Share

Love You Aleea
Love You Aleea
Author: Olivia Yoyet

Eeeaaaaa

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Hai!" Aku melambaikan tangan menyapa seorang gadis cantik di samping kanan. Namun dia hanya diam dan tidak bereaksi sama sekali. Akan tetapi, bukan Kenzo namanya kalau menyerah di percobaan pertama. 

"Hai, aku Kenzo. Boleh kenalan?" Sekali lagi aku menyapa, tetapi lagi-lagi gadis itu tetap diam. Matanya tetap terarah ke depan dan seolah-olah mengabaikanku yang mulai kesal. 

"Kamu sariawan?" tanyaku di perjuangan terakhir dan akhirnya berhasil. Dia menoleh sambil memelototiku dengan iris mata berkilat. Aku membalas dengan seulas senyuman memikat. 

"Hei! Itu yang ngobrol berdua di barisan tengah. Maju ke sini!" teriak Kakak senior menggunakan mic. Suaranya yang berat terdengar menggelegar bagai petir yang menyambar di siang hari yang mendung.

"Lu sih, berisik!" desis sang gadis berambut panjang sambil melangkah maju ke depan barisan. Aku mengekor di belakangnya sembari melambaikan tangan bak pangeran Inggris kepada peserta MOS lainnya. 

Semua mata melihat ke arah kami. Ada yang bengong, ada yang senyum-senyum. Ada yang sampai ketawa sambil memegang perut. Itu tak lain pasti ketiga sahabatku dari masa SMP dulu. Sandy tonggeret, Ijan kutilang dan Willy kuda nil. 

"Kak, aku gak ikutan ngobrol. Dia nih yang ganggu!" geram sang gadis dengan suara yang dilembut-lembutkan. Aku nyaris tertawa mendengarnya. 

"Kakak gak mau tau. Yang kakak lihat kalian itu lagi ngobrol. Titik!" jawab sang kakak senior dengan wajah sinis. 

Gadis bermata sipit sudah mau membantah, mulutnya membuka dan menutup bak ikan megap-megap mencari oksigen. Kembali dia mendelik ke arahku yang membalas dengan menaikkan alis dramatis. 

"Kalian dihukum!" tegas Kakak senior laki-laki yang memiliki kumis tipis lima helai. 

"Kami dihukum apa, Kak?" tanyaku pura-pura polos. 

"Kamu bisa nyanyi atau nari atau pantomim gitu?" 

Aku berpikir sejenak. Berlagak pintar. "Aku nge-rap aja kak. Tapi lagu luar negeri boleh?" 

"Boleh. Lagu luar dunia juga boleh." 

"Oke Kak. Siap!" jawabku semangat. 

"Nah, kalo kamu mau ngapain?" tanya Kakak senior kepada sang gadis. 

"Aku ... nari aja deh, Kak," sahutnya pelan. 

"Oke, kembali dulu ke barisan, sepuluh menit lagi waktu kalian tampil." 

Tanpa banyak bicara, aku dan sang gadis berbalik menuju  barisan semula. Para peserta lain hanya bisa melirik sekilas, mungkin takut dihukum bila berani mengobrol. Seperti kami, aku dan gadis berkulit putih yang cantik. 

"Makanya kalau diajak kenalan itu buruan jawab. Jadi gak bakal dihukum," ucapku santai, sesaat setelah kami sampai di kelompok. 

Sang gadis mendelik dengan tatapan membunuh. Dia membentuk gaya menggorok leher dengan tangan. 

Ihhh. Seremmm!

***

Sepuluh menit kemudian kami dipanggil lagi ke depan. Dengan langkah santai aku beranjak maju. Sang gadis mengikuti sambil menunduk. 

"Sudah siap?" tanya Kakak senior yang bertubuh tinggi besar dan bercambang lebat, sekilas mirip Mike Tyson. 

Aku mengangguk mengiakan, sementara sang gadis masih tetap mematung di tempat, mungkin lagi mikir. 

