Love You Aleea

Love You Aleea

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-29
Oleh:  Olivia Yoyet  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
124Bab
4.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kenzo Darka, seorang mahasiswa sekaligus penyanyi kafe jatuh hati pada Aleea Verina, teman sekampusnya. Hubungan mereka ditentang ayahnya Aleea karena perbedaan strata sosial di antara keduanya. Kenzo yang bersikeras mencintai Aleea akhirnya diberikan tantangan oleh Ayah Aleea agar menjadi penyanyi sukses sebelum bisa melanjutkan hubungan dengan Aleea. Mampukah Kenzo menuntaskan tantangan dan berhasil menjadi penyanyi sukses?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Eeeaaaaa

"Hai!" Aku melambaikan tangan menyapa seorang gadis cantik di samping kanan. Namun dia hanya diam dan tidak bereaksi sama sekali. Akan tetapi, bukan Kenzo namanya kalau menyerah di percobaan pertama. "Hai, aku Kenzo. Boleh kenalan?" Sekali lagi aku menyapa, tetapi lagi-lagi gadis itu tetap diam. Matanya tetap terarah ke depan dan seolah-olah mengabaikanku yang mulai kesal. "Kamu sariawan?" tanyaku di perjuangan terakhir dan akhirnya berhasil. Dia menoleh sambil memelototiku dengan iris mata berkilat. Aku membalas dengan seulas senyuman memikat. "Hei! Itu yang ngobrol berdua di barisan tengah. Maju ke sini!" teriak Kakak senior menggunakan mic. Suaranya yang berat terdengar menggelegar bagai petir yang menyambar di siang hari yang mendung."Lu sih, berisik!" desis sang gadis berambut panjang sambil melangkah maju ke depan barisan. Aku mengekor di belakangnya sembari melambaikan tangan bak pangeran Inggris kepada peserta MOS lainnya. Semua mata melihat ke arah kami. Ada yang bengong

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
124 Bab

Eeeaaaaa

"Hai!" Aku melambaikan tangan menyapa seorang gadis cantik di samping kanan. Namun dia hanya diam dan tidak bereaksi sama sekali. Akan tetapi, bukan Kenzo namanya kalau menyerah di percobaan pertama. "Hai, aku Kenzo. Boleh kenalan?" Sekali lagi aku menyapa, tetapi lagi-lagi gadis itu tetap diam. Matanya tetap terarah ke depan dan seolah-olah mengabaikanku yang mulai kesal. "Kamu sariawan?" tanyaku di perjuangan terakhir dan akhirnya berhasil. Dia menoleh sambil memelototiku dengan iris mata berkilat. Aku membalas dengan seulas senyuman memikat. "Hei! Itu yang ngobrol berdua di barisan tengah. Maju ke sini!" teriak Kakak senior menggunakan mic. Suaranya yang berat terdengar menggelegar bagai petir yang menyambar di siang hari yang mendung."Lu sih, berisik!" desis sang gadis berambut panjang sambil melangkah maju ke depan barisan. Aku mengekor di belakangnya sembari melambaikan tangan bak pangeran Inggris kepada peserta MOS lainnya. Semua mata melihat ke arah kami. Ada yang bengong
Baca selengkapnya

Tunangan?

Bab 2Setibanya di depan sebuah pagar hitam tinggi, Aleea membunyikan klakson mobilnya. Tak berapa lama kemudian keluarlah sesosok pria paruh baya yang bergegas membukakan pintu pagar rumah. Mobil Aleea meluncur masuk dengan pelan, kemudian parkir di belakang sebuah mobil putih yang tampak mewah. Aku mengikuti dari belakang, diiringi tatapan keheranan sang pria pembuka pagar. Aleea ke luar dari pintu mobil, begitu pula dengan dayang-dayang setianya. Kemudian dia menoleh dan memberi kode agar aku mengikutinya. Mereka menuju pintu depan rumah yang bercat putih dan berasitektur romawi nan mewah. Tanpa mengetuk pintu Aleea langsung masuk ke rumah. Ragu-ragu aku ikut masuk. Membuka sepatu, dan mengucapkan salam di depan pintu yang terbuka. "Assalamualaikum." Hening. Tak ada yang menjawab salamku. Ketiga perempuan muda itu malah saling beradu pandang. "Woiii. Jawab dong kalo orang ngasih salam!" sungutku. "Aku ulangi lagi, ya. Sekali ini kudu dijawab!" Mereka mengangguk serempak. "Assal
Baca selengkapnya

