Cressa hanyut dalam permainan Magnus di malam pernikahan mereka. Tangannya mencengkeram erat sprei. Disusul dengan jemari Magnus yang menyelinap masuk ke sela jemari Cressa. Keduanya kini saling mencengkeram satu sama lain, melupakan perkelahian singkat mereka dan fokus pada pertempuran di ranjang malam itu.
“Aku terkesan, bagaimana para pria itu bisa tahan meski kau tidak mengizinkan mereka untuk masuk. Kau benar-benar menjaganya untukku?” “Ha-ah... Aku menjaganya karena nama baik keluargaku.” “Kau sepertinya sangat terobsesi atas nama keluargamu sendiri. Montgomery... Bukankah itu tidak membuatmu lebih baik? Hah... maksudku, kau tetap melakukan hal buruk sebelum menikah.” “Bagaimana denganmu? Bukankah kau juga melakukan hal itu sebelum menikah? Bagi pria, hah... kalian tidak memiliki bekas jika sudah melakukannya.” “Kau yang pertama, Cressida. Kau yang pertama untukku.” *** Cressa terlelap nyenyak di kasur king size kamar hotel tersebut. Sementara Magnus baru saja terbangun karena panggilan yang masuk ke ponselnya, membuatnya harus segera menjawab panggilan itu sebelum membangunkan Cressa juga. “Tidak bisakah kau tidak menggangguku di malam pernikahanku?” Magnus menghela nafasnya. Magnus mendudukkan dirinya dan menatap Cressa yang tidur di sebelahnya, hanya ditutupi selimut. Magnus masih bisa melihat betapa ranumnya buah dada, dengan bahu indah Cressa. Ini pertama kalinya dia melihat gadis pemarah ini tidur, tak pernah menyangka jika Cressa ternyata seperti gadis pada umumnya. “Kau menemukan sesuatu? Aku akan ke sana sekarang.” Magnus langsung bangkit dari tempat tidur. Magnus menggunakan kamar mandi sejenak dan mengambil pakaian barunya dari koper sambil menatap Cressa yang masih terlelap. Dia sempat memikirkan perasaan Cressa jika mendapati dirinya menghilang setelah aktivitas panas mereka. Magnus keluar kamar hotel dengan keadaan rapi. Dia bahkan sudah menata ulang rambutnya. Setelah meninggalkan hotel, Magnus menemui seseorang yang tak lain adalah sekretarisnya sendiri di dalam mobil. “Apa kau yakin ini baik-baik saja? Lady Cressa sangat sensitif, dia sangat—” “Aku sangat tahu itu. Aku justru penasaran apa reaksinya saat mengetahui aku tidak ada di sana. Apa kau sudah menemukan pria mana saja yang sempat berhubungan dengan Cressa?” Sekretarisnya, Glenn langsung mengeluarkan beberapa foto cetak yang bisa dilihat oleh Magnus. Magnus bisa melihat jika orang yang dipilih Cressa selalu pria tanpa latar belakang yang jelas dan bukan orang-orang penting. Sepertinya Cressa menghindari rumor. Magnus menatapi bagaimana Cressa tampak selalu tenang di sekitar pria itu. Dia bahkan tampak lebih sering tersenyum sambil menggandeng setiap pria yang dia kencani untuk sekejap. “Aku harus mengatakan jika orang-orang itu beruntung.” Magnus mendengus tak percaya. “Lady kelihatannya sangat menyukai pria tinggi dan berotot. Tapi Lady biasanya mengencani pria yang lebih muda. Dia bahkan mengencani anak di bawah umur saat baru masuk kuliah.” “Sangat menarik. Dia benar-benar tak bisa ditebak. Dia menggunakan pria untuk bersenang-senang, membayar mereka dengan mahal hanya untuk kencan singkat.” Magnus terkekeh sedikit kesal. Glenn hanya menganggukkan kepalanya. Dia juga terjebak kenyataan kalau dia akan melayani Cressa ke depannya, istri atasannya tersebut. “Tentang kematian ibu Anda... Pelaku sempat menyatakan kalau dirinya tidak bersalah dan menyangkal setiap tuduhan dalam sebuah surat pernyataan. Namun, semua bukti terlalu kuat untuk membuatnya mendapatkan hukuman yang lebih ringan. Kita juga tidak bisa menemuinya karena dia di penjara pengasingan yang berada di pulau Andelss.” Magnus terdiam dan menatap kosong ke arah depan. “Ya, aku bisa apa jika begitu. Kurasa aku juga ingin berhenti melakukan penyelidikan rahasia tentang kematian ibuku.” Magnus menghela nafasnya. Magnus meninggalkan Cressa setelah bersenang-senang dengannya, demi mendengar apa yang ditemukan Glenn tentang perkembangan kasus yang dia selidiki diam-diam. Kematian ibunya telah terjadi sekitar 12 tahun lalu saat usianya masih 15 tahun, dengan penutupan kasus berupa