"Oke, silakan dimulai!" titah Kakak senior. 

"Pinjam mic-nya, Kak!" 

Kakak senior menyerahkan mic. Aku langsung membalikkan tubuh menghadap teman-teman yang sedang duduk bergerombol sesuai kelompok. 

"Check check check. One two three.

One two three. Yooo! Kenzo is in the house 

Come on let's raise your hand people! Yoo, yoo!" 

Lagu daerah Kalimantan Barat berjudul Cik Cik Periuk mengalun merdu dari bibirku. Tanpa rasa malu sedikit pun aku bergaya bak penyanyi kenamaan sambil berpindah dari sisi kanan ke kiri secara bergantian. 

Suara penonton bergemuruh. Gelak tawa menular di setiap sudut lapangan bola ini. Tepuk tangan sekaligus suitan sambung- menyambung terdengar riuh rendah. Aku menggaruk-garuk kepala sambil cengengesan. Merasa senang pertunjukan tadi berjalan dengan sukses. 

Kakak senior menghampiri dan menepuk pundak sambil tertawa. "Keren juga gaya lu. Lagu dari mana itu? Bahasa Melayu, ya?" cerocosnya di sela-sela tawa. Mungkin senang mendapatkan hiburan gratis. 

"Itu lagu daerah Sambas, sebuah kabupaten di Kalimantan Barat, Kak," jawabku lugas. 

"Kok lu bisa hafal?" 

"Mamaku asli dari Pontianak, Kak. Ada turunan dari Sambas juga. Lagu ini adalah lagu wajib mama kalo lagi nyapu ngepel di rumah. Jadinya aku hapal deh." Senyuman di wajahku makin melebar. 

"Pantes, tapi beneran keren lho. Ntar ikutan ekskul paduan suara aja bareng gue. Kita bikin gaya yang berbeda. Ada unsur rap-nya. Gimana?" 

"Entar kupikirin deh, Kak. Beresin MOS dulu." 

"Oke. Kalau berminat lu hubungin gue,  ya!" 

"Siap, Kak!" 

Kakak senior melepaskan rangkulan, kemudian menoleh ke sang gadis yang wajahnya tampak pucat. "Sekarang giliranmu. Mau nari apa?" tanya Kakak senior bercambang.

"Jaipong, Kak!" 

"Wow! Ehh tapi kalo gak pake lagu gak apa-apa nih?" 

"Biar Kenzo aja yang nyanyi, Kak. Bisa kan?" 

Sang gadis menantangku rupanya. Dia menatap dengan senyum yang kuyakin itu sinis. Matanya yang memang sipit pun tampak makin segaris.

Hayoklah. Kenzo enggak bakal mundur kalau ditantang! Siapa takut!

Aku mulai bersenandung lagu bubuy bulan, tentu saja dengan gaya rap yang fantastis. Sang gadis mulai menari dengan gerakan jaipong yang lincah. Sekali-sekali dia melompat ke kanan dan ke kiri. Beberapa gerakan silat pun dia tampilkan dengan luwes. Setelah gerakannya berhenti, semua orang bertepuk tangan dengan riang. Demikian juga denganku. 

Dia menoleh ke arahku sembari  mengacungkan jempol. Bibir mungilnya membentuk kata. "Makasih."

Kubalas dengan anggukan dan menggerakkan bibir melengkungkan senyuman yang kuharap menjadikan penampilanku kian menawan.

Seusai menjalani hukuman, kami berjalan bersisian menuju kelompok di bagian kanan halaman universitas yang luas ini. 

"Capek?" tanyaku basa-basi.

"Lumayan," jawabnya seraya menyeka keringat dengan sapu tangan handuk. 

"Tarian kamu bagus. Apa namanya?" 

"Jaipong acakadut." 

"Hah?" 

"Jaipong acak-acakan," terangnya seraya tertawa. Tawa yang renyah, seperti kerupuk udang yang baru digoreng. Krenyes ... krenyes. 