Tuan Takur

Bab 3Satu jam kemudian aku sudah tiba di kampus yang tampak lengang. Mata melirik ke pergelangan tangan kanan, mendengkus saat menyadari bahwa aku sudah terlambat tiga puluh menit. Akhirnya aku memutuskan untuk nongkrong saja di kantin sembari menunggu jam mata kuliah selanjutnya. Kantin ini letaknya di samping kampus. Beberapa kios berderet rapi dengan aneka ragam cat yang menyolok. Tempat favorit para mahasiswa dan mahasiswi ini tampak cukup ramai. Setelah memilih dan memilah, aku memasuki kios yang menyediakan berbagai makanan ringan. Setibanya di depan meja kasir, aku memesan kopi susu dan seporsi pisang bakar keju cokelat. Berbalik dan jalan ke sudut kanan ruangan yang tampak ramai. Duduk di kursi paling pojok dan meletakkan tas ransel di atas meja. Meraih ponsel dari dalam tas dan tenggelam di dunia maya. Tiba-tiba pundakku ditepuk dengan keras dan membuatku spontan menoleh ke belakang dan beradu pandang dengan Ijan Kutilang dan Willy Kuda Nil yang cengengesan."Kok kalian a
Baca selengkapnya

Kalah Telak

4 Hari ini sepertinya akan menjadi hari keberuntunganku. Saat sedang menunggulampu merah berubah menjadi kuning terus ke hijau di langit yang biru, di perempatan jalan menuju kampus, kulihat mobil Aleea terparkir di dekat taman fly over. Aku bergegas memacu motor untuk menghampiri. Setibanya di dekat mobil, aku celingukan mengecek ke dalam melalui kaca tertutup dengan rasa penasaran setingkat kabupaten. "Kenzo!" teriak Aleea dari dalam, kemudian kaca sebelah kiri terbuka. "Hai. Kenapa ngetem di sini? Nyari penumpang?" sapaku sok kenal sok dekat. "Mobilku tiba-tiba mogok nih. Aku lagi nunggu mobil derek datang. Gak berani nunggu di luar," tunjuknya pada sekumpulan pengamen jalanan yang lagi nongkrong di dekat lampu merah. "Ya, udah. Kamu ikut aku aja." "Mobilku gimana?" Aku terdiam sejenak dan pura-pura berpikir. Akhirnya kuputuskan turun dari motor dan masuk ke mobilnya. "Loh, kok kamu ikut masuk sih?" tanyanya sambil menyipitkan mata yang makin tampak segaris. "Di luar pa
Baca selengkapnya

Semanis Madu

5Hari ini Mama sibuk di dapur sambil bernyanyi lagu Galaherang. Berulang-ulang kayak compact disc bajakan. Enggak mikir anaknya yang cakep ini jadi tambah sedih mendengar nyanyiannya yang mendayu-dayu dan menyayat kalbu. Sedih, karena cinta bertepuk sebelah tangan. Niat hati untuk berjuang sepertinya sudah menghilang dan berganti dengan keputusasaan. (lebay)Sudah dua minggu ini aku menghindar dari Aleea. Daripada tambah perih hati. Mending enggak usah ketemu. Beberapa kali aku ngumpet kala melihatnya berjalan bersama dayang-dayang setianya. Kadang ngumpet di bawah tangga. Atau di bawah bangku taman. Atau di balik motor. Bahkan ngumpet di dalam loker. Pokoknya sebisa mungkin menghindari ketemu. Seperti hari ini, membolos kuliah dengan alasan lagi batuk parah. Uhuk, uhuk. "Abang, ngapain ngumpet mulu dalam kamar? Sinilah, temani Mama!" Suara Mama yang empat oktaf mulai berkumandang. Kadang aku heran, Mama itu enggak pernah sakit tenggorokan, padahal teriak-teriak mulu. Kata Papa
Baca selengkapnya

Masih Ada Kesempatan

06Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah memacu motor kesayangan di jalan raya yang padat bin macet. Hal ini terjadi setiap hari kerja, kalau di penghujung minggu biasanya lebih lengang. Setibanya di kampus, senyumanku mengembang kala melihat mobil sang putri pujaan hati sudah terparkir di tempat biasa. Setelah memasang standar dengan baik dan benar, aku mengunci setang motor sebelum beranjak berdiri dan jalan menjauh. Sembari melepaskan helm dan merapikan rambut, mataku melirik ke sana kemari, berharap bisa menangkap sosok gadis yang kian lama kian melekat dalam hati. Entahlah, sepertinya aku harus pasrah akan terus menyayangi Aleea, meskipun hanya bisa dilakukan dari jauh tanpa punya kesempatan untuk diungkapkan. "Udah sembuh?" tanya Ijan yang tengah berdiri menyandar di dinding kelas, mungkin menyamar jadi cicak. "Hu um," jawabku sembari menaikkan tali ransel yang agak melorot. Alisku terangkat saat menyadari penampilan Ijan yang berbeda dari biasanya. Bila sehari-hari
Baca selengkapnya

