perjalanan. “Ini gratis.” Seorang pelayan tiba-tiba menyuguhkan sepiring kecil kacang mete. “Oh, terima kasih!” Cressa langsung mengalihkan perhatiannya pada camilan yang disuguhkan. Magnus mengernyitkan alisnya. “Hanya kacang?” tanya Magnus. “Ya?” Pelayan menatap Magnus. “Bukankah untuk kelas eksekutif, Montgomery menyediakan camilan berupa buah kering dan kacang mete?” Magnus menghela nafasnya, saat menyadari ada sesuatu yang berubah. Pelayan itu memaksakan diri untuk tersenyum. “Maaf, tapi buah kering yang biasanya disediakan sudah tidak lagi disediakan.” Cressa menatap Magnus kebingungan sambil memakan kacang yang tersedia. “Baiklah, kau boleh pergi.” Magnus kemudian mengambil ponselnya untuk melakukan sesuatu. “Ada apa?” tanya Cressa dengan polosnya. “Sepertinya ada dana macet di bagian penyediaan snack untuk penumpang gerbong eksekutif.” “Korupsi...?” Cressa mengernyitkan dahinya. “Ya.” Magnus lalu menaruh ponselnya setelah fokus padanya beberapa saat. “Para penumpang gerbong eksekutif membayar cukup mahal untuk fasilitas ini dan kita memberikan kenyamanan yang pantas dengan harga yang mereka bayar.” “Aku bahkan tidak tahu jika seharusnya ada buah kering. Aku sering menggunakan kereta cepat eksekutif sebelumnya, tapi tidak pernah dapat buah kering.” Cressa mendengus. “Ya, kita akan menemukan masalahnya segera.” Magnus menganggukkan kepalanya. “Ah, yang benar saja... Kurasa kita juga harus mengecek fasilitas yang ditawarkan di gerbong kelas lainnya,” ucap Cressa. Magnus hanya tersenyum melihat betapa antusiasnya Cressa untuk membasmi kasus korupsi di perubahan keluarganya sendiri. Tiba di Bericont, keduanya disambut hangat oleh pejabat Bericont. Mereka akan membicarakan tentang izin pembangunan stasiun Montgomery yang baru, yang tentunya kemungkinan besar akan membawa keuntungan besar bagi kota yang agak terpencil itu. “Bericont sangat indah. Sangat disayangkan belum ada akses langsung kereta api ke sini. Yang terdekat berada di pinggir kota Melcont, dan itu butuh waktu cukup panjang untuk tiba di sini.” Magnus melihat-lihat pemandangan alam yang indah. Cressa di sisinya juga sedang menghirup dalam-dalam aroma khas pepohonan. Bericont terletak di pegunungan, jadi akses untuk wilayah ini bisa dikatakan sulit. Padahal Bericont menghasilkan hasil panen yang sangat menjanjikan. “Untuk itulah, kami merasa akan sangat terbantu jika Montgomery menginginkan adanya stasiun untuk kereta khusus yang akan membawa hasil panen kami, sehingga bisa dijual dengan harga lebih murah karena pendistribusiannya yang akan menjadi lebih mudah.” “Aku heran kenapa tujuh tahun yang lalu, kalian menolak pembangunan stasiun di sini,” ucap Cressa dengan sedikit tidak sopan karena terkesan sarkas, apa lagi gerak tubuhnya yang sama sekali acuh. “Ah, itu karena penduduk di sini menolak kemudahan itu. Sebagian penduduk di sini juga bekerja sebagai distributor untuk mengangkut hasil panen ke kota lain. Untuk itulah, mereka akan merasa dirugikan.” Walikota Bericont itu terlihat terkekeh dengan canggung. “Ck, seharusnya mereka bisa berpikir jika mereka bisa mendapatkan pekerjaan baru di stasiun yang baru,” umpat Cressa. Magnus memutar matanya. Dia merasa sedikit tidak enak pada Walikota Bericont tersebut. Bahkan, Walikota hanya bisa terkekeh dengan canggung. Dia tampaknya sedikit terkejut dengan sikap blak-blakan Cressa. “Mari, aku akan tunjukkan lahan tempat pembangunan stasiunnya!” Walikota Bericont berjalan lebih dulu. Magnus menatap Cressa yang berjalan mengikuti Walikota, namun dia langsung menarik lengan Cressa hingga Cressa tertarik mundur. Magnus mendecak. “Apa kau tidak mempelajari etika saat berbisnis?” bisik Magnus, dia terlihat agak kesal untuk menegur Cressa. “Ya, kita harus memberitahukan keuntungan dalam suatu bisnis.” Magnus memejamkan matanya sesaat untuk menahan dirinya. “Jaga caramu bicara dan bersikap!”