Share

Tuan Takur

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 3

Satu jam kemudian aku sudah tiba di kampus yang tampak lengang. Mata melirik ke pergelangan tangan kanan, mendengkus saat menyadari bahwa aku sudah terlambat tiga puluh menit. 

Akhirnya aku memutuskan untuk nongkrong saja di kantin sembari menunggu jam mata kuliah selanjutnya. Kantin ini letaknya di samping kampus. Beberapa kios berderet rapi dengan aneka ragam cat yang menyolok. Tempat favorit para mahasiswa dan mahasiswi ini tampak cukup ramai. Setelah memilih dan memilah, aku memasuki kios yang menyediakan berbagai makanan ringan. 

Setibanya di depan meja kasir, aku memesan kopi susu dan seporsi pisang bakar keju cokelat. Berbalik dan jalan ke sudut kanan ruangan yang tampak ramai. Duduk di kursi paling pojok dan meletakkan tas ransel di atas meja. Meraih ponsel dari dalam tas dan tenggelam di dunia maya. 

Tiba-tiba pundakku ditepuk dengan keras dan membuatku spontan menoleh ke belakang dan beradu pandang dengan Ijan Kutilang dan Willy Kuda Nil yang cengengesan.

"Kok kalian ada di sini?" tanyaku. 

"Kesiangan, kamu ngapain?" Willy balas bertanya.

"Aku gak kesiangan. Cuma telat doang."

"Sarua' wae eta mah, Jang!" geram Ijan dengan gemas. Dia orang turunan Sunda. Abah dan ambunya yang asli Sunda. (Sama aja itu Jang!) 

"Kamu udah pesan?" tanya Willy. 

Aku sudah hapal trik liciknya. Dia nanti ikut mesan tetapi aku yang bayar. Menyebalkan!

"Nggak, lagi kere!" tegasku. 

Willy cemberut, mungkin kesal karena aku enggak bisa dijebak. Ijan berdiri dan melangkah menuju lemari pendingin. Dia membuka pintu dan mengambil tiga botol kaca berisi air teh kemasan. Tak lupa untuk menutup pintu lemari pendingin sesaat sebelum kembali ke meja. "Nih, aku traktir!" ujarnya sambil meletakkan botol minum ke atas meja. 

"Thanks, ya. Tumben nih, lagi kesambet?" candaku. 

"Aku baru dapat bayaran ngojek dari Mpok sebelah rumah," jawabnya.

"Oh, yang anaknya cewek SMU itu?" 

"Yoih. Kan bisa sekalian aku berangkat ke kampus tiap hari. Kecuali hari ini. Dari kemaren itu cewek nggak masuk sekolah. Lagi sakit kata emaknya," jelas Ijan di sela-sela menyesap minuman.

"Namanya siapa sih?" tanya Willy dengan antusias. 

"Anjali. Cakep, yak, namanya?" Ijan terkekeh. 

"Kayak nama orang India," tukas Willy sambil mengerutkan dahi. 

"Babenya emang turunan India. Mukanya aja kayak Tuan Takur!" 

Sejenak kami terdiam. Aku sibuk membayangkan wajah Tuan Takur, tokoh film negeri Bollywood yang selalu digambarkan bengis dan kejam. Kedua sahabatku pun mungkin memikirkan hal serupa karena mereka sama-sama memegangi kumis tipis di wajah masing-masing.

"Kenalin ke aku dong. Lagi jomlo nih,"  ujar Willy. 

"Kamu mah pelit. Tiap pedekate ama cewek pura-pura lupa bawa dompet. Makanya jomlo mulu!" ledekku yang mendapat anggukan persetujuan dari Ijan. 

Sementara Willy kembali memasang wajah andalan bila lagi pundung, yaitu menekuk wajah hingga berbentuk trapesium. (pundung = ngambek) 

Jam sepuluh lewat tiga puluh menit, kami sudah berada di dalam kelas. Sengaja untuk duduk di deretan belakang. Kami menjahili Sandy yang senewen karena cuma dia yang ikut kuliah dari kelas pertama tadi. 

