Mampukah Aku Bertahan

Mampukah Aku Bertahan

last updateLast Updated : 2023-06-12
By:  Tifa Nurfa  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
92Chapters
19.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mampukah Aku Bertahan Pernikahan Yunita dan Firman sudah berjalan tiga tahun lamanya belum juga dikaruniai anak. Keinginan Ibu Ratih Ibunya Firman akan hadirnya cucu membuatnya menjadi egois dan kerap kali menekan Yunita, bahkan Beliau menghadirkan calon madu untuk Yunita. Sebisa mungkin Yunita bertahan dengan segala cercaan dari Ibu mertuanya itu, karena kekuatan cinta dari Firman sang suami yang begitu kuat, Namun ketika sebuah kenyataan menyakitkan itu datang akankah Ia mampu bertahan? Ketika secara diam-diam Firman menikah lagi dengan Wina atas sebuah rasa tanggung jawab, akankah Yunita akan mampu bertahan? Akankah cinta yang bersemi dan mengakar kuat dalam pernikahan mereka mampu terus bersemi, di saat Firman telah membaginya dengan Wina? Yuk simak cerita selengkapnya dalam drama romance Mampukah Aku Bertahan.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1 (Kedatangan Ibu Mertua)

"Firman! Gimana? Yunita sudah telat haid?" tanya Ibu mertua yang tengah menelpon Mas Firman, kebetulan panggilan teleponnya di loud speaker jadi aku bisa mendengarnya.Aku hanya menggigit bibir bawahku, meski aku tahu jawabannya, sampai kini aku masih belum juga hamil."Belum Bu! Ibu doain aja ya!" sahut Mas Firman seraya menatapku."Ibu rasa istrimu itu mandul Man! Kamu harus menikah lagi!" Degh!Perkataan Ibu membuatku tercekat, aku yang tengah merapikan tempat tidur pun terdiam seketika."Ibu! Ngomong apaan sih! Poligami itu bukan perkara mudah, salah-salah malah jadi dosa Bu!" Mas Firman mengusap kasar rambutnya."Kalau kamu merasa berat jika poligami, ya sudah ceraikan saja istrimu! Kamu pikir menikah hanya modal cinta saja itu cukup! Adanya anak itu juga penting Firman!" Terdengar suara Ibu begitu menggebu.Aku pun terduduk di tepi ranjang, membelakangi Mas Firman. Menatap ke arah luar jendela. Rasanya hatiku seperti tersayat."Bu! Sudah ya, ini Firman udah harus berangkat ke r

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
92 Chapters

Bab 1 (Kedatangan Ibu Mertua)

"Firman! Gimana? Yunita sudah telat haid?" tanya Ibu mertua yang tengah menelpon Mas Firman, kebetulan panggilan teleponnya di loud speaker jadi aku bisa mendengarnya.Aku hanya menggigit bibir bawahku, meski aku tahu jawabannya, sampai kini aku masih belum juga hamil."Belum Bu! Ibu doain aja ya!" sahut Mas Firman seraya menatapku."Ibu rasa istrimu itu mandul Man! Kamu harus menikah lagi!" Degh!Perkataan Ibu membuatku tercekat, aku yang tengah merapikan tempat tidur pun terdiam seketika."Ibu! Ngomong apaan sih! Poligami itu bukan perkara mudah, salah-salah malah jadi dosa Bu!" Mas Firman mengusap kasar rambutnya."Kalau kamu merasa berat jika poligami, ya sudah ceraikan saja istrimu! Kamu pikir menikah hanya modal cinta saja itu cukup! Adanya anak itu juga penting Firman!" Terdengar suara Ibu begitu menggebu.Aku pun terduduk di tepi ranjang, membelakangi Mas Firman. Menatap ke arah luar jendela. Rasanya hatiku seperti tersayat."Bu! Sudah ya, ini Firman udah harus berangkat ke r
Read more

Bab 2 (Kedatangan Dua Wanita cantik)

Apa kira-kira yang akan dikatakan Mas Firman, apakah ia akan mengiyakan ucapan ibunya? Aku terus menatapnya dengan suasana hati yang begitu sulit di jelaskan. Harap-harap cemas, akankah Mas Firman tetap teguh pada cintanya?"Bu, pernikahan kami juga baru berjalan tiga tahun, itu masih seumur jagung. usia kami juga masih muda, tentu masih banyak waktu dan kesempatan hingga waktu itu tiba, tak perlu lah ibu terus menerus menekan kami seperti ini." Mas Firman menjatuhkan bobotnya di kursi samping ibunya duduk. Ia berkata lembut memberi pengertian pada wanita yang juga begitu dicintainya.Aku melangkah ke dapur hendak membuatkan teh hangat untuk ibu mertuaku, rasanya tak sanggup berdiri lama-lama di sana mendengarkan semua cercaan yang beliau utarakan.Aku merebus air di dalam teko untuk menyeduh teh, aku hafal kesukaan ibu mertuaku, Beliau lebih menyukai teh bubuk daripada teh celup.Menunggu air mendidih, aku sejenak termenung, mengusap lembut wajah ini dengan kedua telapak tanganku, p
Read more