“Aku sudah sangat menjaga sikapku! Itu yang terbaik yang bisa kulakukan!” balas Cressa. “Lakukan dengan lebih baik lagi, atau aku akan memperlakukanmu seperti korban pemerkosaan malam ini.” Magnus menatap tajam ke arah Cressa, meski dia terdengar main-main, dia seperti serius di waktu yang sama.“A-apa-apaan itu?” Cressa mengerutkan alisnya, dia jelas kehilangan kata-katanya. “Ck, cat got your tongue?” Magnus meledeknya sebelum melepaskannya dan berjalan lebih dulu. Cressa hanya memutar bolanya dengan malas. Magnus mengawasinya, berusaha mengontrolnya untuk tetap menjaga sikapnya dan cara bicaranya. Cressa mematuhinya dengan enggan. Sebenarnya, perkataan Magnus agak membuat Cressa memikirkannya terus menerus. Sebelum akhirnya dia berusaha memfokuskan diri pada apa yang sedang mereka kerjakan hari ini. Perjalanan bisnis yang cukup jauh ini tidak boleh sia-sia sama sekali. “Aku sudah berkonsultasi dengan seorang kepala proyek untuk merealisasikan gambaran stasiun yang pihak kalian
“Apa? Kau berniat memukulku lagi? Ada apa denganmu sebenarnya? Apa kau bocah tantrum yang akan melempar benda pada orang lain? Kau benar-benar kekanakan,” ledek James. Cressa berpikir sejenak. Dia juga tidak tahu dari mana sikap buruknya datang, yang jelas ini sudah menjadi ciri khasnya sejak dulu. Dia ingat semua hal buruk yang pernah dia lakukan. “Malam itu kita bisa saja menghabiskan malam yang menyenangkan bersama. Aku yakin kau bersikap seperti ini pada semua pria. Suamimu, bukankah dia menikahimu karena kau seorang Montgomery? Oh, dia sangat beruntung.” James mendekati Cressa. “Jangan mendekat! Aku bisa melemparkan ini kapan pun,” ancam Cressa. “Ya, lempar saja!” James menatapnya dengan tatapan menantang, menunggu Cressa melakukannya. Cressa melemparkan vas bunga itu, namun seseorang menangkis vas bunga itu, yang membuatnya jatuh di dekat Cressa. Cressa menjerit pelan dan tersentak mundur. Dia lalu memelototi Magnus yang baru s
Magnus sudah cukup berkeringat. Dia menatap Cressa yang berada di bawah tubuhnya dengan pasrah. Dia tersenyum simpul saat melihat Cressa terengah-engah dengan alunan halus suara kenikmatan dari bibirnya. Magnus mengecup bibirnya singkat. “Ha—ah...” Cressa sedikit gemetar dan tangannya seketika mencengkeram lengan Magnus. “Oh...” Magnus mengerang pelan, menikmati pelepasannya yang diraih setelah Cressa. Beberapa saat setelah pelepasan yang memuaskan, keduanya berdiam diri di kasur untuk beberapa saat, berusaha memulihkan energi mereka yang hilang. Magnus berbaring miring menghadap Cressa yang terlentang di depannya. “Nasib baik kau bertampang ganteng dan punya tubuh yang bagus.” Cressa menghela nafasnya. “Hm? Apa kau berusaha memujiku tanpa mengakuinya seutuhnya?” tanya Magnus. “Ya, bisa dibilang begitu. Saat kakakku mengatakan ingin memperkenalkan seorang pria ketika aku masih di asrama,