dibunuh oleh sekretarisnya sendiri, yang berselingkuh dengan ayahnya. *** Sementara itu, saat Cressa membuka matanya perlahan-lahan, dia menatap langit-langit sejenak. Bayangan euforia semalam masih memenuhi dirinya. Perutnya terasa dipenuhi kupu-kupu dan membuat jantungnya berdetak kencang. Namun, begitu menyadari Magnus tidak ada di kamar bersamanya, dia langsung mendudukkan dirinya. Dia mulai menyadari sesuatu, ini seperti bagaimana dia sering meninggalkan pria yang sudah bermain-main dengannya setelah pria itu dalam posisi lemas dan mengantuk. “Sial” umpat Cressa. Cressa mengigit bibirnya, saat menyadari ada emosi dalam dirinya yang membuat dirinya merasa tidak diuntungkan, merasa dipermainkan, dan perasaan aneh lainnya. Tanpa sadar, Cressa menggigit bibirnya terlalu keras hingga menyebabkan luka di bibirnya. Cressa bangkit dari tempat tidur untuk segera bersiap pergi juga. Cressa memasuki kamar mandi dan menatap tubuh polosnya yang dipenuhi bercak merah di sekitar dadanya. Bekas permainan Magnus yang entah kenapa membuatnya merasa marah. “Persetan!” Cressa lantas mengambil salah satu botol perlengkapan mandi hotel yang dia gunakan untuk memecahkan cermin. Beberapa saat kemudian, Cressa sudah dalam keadaan siap. Meski rambut panjangnya sedikit berantakan. Cressa keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke bagian resepsionis. “Aku ingin mengecek CCTV!” tuntut Cressa. Resepsionis menatap Cressa dengan tatapan heran karena itu masih pagi dan seseorang sudah berada di depannya dengan posisi marah. “Boleh saya tahu jika ada sesuatu yang terjadi? Apa Anda kehilangan barang?” tanyanya. “Aku hanya ingin memeriksa CCTV! Sekarang, bawa aku ke ruang kendali!” tekan Cressa dengan suara keras. Gadis itu menuntut. “Saya minta maaf sebelumnya, tapi saya harus tahu untuk melaporkannya terlebih dahulu. Saya harus membuat laporan terlebih dahulu ke atasan saya, untuk menjaga privasi bagi tamu—” “Bawa saja aku ke ruang kendali CCTV sekarang!” bentak Cressa. Magnus memasuki lobi hotel dan menatapi Cressa yang sedang marah-marah sekarang. “Cressa!” panggil Magnus dengan tenang, dia sudah menduga reaksi Cressa yang akan marah ini. Cressa berbalik dan menatapi Magnus dengan tatapan tak percaya. Dia terkekeh saat melihat orang yang berhasil membuatnya dalam posisi yang sangat tidak mengenakan. Ditinggal setelah bersenang-senang, di malam pertama mereka adalah sesuatu yang membuatnya merasa sangat tidak dihargai, merasa dipermalukan juga. “Dari mana saja kau?!” bentak Cressa. Magnus menghela nafasnya dan melihat sekitar, ada banyak orang yang memperhatikan mereka sekarang. “Ayo bicara di kamar,” pinta Magnus dengan tenang. “Bicara saja di sini! Agar menjelaskan pada mereka yang sekarang melihatku dengan tatapan mengadili itu! Jelaskan sekarang!” tuntut Cressa. Magnus mengambil nafas dalam-dalam sebelum akhirnya membawa Cressa ke pundaknya, menggendongnya seperti membawa sekarang beras. Dan Cressa langsung memberontak dengan cukup kuat, membuat Magnus harus menggunakan tenaga lebih untuk menahannya. “Lepaskan! Lepaskan aku!” jerit Cressa dengan kencang, menunjukkan betapa marah dan tersinggung. "Berhenti meronta, kau bisa jatuh!" ujarnya.“Lepaskan!” Cressa terus memberontak hingga mereka tiba di kamar hotel. Magnus menurunkan Cressa setelah menutup kembali pintu dan menatapi Cressa yang terengah-engah karena terus memberontak, sementara dia terengah-engah karena mengatasi gadis itu. Magnus menatap ke sekitar kamar dan terkejut akan situasi kamar yang sangat berantakan, sepertinya Cressa mengamuk sendirian tadi. Dia lantas menatap pelakunya yang sekarang menatap tajam ke arahnya, dengan darah kering di bibirnya. “Ada apa dengan bibirmu? Kau yang melakukan ini semua? Kenapa?!” Magnus sedikit membentak. “Itu karena kau! Kau pikir kau siapa meninggalkanku begitu saja setelah apa yang kita lalui? Kau pikir aku jalang yang bisa kau tinggalkan begitu saja?! Apa kau menganggapku jalang pribadi karena kita sudah menikah, jadi kau bisa seenaknya?!” gertak Cressa. Magnus mengambil nafas dalam-dalam. Dia berusaha mengontrol dirinya sendiri. Ini salahnya, sepenuhnya salahnya. Dia tahu ini akan terjadi, namun justru menantikan