"Jadi, nama kamu siapa?" 

"Aleea." 

"Panggilannya eeaa gitu?" 

Tiba-tiba dia bergerak cepat mencubit lenganku. Tak peduli aku meringis kesakitan. 

"Panggil Aleea. Jangan disingkat!" hardiknya. 

"Iya, deh, Aleea imut." 

Kami saling melirik, sejurus kemudian serentak tertawa. Tawa yang mengalirkan rasa hangat sampai ke dada yang perlahan berubah menjadi desiran halus. 

Eeeaaaaa!

***

MOS telah berakhir. Aku disibukkan dengan perkuliahan sembari memulai pedekate dengan Aleea. Entah kenapa, semenjak perkenalan pada hari itu membuatku sulit untuk melupakannya. 

Matahari di siang hari ini terasa sangat terik. Beberapa kali kuusap peluh di dahi yang lapang. Sekilas mirip lapangan volley yang licin tanpa rumput yang bergoyang. 

Sambil memainkan ponsel, pandanganku sekali-sekali melirik ke arah pintu depan kampus Aleea. Tempat masuk dan keluarnya para mahasiswa dan mahasiswi. 

Detik demi detik berubah menjadi menit. Akhirnya sang pujaan hati terlihat keluar dari pintu tersebut. Diiringi dua orang dayang-dayang, sang putri keraton itu berjalan sambil cekikikan.

"Hai," sapaku dengan suara yang dibuat semerdu mungkin. 

Dari jarak sepuluh meter dia berhenti dan memandangku dengan sorot mata bingung. "Ken ... Arok?" tanyanya lugu. 

Ihhh. Apaan sih? "Bukan, tapi Ken ... tungan!" sahutku asal. 

Dia berjalan mendekat seraya tersenyum. Di belakangnya dayang-dayang masih setia mengekor. "Ngapain ke sini?" tanya sang putri Aleea. 

"Jemput kamu!" 

"Gak usah. Aku bawa mobil kok!" 

Jleb!

Haloh! Emergency! 

Please help! 

Hatiku tertusuk belati tajam. Susah payah pendekatan, tetapi ternyata dia lebih kaya dariku. Tatapanku mengikuti langkahnya menuju tempat parkiran mobil. Kemudian aku bergegas mengenakan helm, menaiki motor, mengangkat standar dan menyalakan mesin motor matic kesayangan. 

Bertekad tidak mau mundur sebelum berperang, aku mengikuti laju mobil sedan merah milik Aleea. Melewati lembah, sungai, jurang dan danau. Kemudian berakhir di kolam penuh kenangan mantan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wanita Misterius
Kenzo kocak banget......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Love You Aleea    Tunangan?

    Bab 2Setibanya di depan sebuah pagar hitam tinggi, Aleea membunyikan klakson mobilnya. Tak berapa lama kemudian keluarlah sesosok pria paruh baya yang bergegas membukakan pintu pagar rumah. Mobil Aleea meluncur masuk dengan pelan, kemudian parkir di belakang sebuah mobil putih yang tampak mewah. Aku mengikuti dari belakang, diiringi tatapan keheranan sang pria pembuka pagar. Aleea ke luar dari pintu mobil, begitu pula dengan dayang-dayang setianya. Kemudian dia menoleh dan memberi kode agar aku mengikutinya. Mereka menuju pintu depan rumah yang bercat putih dan berasitektur romawi nan mewah. Tanpa mengetuk pintu Aleea langsung masuk ke rumah. Ragu-ragu aku ikut masuk. Membuka sepatu, dan mengucapkan salam di depan pintu yang terbuka. "Assalamualaikum." Hening. Tak ada yang menjawab salamku. Ketiga perempuan muda itu malah saling beradu pandang. "Woiii. Jawab dong kalo orang ngasih salam!" sungutku. "Aku ulangi lagi, ya. Sekali ini kudu dijawab!" Mereka mengangguk serempak. "Assal