Apa dia berniat menyingkirkanku? Cressa menatap Magnus dengan tatapan tak percaya. Dugaannya tentang Magnus yang ingin mengambil alih Montgomery kini semakin kuat. Mungkin setelah kakaknya tiada, atau saat Magnus mendapatkan kesempatan untuk itu. Magnus kemudian duduk di sofa, saat Cressa juga bergerak keluar dari kamar mandi. Magnus menatap Cressa, dan Cressa balik menatap Magnus. Magnus menghela nafasnya sebelum bicara. “Sayangnya kamar di penginapan ini penuh, jadi tidak ada kamar untukku pindah,” ucap Magnus. “Kalau begitu, kau harus tidur di sofa. Bisa saja kau mencekikku saat aku tidur,” balas Cressa sambil duduk di pinggir kasur, mengambil alih wilayahnya terlebih dahulu. Magnus terkekeh mendengar ucapan Cressa. Sepertinya Cressa punya kecemasan. “Ayolah, bagaimana pun kita pengantin baru. Aku tidak berniat mencekikmu sebelumnya, aku hanya terpancing emosi. Kau harus memperhatikan ucapanmu, kau bisa mati cepat jika k
Magnus melihat ketakutan di wajah Cressa yang membuat dia segera mengulurkan tangannya untuk mendekap punggung Cressa mendekat. Suara penumpang lainnya yang panik memenuhi kereta saat Magnus meraih ponselnya untuk mencari suatu informasi. “Mohon maaf kepada seluruh penumpang Montgomery MO978. Perjalanan kita menuju Metronyx akan terhambat karena terjadi kecelakaan.” Cressa, Magnus, bersama dengan penumpang lainnya mendengarkan pengumuman tersebut dengan seksama. Magnus mengeluarkan ponselnya, sambil tetap mendekap Cressa. “Kereta yang kami gunakan mengalami kecelakaan. Kau bisa memeriksanya?” Magnus menghela nafasnya, dia berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang terjadi di depan sana? Mana para awak kereta?” Seorang penumpang bangkit dari tempat duduknya dan mulai membuat keributan. Penumpang lainnya juga mulai menunjukkan kepanikan, mereka semua bangkit dari tempat duduknya dengan waswas takut terjadi ses
Magnus mengangkat alisnya, dia cukup terpesona dengan bagaimana Cressa menggodanya lebih dulu. Sejak awal, Cressa tak malu-malu untuk menutupi hasratnya. Cressa sepertinya memaafkan Magnus sebagai suami dengan sebaik-baiknya. Magnus melambai, mengisyaratkan agar Cressa mendekat. Dan gadis itu tanpa ragu mendekati Magnus yang melepaskan ikat pinggangnya untuk mengeluarkan pedang kebanggaannya. Cressa duduk di pangkuan Magnus, dengan posisi berhadapan dengannya. Cressa memeluk bahu Magnus, sementara Magnus memegangi pinggangnya, memastikan Cressa dalam posisi yang aman dan tidak akan terjatuh. Kaki Cressa bertumpu pada tangan kursi. “Ah, Magnus!” rengek Cressa. “Aku tidak akan menahan diri sama sekali jika kau sendiri yang menggodaku seperti itu. Apakah kau sangat menginginkan ini? Kau menantikannya sejak sebelum menikah, kan? Kau gadis yang nakal.” Magnus berbisik di telinga Cressa saat pinggangnya bergerak untuk menabrak pinggang Cre
“SIG Sauer P226 X-Five Supermatch? Bagaimana dia bisa mendapatkan pistol dengan edisi terbatas ini? Aku penasaran di mana dia membelinya dan siapa yang menjual ini padanya.” Magnus menatapi tab yang ditunjukkan oleh Glenn. Glenn hanya menganggukkan kepalanya dengan santai mengiyakan perkataan Magnus. Sementara Magnus mendengus dan memejamkan matanya sesaat. Sepertinya Glenn tidak mendengar maksud dari ucapannya. “Tolong bantu aku selidiki itu juga,” tambah Magnus. “Aku? Oh, yang benar saja. Bagaimana aku— Baiklah, baiklah. Aku akan mencari tahu tentang ini.” Glenn hanya bisa menghela nafasnya dengan pasrah, dia tampaknya tak bisa mengelak dari permintaan Magnus ini. *** Glenn keluar dari ruangannya Magnus dengan santai. Sama sekali tak menyangka jika Cressa akan langsung menyerangnya dengan cara memojokkannya ke tembok. Cressa menggunakan lengannya untuk langsung menahan leher Glenn dan membuat Glenn membentur tembok di sebelah pintu