Bab 3 (Parasit)

"Ehm, Kak Firman, kenalin ini temenku, namanya Tania. Tania ini kakakku, ganteng kan!" Laras memperkenalkan temannya itu, dengan gaya centilnya, gadis itu pun bangkit dan mengulurkan tangannya di hadapan suamiku, Mas Firman pun menerima uluran tangannya.Mas Firman hanya diam, meski Tania terlihat begitu lekat menetap Mas Firman. Hanya sekejap ia menatap ke arah Tania kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain."Saya, Yunita. Istrinya Mas Firman," sergahku cepat mengulurkan tangan, melihat Tania masih terus memandangi wajah suamiku, tentu aku merasa gerah melihatnya."Ah, iya Kak Yunita, saya Tania, teman seprofesi dengan Laras." Aku mengangguk dan tersenyum tipis. Kami berjabat tangan. Kemudian ia kembali duduk."Yunita, sana kamu bikinin minum. Masa ada tamu gini di diemin aja." Ibu tiba-tiba bersuara saat kami semua sedang duduk. Suaranya terdengar seperti memerintah.Bahkan di saat ada orang lain pun, Ibu tetap menunjukkan sikap tak sukanya padaku. Tak bisakah barang sedikit sa
Read more

Bab 4 (Tawaran Kerja)

Setelah selesai makan malam, Mas Firman langsung beranjak naik ke atas, aku membereskan sisa makan dan piring di meja makan. "Sayang, tolong beritahu kamar untuk Laras, dan temanya di kamar bawah, dan tolong jangan keluyuran naik ke atas, boleh naik ke atas hanya untuk menjemur pakaian. Itupun di lakukan pada siang hari." Mas Firman yang baru menaiki beberapa anak tangga berhenti kemudian mengatakan itu, serentak kami yang masih berada di meja makan menoleh ke arahnya. "Baik, Mas," sahutku cepat. Aku melirik Tania dan Laras, mereka saling pandang, entah apa yang ada dipikiran mereka aku tak tau. "Firman, masa mau naik ke atas aja, nggak boleh." Ibu pun ikut bersuara. "Tolong, Bu. Hargai keputusanku, jika ingin tinggal di rumah ini, ikuti aturan di rumah ini." Semua terdiam. Begitulah suamiku, ia akan berkata lembut saat bersamaku, tapi ia juga akan tegas jika ada yang menentang keputusannya. Memang aku pikir itu memang yang terbaik, Tania bukan siapa-siapa dan bukan muhrim bag
Read more

Bab 5 (Tania Mencari Kesempatan)

Diri ini hanya manusia biasa, perempuan lemah yang begitu sangat mencintainya, pun dengan hati ini, begitu cepat terbakar api cemburu saat melihatnya tengah berdua dengan Dia, apa aku terlalu posesif, atau aku berlebihan? 🌺🌺🌺Sejenak aku terpaku menatap mereka. Ada rasa nyeri menjalar begitu saja di dalam sini, melihat pemandangan di hadapanku. "Saya bisa bersihkan sendiri." Terlihat Mas Firman mundur satu langkah dan meraih tisu di meja."Maaf Kak, aku tadi tak sengaja.""Iya sudah nggak apa-apa. Maaf juga saya tak lihat kamu datang tadi.""Ehem! Mas, kamu lagi ngapain?" tanyaku saat mereka belum menyadari kedatanganku. Sontak mereka berdua menoleh ke arahku. "Sa–Sayang. Kamu bangun?" Mas Firman melangkah maju melewati Tania yang masih berdiri menatapku dengan tatapan yang sulit kumengerti.Aku hanya memicing, menatap Mas Firman dan Tania secara bergantian. Sebisa mungkin aku tenang dan tak terpancing emosi, melihat Mas Firman tetap tenang sepertinya tak ada hal yang mengkhawat
Read more

Bab 6 (Tania Bikin Ulah)

Akhirnya Tania turun dari mobil dan duduk di samping Laras. Aku menoleh ke arah Mas Firman, ia tersenyum melihatku. Sepanjang perjalanan kami terdiam, Laras pun sibuk dengan ponselnya, Sedangkan Tania sibuk melihat suasana jalanan kota ini. Hingga kami sampai di depan sebuah hotel, dan mereka turun, kami memutar balik arah menuju Rumah makan. "Aku nggak nyangka kamu bisa galak kaya tadi," ucap Mas Firman di sela-sela kesibukan mengemudinya. Aku hanya meliriknya. "Ya bisalah, masa ada cewek ganjen yang mau deket-deket suamiku, aku harus diem aja. Nanti yang ada lama-lama Mas kesenengen," cebikku. "Ya nggak lah. Aku senengnya kalau kamu yang deket-deket Mas." "Beneran ya. Pokoknya aku nggak mau sampai Tania deket-deket Mas lagi. Aku nggak suka. Dia kelihatan banget pengin deketin kamu." Aku terus berbicara mengeluarkan kekesalanku. "Iya, iyaa, Sayang. Lagian aku juga jadi takut sendiri lihat cewek model Tania begitu. Bener lho." "Halah, takut apa malah seneng?!" Aku masih merajuk
Read more