  • Love You Aleea    Tuan Takur

    Bab 3Satu jam kemudian aku sudah tiba di kampus yang tampak lengang. Mata melirik ke pergelangan tangan kanan, mendengkus saat menyadari bahwa aku sudah terlambat tiga puluh menit. Akhirnya aku memutuskan untuk nongkrong saja di kantin sembari menunggu jam mata kuliah selanjutnya. Kantin ini letaknya di samping kampus. Beberapa kios berderet rapi dengan aneka ragam cat yang menyolok. Tempat favorit para mahasiswa dan mahasiswi ini tampak cukup ramai. Setelah memilih dan memilah, aku memasuki kios yang menyediakan berbagai makanan ringan. Setibanya di depan meja kasir, aku memesan kopi susu dan seporsi pisang bakar keju cokelat. Berbalik dan jalan ke sudut kanan ruangan yang tampak ramai. Duduk di kursi paling pojok dan meletakkan tas ransel di atas meja. Meraih ponsel dari dalam tas dan tenggelam di dunia maya. Tiba-tiba pundakku ditepuk dengan keras dan membuatku spontan menoleh ke belakang dan beradu pandang dengan Ijan Kutilang dan Willy Kuda Nil yang cengengesan."Kok kalian a

  • Love You Aleea    Kalah Telak

    4 Hari ini sepertinya akan menjadi hari keberuntunganku. Saat sedang menunggulampu merah berubah menjadi kuning terus ke hijau di langit yang biru, di perempatan jalan menuju kampus, kulihat mobil Aleea terparkir di dekat taman fly over. Aku bergegas memacu motor untuk menghampiri. Setibanya di dekat mobil, aku celingukan mengecek ke dalam melalui kaca tertutup dengan rasa penasaran setingkat kabupaten. "Kenzo!" teriak Aleea dari dalam, kemudian kaca sebelah kiri terbuka. "Hai. Kenapa ngetem di sini? Nyari penumpang?" sapaku sok kenal sok dekat. "Mobilku tiba-tiba mogok nih. Aku lagi nunggu mobil derek datang. Gak berani nunggu di luar," tunjuknya pada sekumpulan pengamen jalanan yang lagi nongkrong di dekat lampu merah. "Ya, udah. Kamu ikut aku aja." "Mobilku gimana?" Aku terdiam sejenak dan pura-pura berpikir. Akhirnya kuputuskan turun dari motor dan masuk ke mobilnya. "Loh, kok kamu ikut masuk sih?" tanyanya sambil menyipitkan mata yang makin tampak segaris. "Di luar pa

  • Love You Aleea    Semanis Madu

    5Hari ini Mama sibuk di dapur sambil bernyanyi lagu Galaherang. Berulang-ulang kayak compact disc bajakan. Enggak mikir anaknya yang cakep ini jadi tambah sedih mendengar nyanyiannya yang mendayu-dayu dan menyayat kalbu. Sedih, karena cinta bertepuk sebelah tangan. Niat hati untuk berjuang sepertinya sudah menghilang dan berganti dengan keputusasaan. (lebay)Sudah dua minggu ini aku menghindar dari Aleea. Daripada tambah perih hati. Mending enggak usah ketemu. Beberapa kali aku ngumpet kala melihatnya berjalan bersama dayang-dayang setianya. Kadang ngumpet di bawah tangga. Atau di bawah bangku taman. Atau di balik motor. Bahkan ngumpet di dalam loker. Pokoknya sebisa mungkin menghindari ketemu. Seperti hari ini, membolos kuliah dengan alasan lagi batuk parah. Uhuk, uhuk. "Abang, ngapain ngumpet mulu dalam kamar? Sinilah, temani Mama!" Suara Mama yang empat oktaf mulai berkumandang. Kadang aku heran, Mama itu enggak pernah sakit tenggorokan, padahal teriak-teriak mulu. Kata Papa