Tiba di tempat parkir Hades Palace setelah seharian bekerja, Magnus keluar bersama Cressa dari mobil. Tanpa keduanya sadari, ada beberapa penghuni lain Hades Palace yang sedang menatap mereka. Cressa yang menyadarinya lebih dulu, menatap ke arah para ibu-ibu dari komunitas. “Oh, hai! Kau pasti Cressida Montgomery.” Salah satunya menyapa dengan sedikit centil. “Kalian baru menikah beberapa hari dan langsung bekerja seperti biasa. Apa kalian berdua tidak berniat berbulan madu terlebih dahulu?” “Mereka sempat berbulan madu, mereka bermalam di Bericont. Katanya di Bericont akan dibangun stasiun kereta yang baru. Montgomery sudah mengincar tempat itu bertahun-tahun yang lalu.” “Oh, benar. Aku sudah melihat berita itu. Kalian sangat serasi saat sedang bekerja. Mereka tidak butuh bulan madu jika mereka bisa meromantisasi cara mereka bekerja.” Magnus tersenyum dengan ramah mendengar berbagai pujian yang dia teri
Kali ini Cressa tak bisa membohongi dirinya sendiri. Dia membutuhkan Magnus untuk memuaskan hasratnya. Dan Magnus yang menginginkan hal serupa jelas tak akan berhenti di sana. Apa lagi bagaimana Cressa memberikan reaksi. Cressa membuatnya gila.Tanpa berbasa-basi, Magnus mengangkat tubuh Cressa, melingkarkan kaki Cressa di pinggangnya dan membawa Cressa naik ke kamar. Dia kemudian membaringkan Cressa di kasur. Sementara dirinya mulai melucuti pakaiannya sendiri yang hanya akan menghalangi kegiatan mereka. Cressa memperhatikan bagaimana Magnus menelanjangi dirinya, memperhatikan jika otot-otot Magnus belakangan ini semakin jelas, ukuran ototnya sepertinya bertambah seiring dia berada jauh dari Cressa. Pikiran tentang tidak menyentuh Cressa dalam waktu yang lama tentu adalah sesuatu yang berat. Magnus harus mengalihkan perhatiannya agar dia tidak terlalu memikirkan tentang tubuh istrinya, atau segala kepuasan yang ada di dalamnya. Dia melampiaskan semuanya dengan kegi
Setelah Serenia mengatakan sesuatu tentang hukuman, sekarang Cressa mengerti kenapa Magnus saat ini duduk di pinggir kasur dengan membungkuk, hingga kedua lengannya harus menahan postur tubuhnya yang sedang tertunduk tak jauh dari Cressa. “Aku akan pergi ke Bericont untuk beberapa minggu. Ada banyak yang harus aku lakukan di sana.” Magnus menghela nafasnya dengan berat, kelihatannya dia sebenarnya enggan. Cressa memalingkan wajahnya. Dia sebenarnya tidak mau berbicara dengan Magnus. Namun Magnus sudah berkali-kali membujuknya dan meminta maaf padanya. Hingga dia juga mengalah dengan tinggal di mansion Montgomery untuk beberapa haru belakangan ini. “Sepertinya kau sangat ingin menjauhiku,” gumam Cressa. “Kau tahu bukan itu maksudku. Ini perintah Serenia. Dia saat ini kembali memegang kendali di kantor. Aku tidak bisa menentangnya.” Magnus menatap Cressa dengan pasrah. Cressa hanya bisa menghela nafasnya kemudian. Dia juga tidak tahu harus mengatakan apa. Lagi pula, sepertinya