“Karena keluarga akak iparmu kelihatannya sangat menginginkan perusahaan Montgomery.” Magnus menyilangkan tangannya di depannya dengan santai. “Oh, jika itu aku juga menyadarinya. Tunggu... Kenapa kau bisa tahu sampai sana? Maksudku, kita berdua memang tahu tentang perselingkuhan kakak iparku.” Cressa mengerutkan dahinya. “Ayolah, aku ini orang kepercayaan kakakmu. Jadi, mulai sekarang, aku hanya ingin kau bisa diajak bekerja sama. Kita berada di pihak yang sama. Jika kau tahu itu, maka sudah seharusnya kita bekerja sama.”Cressa terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela nafasnya. Dia juga melakukan pernikahan ini atas permintaan kakaknya. Demi kelangsungan keluarga Montgomery sendiri, dan demi perusahaan Montgomery. Dia harus mempertahan apa yang telah diusahakan oleh tetuanya di masa lalu. “Apakah perceraian sangat dilarang oleh tradisi keluargamu hingga kakakmu hanya diam mengenai perselingkuhan kakak iparmu?” tanya Magnus. Cressa mengangguk. “Selain karena tradisi keluarga, di
“Ahn...” Magnus mengerutkan alisnya ketika berdiri di depan pintu suatu ruangan. Dia meraih gagang pintu ruangan tersebut dan memutarnya untuk membuka pintu hingga isi ruangan terlihat olehnya. Seorang gadis yang tengah melebarkan kakinya di kursi langsung terperanjat kaget dan menoleh ke pintu. Pria yang kepalanya berada di antara kedua kakinya langsung terangkat dan melihat ke pintu bersama gadis itu. “Aku ingin bicara dengannya berdua, keluar!” Magnus menatapi pria itu yang langsung bangkit. Cressa, gadis yang hampir meraih puncaknya itu hanya bisa menghela nafasnya sambil memperbaiki rok dan caranya duduk. Wajahnya memerah, antara karena kegiatan panas yang dia lakukan sebelumnya atau justru karena malu baru saja dipergoki oleh tunangannya. “Apa yang kau inginkan?” Cressa menatap ke arah lain, jelas malu atas tindakannya barusan. “Bukankah keluarga Montgomery yang terhormat tidak mengizinkan aktivitas seperti itu sebelum menikah?” ejek Magnus sambil berdiri tegap di depan me
Cressa menyilangkan tangannya di dada, menatap dua orang yang sekarang berusaha keras menjauhi hiu putih yang sedang asyik berenang di kandangnya. “Chloe sangat suka bermain-main dengan manusia. Tapi terakhir kali aku harus membayar tagihan rumah sakit dan kompensasi untuk orang yang mengurus kolam Chloe, dia kehilangan tangan kanannya, sampai siku.” Cressa cemberut sambil menatap Magnus. Magnus mendengus tak percaya dengan kelakuan Cressa yang satu ini. Magnus menggeleng pelan sebelum akhirnya membantu kakak ipar Cressa dan wanita yang tak dia kenali itu. Beberapa petugas yang sepertinya ditugaskan menjaga kolam juga langsung datang untuk membantu. Cressa hanya tersenyum simpul ke arah kakak iparnya yang sudah berada di pinggir kolam dengan bantuan orang-orang itu. Pria itu tampak sangat panik dan sedang syok, begitu pula wanita itu. “Bocah gila,” umpatnya. Cressa hanya mengangkat alisnya dengan keheranan dan kemudian berbalik. Cressa langsung pergi dari sana. Dia berjalan sambi
Di hari pernikahan antara Magnus dan Cressa yang dilaksanakan cukup sederhana namun tidak sesederhana kelihatannya itu, Serenia menghela nafasnya sedikit lega.Magnus menatapi Cressa dengan gaun pengantinnya setelah dia sah menjadi istrinya. Cressa tampak duduk sendirian di salah satu meja. Sementara Magnus saat itu sedang mengobrol dengan pria dewasa lainnya. “Aku sudah mendengar semuanya tentang kau yang memutuskan hubungan dengan keluargamu sendiri karena kasus korupsi yang dilakukan ayahmu,” salah satu pria menyinggung soal keluarganya. Magnus hanya tersenyum simpul. “Aku tidak ada hubungan apa pun dengan ayahku sebelum kerajaan memeriksa keluargaku.” “Kakakmu, Garrett sepertinya sengaja menumbalkan ayahmu. Dia melimpahkan semuanya pada ayahmu sementara dia saat ini tengah menikmati kekuasaannya di perusahaan Armstrong.” “Sudah kubilang aku tidak ada lagi hubungan dengan keluarga Armstrong sekarang. Aku anggota keluarga Montgomery sekarang,” ucap Magnus dengan lebih tegas. “K