  • Love You Aleea    Masih Ada Kesempatan

    06Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah memacu motor kesayangan di jalan raya yang padat bin macet. Hal ini terjadi setiap hari kerja, kalau di penghujung minggu biasanya lebih lengang. Setibanya di kampus, senyumanku mengembang kala melihat mobil sang putri pujaan hati sudah terparkir di tempat biasa. Setelah memasang standar dengan baik dan benar, aku mengunci setang motor sebelum beranjak berdiri dan jalan menjauh. Sembari melepaskan helm dan merapikan rambut, mataku melirik ke sana kemari, berharap bisa menangkap sosok gadis yang kian lama kian melekat dalam hati. Entahlah, sepertinya aku harus pasrah akan terus menyayangi Aleea, meskipun hanya bisa dilakukan dari jauh tanpa punya kesempatan untuk diungkapkan. "Udah sembuh?" tanya Ijan yang tengah berdiri menyandar di dinding kelas, mungkin menyamar jadi cicak. "Hu um," jawabku sembari menaikkan tali ransel yang agak melorot. Alisku terangkat saat menyadari penampilan Ijan yang berbeda dari biasanya. Bila sehari-hari

  • Love You Aleea    Paket Komplet

    07Suara lembut milik Linda, teman satu band-ku mengalun lembut di ruangan yang masih kosong ini. Perempuan berambut panjang dan berwajah manis itu tampak sangat menghayati lagu berjudul Love is in the air, milik penyanyi Tarmiga & 2 Bad itu, dengan sesekali mengulaskan senyuman, seakan-akan benar-benar tengah jatuh cinta. Aku yang tengah mengiringi nyanyiannya dengan menggunakan gitar, menatap wajah gadis yang usianya lebih tua dua tahun dariku itu seraya mengulum senyum. Gaya menyanyi Linda sangat berbeda dengan kesehariannya. Bila saat menjadi penyanyi Linda akan sangat anggun, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari dia agak tomboi dan humoris, serta sedikit latah, yang menjadikan dirinya sebagai bahan ledekan teman-teman band. Selain aku dan Linda, ada juga Mbak Yeni dan Mas Fabian yang biasa dipanggil Fa. Mereka merupakan pasangan suami istri yang bertemu dan saling jatuh cinta di kafe ini. Mereka pula merupakan anggota band pertama yang dibentuk oleh Ryan, sang bos. Selain it

  • Love You Aleea    Cara Licik

    08 Waktu terus bergulir. Hari berubah menjadi minggu tanpa sanggup dihentikan. Aku masih disibukkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang sangat menyita waktu. Tibalah masa-masa paling mendebarkan bagi mahasiswa, terutama yang kesulitan mengatur waktu seperti aku. Sudah dua bulan berlalu aku kejar-kejaran dengan hitungan jam antara kuliah dengan kerja. Kadang sukses, kadang juga terlambat bangun dan akhirnya absen di kampus. Sebab itulah sekarang hatiku kebat-kebit enggak karuan, terutama karena mata ujian pertama adalah satu-satunya yang paling tidak dikuasai. Udah pada tahu kan maksudku? Akhirnya dengan terpaksa aku melakukan cara licik, yaitu menghitung kancing kemeja motif abstrak yang biasanya menjadi baju pembawa kabar baik alias keberuntungan untukku. Berharap kali ini baju tersebut kembali membawa inspirasi mengarang bebas di saat mengerjakan soal-soal esai. Namun, sepertinya kekuatan sakti baju ini telah berakhir. Sampai waktu ujian selesai, aku hanya bisa menyelesa