Saat Cressa memberontak dari gendongannya, Magnus menguatkan lengannya untuk menahan tubuh Cressa. Dia bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Cressa karena mungkin kurangnya asupan nutrisi yang cukup selama beberapa hari belakangan ini. “Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!” Cressa terus memberontak. Magnus mendekap Cressa ke dadanya. Cressa menolak menyentuhnya sama sekali, itu sebenarnya membuat harga dirinya turun di depan orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, Magnus tetap berusaha mempertahankan fasadnya yang tegas. “Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untukmu sekarang. Berhenti memberontak!” Tangan kanan Magnus mencengkeram kuat kedua lutut Cressa.Cressa terus mendorong Magnus menjauh, dan kedua kakinya dia ayunkan. Meski begitu, tak lama kemudian dia terdiam saat merasakan nafasnya tiba-tiba menjadi berat. Dan dia merasa lelah hanya karena pemberontakannya yang lemah. “Lihat? Kau membutuhkan bantuan medis sekarang.” M
“Aku tidak tahu apa pun tentang yang terjadi antara Cressa denganmu. Tapi aku sedikit tersinggung atas ucapanmu tentang selingkuh. Aku? Menjadi selingkuhan? Oh, harga diriku benar-benar terluka. Aku lebih baik mendapatkan gadis lain.” James langsung mendecak tak percaya, dia menaruh kedua tangannya di pinggang. Dia sebenarnya sangat penasaran atas apa yang terjadi dengan hubungan rumah tangga pasangan yang menikah kurang dari empat bulan tersebut. Dia bertemu mereka saat mereka baru menikah, dan dalam keadaan harmonis. Suasana ini jelas sangat berbanding terbalik. Magnus hanya melirik ke arah James dengan sedikit sinis. Meski begitu, mendengar langsung bagaimana James menjelaskan situasi yang terjadi antara dia dan Cressa, tak ada indikasi perselingkuhan. Berusaha mengesampingkan perasaan kesalnya karena melihat Cressa bersama pria lain di sebuah kabin, dia ingin fokus pada perasaan Cressa saat ini dan fakta kalau dia sedang hamil. Magnus berjalan mendekati Cressa, dia berdiri
“...sungguh, dia memintaku menurunkannya di persimpangan jalan sana, dan kemudian sebuah mobil tiba begitu dia turun dari taksiku. Dia sudah menelepon seseorang selama di perjalanan.” Sopir taksi yang sekarang tengah ditodong pistol oleh salah satu anak buah Magnus itu tampak berusaha keras menunjukkan kejujurannya. Dia mengangkat tangannya dengan ketakutan juga. Magnus menganggukkan kepalanya mengerti dan membuat anak buahnya menurunkan pistol tersebut. Sekarang Magnus penasaran dengan orang yang berani membantu istrinya tersebut di saat seperti ini. Dia kemudian memikirkan seseorang. “Sepertinya belakangan ini aku tidak melihat Paul,” gumam Magnus. “Dia sedang berada di luar kota untuk urusan lainnya, itu yang aku ketahui,” jawab Glenn. “Sungguh? Bagaimana jika dia di luar kota karena membantu Cressa pergi?” “Dia tidak akan melakukan itu. Nyonya Serenia sendiri yang mengirimnya keluar kota beberapa hari yang lalu, tepat sebelum semua ini terjadi. Aku yakin Cressa tidak b
Serenia memegangi bahu Jeslyn dengan erat, yang tentu berhasil membuat Jeslyn merasa terintimidasi dan tak punya pilihan selain jujur padanya. Serenia juga jelas sedang khawatir. “Jangan bilang jika Magnus bahkan tidak mengetahui tentang ini,” ucap Robert. Serenia melirik suaminya tersebut dan menatap Magnus. Sementara Robert hanya tersenyum tipis sambil menggoyangkan kakinya santai, menurut Robert akan seru jika Magnus kehilangan kepercayaan Serenia sepenuhnya. “Benar, Cressa sedang hamil. Dan dia memang belum memberitahu siapa pun selain aku.” Jeslyn menganggukkan kepalanya. Serenia seketika melepaskan bahu Jeslyn dan mendengus kasar. Serenia menutup wajahnya dengan perasaan khawatir pada adiknya tersebut. Sementara Magnus memejamkan matanya sejenak sambil menyandarkan bahunya ke sofa. Magnus memijat keningnya agak kasar begitu mendengar kabar kehamilan istrinya, dari sahabat istrinya. “Kenapa dia tidak langsung memberitahuku jika dia hamil?” Ma