Sang dosen yang kemayu mulai menjelaskan mata kuliah Bahasa Jepang Mata pelajaran yang paling aku benci. Di antara kami berempat, cuma Willy yang rada pintar di bidang bahasa Ijan jagoan di bidang sejarah dan geografi. Sandy lumayan pintar di bidang bahasa. Sedangkan aku paling menguasai kesenian dan olahraga. 

Masing-masing dari kami saling melengkapi alias saling bantu contek-menyontek. Dari hasil kerjasama yang baik itulah kami bisa lulus SMP dan SMU dengan nilai yang lumayan bagus, menurut kami.

Jam satu kurang perkuliahan selesai. Aku segera ke luar kelas dan berlari ke gedung sebelah, tempat di mana Aleea hari ini kuliah. 

Aku sudah hapal jadwal kuliah Aleea. Itu hasil mentraktir salah satu teman sekelasnya yang bernama Intan. Perempuan berparas manis yang merupakan salah satu teman sekelas sejak TK. 

Tak lama kemudian Aleea keluar dari gerbang kampus Aku menyambutnya dengan senyuman terindah, Andika Pratama saja kalah. Aleea menatapku dan membalas tersenyum. Mendadak aku merasa limbung. Hati berdebar kencang dan lutut seakan-akan lemas. Belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Padahal aku udah sering pacaran. 

"Hai, tos lami nunggu na?" tanyanya dengan logat Sunda yang sangat fasih. (Hai, sudah lama menunggunya?) 

"Hah?" 

"Jawab, baru aja gitu," ujar Ijan yang ternyata sudah ada di belakangku. 

"Kamu ngapain ke sini?" tanyaku gusar. 

"Aku penasaran lihat kamu lari ngepot. Ehh taunya ngapel si Neng geulis," jawabnya seraya tersenyum-senyum mesum ke arah Nin, yang tertunduk malu di sebelah Aleea. 

"Itu teman-temanmu?" tanya Aleea. Tangannya menunjuk Sandy dan Willy yang cengengesan di belakangku. 

Okeh, fix. Besok-besok aku ikat aja mereka bertiga di tiang listrik biar enggak ganggu orang lagi pedekate! 

"Bukan. Mereka tukang cuci gosok di rumah," jawabku asal yang langsung mendapatkan hadiah jitakan di kepala dari Sandy. Ketiga gadis di depanku kompak cekikikan. 

"Kita jadi jalan kan?" tanyaku harap-harap cemas menang undian.

"Lho, emang kemarin aku iyain?" Aleea balik bertanya.

"Nggak sih. Tapi feelingku kamu nggak bakal nolak jalan sama aku!" 

"Dih. Ge-er!" 

"Iya, kan?" 

"Iya deh, tapi kita mau jalan ke mana?" 

"Ke mall, yuk!" 

"Boleh. Terus mereka ikut? Mobilku nggak muat kalo bertujuh gini." 

"Mereka ngikutin pake motor." 

"Tega kamu, ya! Dia nebeng di mobil. Kita disuruh pake motor," celetuk Willy. 

"Itu kalo mau pada ngikut. Nggak ngikut lebih bagus lagi!" tegasku dengan sedikit kesal. 

"Udah, jangan berantem. Ayo, gaes, kita nyusul pake motor aja," ajak Ijan sambil merangkul pundak Willy dan Sandy. 

Kami berjalan bersisian menuju tempat parkir. Aleea mengulurkan kunci mobil kepadaku yang langsung menggeleng. "Aku nggak bisa nyetir. Kecuali kalo kamu mau masuk UGD, sini aku setirin," ucapku sedikit malu. Aleea tertawa dengan renyah dan merdu. Semerdu nyanyian di hatiku. 

***

Setibanya di pusat perbelanjaan, para gadis sibuk mampir ke sana dan ke sini. Nyaris berhenti di setiap toko yang ada tulisan SALE. 

"Kita ke situ, yuk! Aku haus," ajakku ke Aleea. 

Tanpa menunggu persetujuan, aku menarik lengannya ke sebuah kafe kecil. Akuenarik kursi di meja paling depan dan mempersilakannya untuk duduk. Kemudian ikut duduk berdampingan dengannya. Nin dan Maia ikut duduk semeja dengan kami. Sedangkan ketiga sobatku duduk di meja sebelah. 