  • Love You Aleea    Huruf Korea Bak Bolu Gulung

    09Peristiwa kemarin malam masih terbayang di benak. Sama sekali tidak menyangka bila sosok yang sangat dibanggakan oleh Aleea ternyata telah mengkhianati gadis itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya bila tahu tentang perselingkuhan sang tunangan.Aku mengalami dilema. Perdebatan hati yang membuatku makin gundah gulana bak para penanam modal yang ternyata dibohongi pihak pengelola arisan atau multi level marketing. Apalagi saat bertemu Aleea kala aku dan ketiga sahabat tengah menikmati bakso di kantin kampus siang ini. Aleea dan kedua dayang-dayang menyapa kami terlebih dahulu sebelum menduduki kursi di meja sebelah kiri. Bakso yang tengah ditelan seakan-akan menyangkut dan membuatku nyaris tersedak. Ijan bergerak cepat menepuk punggungku hingga bakso itu akhirnya meluncur mulus memasuki lambung tanpa dikunyah halus. "Kenapa sih? Kayaknya kamu grogi gitu," tanya Ijan dengan suara yang pelan. "Nggak apa-apa, cuma agak kaget aja," jawabku sambil mengambil botol minuman

Latest chapter

  • Love You Aleea    Perpisahan

    Persiapan menuju pernikahan dikebut. Aku mengurus semua surat-surat dengan dibantu Papa dan teman-teman. Mama bekerjasama dengan Mama Anita menyiapkan segala sesuatunya untuk acara akad nikah. Sedangkan untuk resepsi, semuanya diambil alih tim manajemen. Dikarenakan pestanya mendadak dan harus tertutup, akhirnya kami memutuskan acaranya diadakan di resor wilayah Bogor. Tempat itu merupakan area wisata milik rekan bisnis Om Yoga, sekaligus pengusaha senior yang merupakan salah satu penggiat bisnis terkenal. Hari berganti menjadi minggu. Persiapan yang dilakukan hanya dalam waktu empat pekan akhirnya tuntas. Saat ini aku dan rombongan telah tiba di resor. Kami diarahkan pegawai untuk menempati sisi kiri area. Sementara keluarga Aleea akan mengisi sayap kanan. Tim panitia yang dipimpin Mas David sengaja memisahkan kami agar bisa dipingit. Aku tidak bisa memprotes dan terpaksa menerima semua arahan pria berkulit kuning langsat, yang sejak awal kami datang sudah membentuk ekspresi seri

  • Love You Aleea    Berarti Aku Juga ....

    Suasana hening menyelimuti ruang kerja ini. Aku menelan ludah beberapa kali karena gugup. Om Yoga tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon, dan itu menyebabkanku gelisah karena harus menunggu. Setelah Om Yoga menutup sambungan telepon, kegugupanku kian bertambah seiring dengan tatapan tajam yang beliau arahkan padaku. Meskipun kami sudah cukup akrab, tetap saja dipandangi sedemikian rupa menyebabkan nyaliku menciut. "Lea sudah menceritakan mengenai lamaranmu padanya," ucap pria yang rambutnya dihiasi uban di beberapa tempat. "Kenapa kamu ingin menikah segera, Ken?" tanyanya. Aku terdiam sesaat untuk memaksa otak bekerja cepat. Setelahnya aku mendengkus pelan, kemudian menyahut, "Aku mencintai Lea, Om. Dan kami sudah sangat dekat. Aku juga takut kehilangannya." "Usia kalian masih sangat muda. Saya tidak yakin kalian sanggup meniti rumah tangga," balas Om Yoga. "Begini, Kenzo. Pernikahan tidak hanya tentang cinta. Ke depannya itu sangat berat untuk dilalui. Teruta

  • Love You Aleea    Would You Marry Me?

    Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu terus melaju tanpa bisa ditahan oleh siapa pun. Musim hujan bergeser ke musim kemarau. Jalanan mulai berdebu karena jarang tersiram air dari langit.Makin mendekati hari keberangkatan Aleea ke London, aku makin gelisah. Bila kami tengah menghabiskan waktu bersama, aku kesulitan mengalihkan pandangan darinya karena aku ingin menyimpan setiap detail dari dirinya yang indah. Seperti hari ini, kami memiliki kesempatan untuk berkencan di Minggu malam. Mas Fa mengizinkanku tidak bekerja seharian karena aku sudah merengek meminta istirahat setelah sebulan penuh bekerja. Aleea tampak begitu cantik dan anggun. Gaun biru tua mengilat yang digunakannya memperjelas kulit putihnya yang bersih. Wajahnya yang sudah cantik, dirias tidak tebal yang membuatnya kian memesona. Rambut panjangnya dijepit sirkam di sisi kanan dan kiri, sisanya dibiarkan tergerai ke belakang. Aku nyaris tidak bisa mengalihkan pandangan dan terus-menerus mengamatinya. Rasa cinta