Paket Komplet

07Suara lembut milik Linda, teman satu band-ku mengalun lembut di ruangan yang masih kosong ini. Perempuan berambut panjang dan berwajah manis itu tampak sangat menghayati lagu berjudul Love is in the air, milik penyanyi Tarmiga & 2 Bad itu, dengan sesekali mengulaskan senyuman, seakan-akan benar-benar tengah jatuh cinta. Aku yang tengah mengiringi nyanyiannya dengan menggunakan gitar, menatap wajah gadis yang usianya lebih tua dua tahun dariku itu seraya mengulum senyum. Gaya menyanyi Linda sangat berbeda dengan kesehariannya. Bila saat menjadi penyanyi Linda akan sangat anggun, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari dia agak tomboi dan humoris, serta sedikit latah, yang menjadikan dirinya sebagai bahan ledekan teman-teman band. Selain aku dan Linda, ada juga Mbak Yeni dan Mas Fabian yang biasa dipanggil Fa. Mereka merupakan pasangan suami istri yang bertemu dan saling jatuh cinta di kafe ini. Mereka pula merupakan anggota band pertama yang dibentuk oleh Ryan, sang bos. Selain it
Baca selengkapnya

Cara Licik

08 Waktu terus bergulir. Hari berubah menjadi minggu tanpa sanggup dihentikan. Aku masih disibukkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang sangat menyita waktu. Tibalah masa-masa paling mendebarkan bagi mahasiswa, terutama yang kesulitan mengatur waktu seperti aku. Sudah dua bulan berlalu aku kejar-kejaran dengan hitungan jam antara kuliah dengan kerja. Kadang sukses, kadang juga terlambat bangun dan akhirnya absen di kampus. Sebab itulah sekarang hatiku kebat-kebit enggak karuan, terutama karena mata ujian pertama adalah satu-satunya yang paling tidak dikuasai. Udah pada tahu kan maksudku? Akhirnya dengan terpaksa aku melakukan cara licik, yaitu menghitung kancing kemeja motif abstrak yang biasanya menjadi baju pembawa kabar baik alias keberuntungan untukku. Berharap kali ini baju tersebut kembali membawa inspirasi mengarang bebas di saat mengerjakan soal-soal esai. Namun, sepertinya kekuatan sakti baju ini telah berakhir. Sampai waktu ujian selesai, aku hanya bisa menyelesa
Baca selengkapnya

Huruf Korea Bak Bolu Gulung

09Peristiwa kemarin malam masih terbayang di benak. Sama sekali tidak menyangka bila sosok yang sangat dibanggakan oleh Aleea ternyata telah mengkhianati gadis itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya bila tahu tentang perselingkuhan sang tunangan.Aku mengalami dilema. Perdebatan hati yang membuatku makin gundah gulana bak para penanam modal yang ternyata dibohongi pihak pengelola arisan atau multi level marketing. Apalagi saat bertemu Aleea kala aku dan ketiga sahabat tengah menikmati bakso di kantin kampus siang ini. Aleea dan kedua dayang-dayang menyapa kami terlebih dahulu sebelum menduduki kursi di meja sebelah kiri. Bakso yang tengah ditelan seakan-akan menyangkut dan membuatku nyaris tersedak. Ijan bergerak cepat menepuk punggungku hingga bakso itu akhirnya meluncur mulus memasuki lambung tanpa dikunyah halus. "Kenapa sih? Kayaknya kamu grogi gitu," tanya Ijan dengan suara yang pelan. "Nggak apa-apa, cuma agak kaget aja," jawabku sambil mengambil botol minuman
Baca selengkapnya

Kembar?

10Hari ini seharusnya aku bisa bangun siang. Akan tetapi, sepertinya Mama tidak mau membiarkanku menikmati liburan dan berusaha sedapat mungkin untuk membuatku sibuk. Mulai dari menemaninya ke pasar, bantu menyiapkan kotak-kotak berisi pesanan pelanggannya, hingga mengantarkan puluhan kotak itu bersama dengan Kai. Berboncengan dengan hati-hati menuju komplek perumahan yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumah, tetapi karena aku tidak diperkenankan untuk mengebut, jarak pendek yang ditempuh itu seakan-akan sangat jauh. Kompleks yang kami tuju ini merupakan cluster baru yang ternyata belum terlalu banyak penghuninya. Saat kami tiba di alamat tujuan, aku dan Humaira sama-sama melongo, sebelum kemudian tertawa tanpa alasan yang jelas. "Ini rumahmu?" tunjukku pada bangunan dua lantai yang sepertinya baru selesai direnovasi itu. Karena bangunannya sudah sangat berbeda dari rumah di sekitar. "Iya, aku baru pindah seminggu di sini, Ken," jawab gadis berjilbab putih itu seraya mengula
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status