Sedetik setelah kehilangan kendalinya lagi, Magnus menghela nafasnya berat. Dia tentu menyesalinya setelah membentak Cressa. Apa lagi, reaksi Cressa yang tampak membeku sesaat, dengan ekspresinya yang terlihat menahan tangisnya. “Dengar, aku sama sekali tidak berniat membentakmu. Hanya saja, semuanya terasa semakin sulit saat kau tidak mendengarkanku dan justru menuduhku.” Magnus mendengus. Cressa memalingkan wajahnya. Dia ingin mendengarkan Magnus lebih lanjut, mendengarkan penjelasannya lagi meski harus menahan air matanya. Dia juga merasa kalau dirinya semakin sensitif dan emosional belakangan ini. “Aku sudah menjelaskannya dengan jelas, bukan? Situasinya tidak menguntungkan untuk Agnes jika dia tinggal di Luston. Untuk itulah aku membawanya kembali ke Metronyx dan membiarkannya tinggal di Metronyx. Mungkin setidaknya sampai bayinya lahir. Kau mengerti maksudku, kan? Setelah bayinya lahir, pasti orang tuanya Agnes berubah pikiran, tidak mungkin bagi mereka membu
“Apa ini yang kau maksud sibuk selama ini? Melakukan urusan yang tak aku ketahui?” Cressa menatap ke arah Magnus dengan sinis dan agak sedikit kosong, kekecewaan yang mendalam sepertinya kurang tergambar di wajah antagonis Cressa. Membuat perasaannya selalu bisa disalahpahami. “Cressa?” Magnus langsung melepaskan Agnes dengan sedikit kasar. Agnes mengerutkan alisnya dengan kesal saat Magnus menepisnya dengan cukup kasar. Dia menatap Magnus yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Agnes mendengus sambil menatapi Cressa yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang cukup tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau ke sini?” Magnus berjalan cepat mendekatinya. Cressa bisa melihat wajah Magnus yang terlihat panik, mendekat padanya seolah dia baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Semakin Magnus mendekat, maka rahang Cressa semakin terangkat untuk terus menatap wajah Magnus yang lebih tinggi darinya. “Kau sungguh bertanya s
Belum sempat beranjak dari kasur yang ada di kamar Magnus, Cressa langsung ditarik kembali. Magnus seketika mendudukkan Cressa ke pangkuannya, yang membuat Cressa tersentak kaget. Magnus mendekapnya dari belakang, tangannya melingkar di bahu sempit Cressa, dan yang satunya melingkar di pinggangnya, kedua lengan Cressa juga terperangkap dalam dekapan Magnus. “Aku merindukanmu, tidakkah kau tahu itu? Aku sudah terkurung di sini beberapa hari. Setidaknya temani aku tidur malam ini. Jeslyn bisa tidur sendiri, kan? Atau mungkin, Glenn bisa saja datang nanti malam padanya. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya.” Magnus menenggelamkan wajahnya di tengkuk Cressa, mengendus aroma Cressa yang sudah dia rindukan. Tangannya perlahan turun ke blouse yang dipakai Cressa. Tangan Magnus menyelinap dari atas, untuk meraih salah satu dari payudaranya yang membuat Cressa merapatkan bahunya. Cressa tidak tahu apakah akan aman jika dia melakukan hubungan intim dengan Magnus saat dia sedang hamil d