  • Love You Aleea    Band Bersaudara

    Saat paling mendebarkan pun tiba. Aku duduk di kursi bersama ketiga sahabat sembari menyatukan telapak tangan di ujung lutut. Ekspresi kami nyaris sama, yakni tegang. Pintu besar hitam di seberang seolah-olah seperti pintu menuju ruang penyiksaan. Kami masih menunggu giliran untuk masuk dan dicecar para dosen penguji. Kala namaku dipanggil petugas, kaki seketika terasa berat untuk dilangkahkan. Dengan menahan degup jantung yang menggila, aku mengayunkan tungkai menuju pintu dan membukanya. Setelah masuk dan menutup pintu kembali, aku meneruskan langkah hingga tiba di kursi tunggu di mana kedua teman sekelas tengah menunggu giliran masuk ke ruang penguji. Tiba waktunya aku menjalankan pengujian. Keringat dingin meluncur turun dari kepala hingga punggung. Aku yang sudah terbiasa menghadapi banyak orang. Namun, kali ini tetap gemetaran dan jantung pun jumpalitan. Seusai menyapa ketiga penguji, aku memulai memaparkan isi tugas akhir. Rasa percaya diri yang sempat lenyap saat masuk ke r

  • Love You Aleea    Bisa Sekalian Cariin Calonnya?

    Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang sanggup menghentikan perputaran masa. Semuanya melesat tidak terbatas dan membuat setiap insan berlomba-lomba menguasai waktu. Hingga semua rutinitas berlangsung runut dan lancar. Demikian pula denganku. Hal serupa seperti masa awal kuliah dijalani dengan sungguh-sungguh. Aku benar-benar berusaha memanfaatkan setiap menitnya agar penyelesaian bab demi bab skripsi bisa berjalan tertib dan berhasil diselesaikan tepat waktu. Waktu cuti dari label musik hanya satu semester, artinya cuma enam bulan aku bisa mengerjakan tugas akhir dengan fokus maksimal. Lewat dari waktu itu, aku sudah harus berjibaku dengan melakukan rekaman album kedua, sekaligus masih terus mempromosikan album pertama. Tiba di penghujung minggu. Akhirnya aku bisa melepas penat dan menghabiskan waktu bersama kekasih tercinta. Tentu saja kami tidak pergi berdua saja, readers. Trio kwek-kwek dan kedua adikku juga turut serta. Demikian

  • Love You Aleea    Maksa Biar Kamu Jadi Jodohku

    "Hasil album pertamamu sudah lumayan naiknya. Walau nggak langsung hits, kamu harus tetap semangat, Ken," ujar Pak Daud sembari menepuk pundak kiriku. "Ya, Pak. Jujur, bisa nyampe di titik ini aku udah bahagia banget. Tanpa bantuan bapak-bapak di sini, mungkin selamanya aku hanya menjadi penyanyi kafe," tuturku sembari mengatupkan kedua tangan di depan dada. "Kami hanya membantu sedikit. Selebihnya usahamu yang sudah maksimal yang menjadikanmu cukup terkenal," cakap Pak Salim yang berada di kursi seberang. "Setelah kamu beres skripsi, kita langsung kerjakan penggarapan album kedua," ungkap Mas Benigno yang kubalas dengan anggukan. "Ya, Mas," jawabku. "Moga-moga nggak ada halangan dalam pembuatan skripsi," lanjutku. "Kapan dimulainya?" tanya Mas David. "Dua minggu lagi," paparku. "Berarti tampil di akhir pekan aja. Senin sampai Kamis fokus ke urusan kuliah." Aku mengangguk mengiakan. "Mas Fa udah nyetop semua jadwal panggung. Terakhir minggu ini." "Lebih baik memang beg