Bab 7 (Membuat Keributan)

"Makanya, Mbak kalo kerja itu yang bener donk! Mbak tau nggak, saya ini calon istrinya Kak Firman, kamu tau?! Saya bisa laporkan ini ke Kak Firman, biar di pecat aja kamu!" "Sekali lagi saya mohon maaf kakak, tolong jangan laporkan ke Pak Firman, saya sangat butuh pekerjaan ini." Lagi Fitri memohon. Tanpa membuang waktu aku segera berjalan menemui mereka yang tengah menjadi tontonan pengunjung lain. "Vita, tolong kamu panggilkan Pak Firman di ruangannya ya, cepat!" titahku pada Vita karyawan bagian kebersihan untuk memanggil Mas Firman, sebelum aku melangkah menuju Fitri dan Tania. Aku lihat sekeliling, Tania hanya sendiri dimana Laras. "Kamu tau nggak, baju ini harganya berapa, gaji kamu sebulan juga nggak akan cukup buat gantiin baju ini." Tania dengan suara lantang menghardik Fitri yang hanya terdiam. "Tania, Fitri, ada apa ini ribut-ribut? Kalian itu mengganggu ketenangan orang-orang yang lagi makan tau! Kita bicara di dalam, kalian ikut saya," ucapku. "Lihat aja nih Kak, di
Read more

Bab 8 (Calon istri)

Aku hanya menghela napas, setelah kejadian ini, aku harus lebih hati-hati lagi dengan Tania, apalagi tadi aku sempat mendengar ia mengucapkan kata 'calon istrinya Pak Firman' melihat sikapnya tadi, aku bisa menyimpulkan dia bisa saja berbuat nekat untuk mencapai tujuannya.Entah apa yang disampaikan Ibu pada Tania, sehingga ia kini begitu berani berkata ia calon istrinya Mas Firman. Apa Ibu berniat menjodohkan Tania dengan Mas Firman, seperti yang beliau katakan jika aku tak kunjung hamil, Mas Firman harus bersedia menikah lagi ?"Kamu nggak apa-apa kan, Sayang? Tania benar-benar arogan," Mas Firman menggeleng, kemudian menggandeng tanganku dan masuk ke ruangannya.Aku duduk dengan pikiran entah berantah. "Kamu kenapa? Kok diam? Aku minta Iwan membawakan makan siang kita kemari ya!" Melihatku terdiam, Mas Firman mendekat, raut wajahnya melukiskan kekhawatiran yang begitu tersirat dari tatapan matanya. Perlahan tangan lembutnya menyapu lembut pipiku, hingga kedua netra kami bertemu."
Read more

Bab 9 (Khawatir yang tak Beralasan)

"Calon Istrinya siapa dia bilang?!" tiba-tiba Mas Firman sudah ada di belakangku dan ikut bersuara, aku sedikit terkejut jika Mas Firman ternyata mendengar penuturan Wati. "Calon istri Pak Firman." Wati melanjutkan bicaranya yang tadi sempat terputus dengan menunjuk ke arah Mas Firman dengan ibu jarinya. "Bicara apa kamu, Tania itu bukan siapa-siapa saya, jadi jangan membesar-besarkan suatu berita tak bermutu seperti ini. Paham kamu!" ucap Mas Firman tegas. "Ma–Maafkan saya Pak Firman, saya sendiri pun tak akan setuju, perempuan itu tidak cocok samasekali sama Bapak." Lagi Wati menambahkan. "Lalu cocoknya sama siapa? Sama kamu?!" tukasku. "Bukan Bu, Pak Firman dan Ibu Yunita itu sudah pasangan yang sangat cocok, sangat serasi," jawabnya, membuat kedua alisku bertaut. "Bukanya kamu tadi bilang kamu lebih cocok daripada Tania itu. Hem?!" 
Read more

Bab 10 (Ular berbisa)

Semburat warna keemasan memancar dengan gagah, menyinari alam fana ini, memperlihatkan langit senja sore ini yang begitu indah. Sang Surya yang mulai meredup, menandakan sebentar lagi tergantikan oleh pekatnya malam. *Baru saja kami hendak masuk ke dalam rumah, Indra pendengaranku sedikit terganggu saat mendengar suara alunan musik yang cukup keras, saat pintu masih tertutup tidak terlalu terdengar, tapi saat kami membuka pintu, suara musik itu begitu keras terdengar, lebih mirip seperti orang yang sedang hajatan, jika di orang hajatan itu adalah musik dangdut, yang ini genre musik pop luar negeri, membuat bising telinga, kepalaku pun berdenyut.Siapa lagi pelakunya kalau bukan Laras dan Tania. Mentang-mentang kami sedang tidak ada di rumah, mereka seenaknya memutar musik dengan begitu kerasnya. "Astaghfirullah, berisik sekali. Laras benar-benar," gumam Mas Firman seraya melangkah masuk ke dalam menuju kamar Laras. Aku menutup pintu dan menyusul Mas Firman.Klik.Mas Firman memati
Read more
DMCA.com Protection Status