  • Love You Aleea    Penyamaran

    Sorot lampu dari berbagai arah membuatku silau. Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakannya menatap cahaya berkekuatan penuh yang mengiringi gerakan serta langkahku ke semua sudut panggung. Setelah lagu keenam, aku berpindah ke belakang panggung. Linda menggantikan posisiku untuk menyanyikan tiga lagu sebagai pengisi kekosongan. Aku membuka baju yang lembap dan melemparkannya ke tas biru tua di ujung kursi. Ijan mengulurkan handuk kecil merah dan aku mengambilnya untuk menyeka peluh di wajah serta leher. Ijan mengarahkan kipas kecil bertenaga baterai ke badanku. Sementara Sandy menyiapkan pakaian ganti. Belum hilang keringat, aku bergegas berganti pakaian dan berias seadanya. Rambut yang basah segera dikeringkan Ijan menggunakan hairdryer, sedangkan Sandy memegangi kipas elektrik sekaligus kipas konvensional. Teriakan Mas Fa yang tadi mengecek penampilan Linda menyadarkanku untuk bergerak lebih cepat. Pria berkemeja putih pas badan berpindah ke dekat kursi dan membantuku men

  • Love You Aleea    Jangan Ke Lain Hati

    Mimpi buruk akhirnya menimpaku. Hal yang paling ditakuti oleh semua penyanyi adalah memburuknya kualitas pita suara. Aku diminta Papa untuk menghemat bicara. Selama beberapa hari di rumah aku membawa kertas dan pulpen ke mana-mana. Bila ada yang bertanya aku menjawabnya dengan tulisan. Semua jadwal kerja ditangguhkan hingga minggu berikutnya. Mas Fa dan yang lainnya benar-benar ketat pengawasan agar suaraku benar-benar pulih. Mereka bahkan melarangku berlatih karena takut suara kian rusak dan akhirnya menghilang.Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Akhirnya suaraku kembali normal dan bisa bekerja lagi, walaupun porsinya sedikit. Jadwal manggung di tiga tempat hanya tiga hari di akhir pekan, empat hari berikutnya difokuskan pada promosi. Bulan berganti, aku dan teman-teman bersiap melakukan ujian. Seperti biasa, Humaira dan Tie menjadi andalanku untuk menjelaskan semua mata kuliah. Selain itu, setiap malam aku dan Ijan belajar bersama untuk mengejar ketertinggalan. "Ya,

  • Love You Aleea    Kami Nggak Ke Mana-mana

    Tepat pukul 07.00 WIB, aku dan kelompok keluar dari hotel menuju tempat wisata terkenal di daerah Lembang. Aku ikut dalam mobil yang dikemudikan Aleea. Nin dan Maia berada di kursi belakang. Sementara yang lainnya menaiki mobil SUV milik Papa. Suasana jalan raya yang padat, tidak mengurangi semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Aleea mengemudi dengan cekatan dan membuatku terintimidasi karena masih belum lancar menyetir. Sesampainya di Farm House Susu Lembang, para gadis begitu heboh untuk melakukan swa foto. Gaya khas cerianya perempuan muda membuatku tersenyum menyaksikan tingkah mereka yang alami dan tanpa dibuat-buat. Namun, seruan beberapa orang membuatku meringis karena dikenali sebagai artis baru. Mau tidak mau aku melayani acara foto bersama dan sesi tanda tangan. Sedapat mungkin berusaha ramah meskipun sudah ingin kabur dan melanjutkan berlibur. "Sudah cukup, ya, Akang-akang dan teteh-teteh. Abang Kenzo mau berwisata dulu," tutur Ijan sembari memegangi pundakku. "Per

DMCA.com Protection Status