"Berani mesan kudu berani bayar!" tegasku kepada tiga cowok unik di meja sebelah. 

Ijan mengedip. Sandy mengangguk. Willy membuang muka, setelah itu dia sibuk mencari mukanya yang dibuang tadi. Ketiga gadis masih sibuk berdebat mau memesan apa sambil memegang daftar menu. 

Seorang pelayan datang mendekat dan bertanya, "mau pesan apa, Mas?" 

"Di sini yang nggak ada itu apa?" Aku balik bertanya dengan sorot mata lugu.

Mbak pelayan menghela napas panjang. Kemudian mengembuskan dengan keras ke Willy yang kebetulan lagi mangap. 

"Udah, Mbak. Nggak usah diladenin," ujar Aleea. Wajahnya tampak kesal karena aku menjahili si Mbak. "Saya pesan jus mangga tiga dan jus jeruk yang asem buat mereka berempat," sambungnya lagi. 

"Ada tambahan, Mbak?" tanya Mbak pelayan. 

"Nasi goreng seafood satu. Nasi goreng spesial satu. Nasi goreng sosis satu. Dan nasi goreng satu biji buat kuda nil," sahutku. 

Si mbak pelayan mengangguk sambil terus mencatat pesanan. Willy yang akan melempar asbak ke arahku, ditahan Ijan dan Sandy. Sambil menunggu pesanan datang, kami berempat ngobrol panjang kali lebar kali tinggi. Sekali-sekali ketiga nyamuk di meja sebelah ikut menguing.

"Kamu beneran udah tunangan?" bisikku ke Aleea. 

"Iya," jawabnya singkat. 

"Ganteng mana sama aku?" 

Mata Aleea menyipit. Memperhatikanku dengan saksama. Kepalanya dimiringkan untuk menatapku dari berbagai sisi, yang hati berdebar diperlakukan dengan begitu rupa.

"Gantengan kamu ... dikit." 

Senyumanku melebar. 

"Gantengan dia banyak," jelasnya lagi. 

Senyumanku menghilang. Berganti dengan cibiran dan rahang mengeras. Saat pesanan kami tiba, aku langsung menyantap makanan dengan penuh semangat membara. Kali aja habis makan nanti aku bisa berubah lebih ganteng dari tunangannya itu. 

Bab terkait

  • Love You Aleea    Kalah Telak

    4 Hari ini sepertinya akan menjadi hari keberuntunganku. Saat sedang menunggulampu merah berubah menjadi kuning terus ke hijau di langit yang biru, di perempatan jalan menuju kampus, kulihat mobil Aleea terparkir di dekat taman fly over. Aku bergegas memacu motor untuk menghampiri. Setibanya di dekat mobil, aku celingukan mengecek ke dalam melalui kaca tertutup dengan rasa penasaran setingkat kabupaten. "Kenzo!" teriak Aleea dari dalam, kemudian kaca sebelah kiri terbuka. "Hai. Kenapa ngetem di sini? Nyari penumpang?" sapaku sok kenal sok dekat. "Mobilku tiba-tiba mogok nih. Aku lagi nunggu mobil derek datang. Gak berani nunggu di luar," tunjuknya pada sekumpulan pengamen jalanan yang lagi nongkrong di dekat lampu merah. "Ya, udah. Kamu ikut aku aja." "Mobilku gimana?" Aku terdiam sejenak dan pura-pura berpikir. Akhirnya kuputuskan turun dari motor dan masuk ke mobilnya. "Loh, kok kamu ikut masuk sih?" tanyanya sambil menyipitkan mata yang makin tampak segaris. "Di luar pa

  • Love You Aleea    Semanis Madu

    5Hari ini Mama sibuk di dapur sambil bernyanyi lagu Galaherang. Berulang-ulang kayak compact disc bajakan. Enggak mikir anaknya yang cakep ini jadi tambah sedih mendengar nyanyiannya yang mendayu-dayu dan menyayat kalbu. Sedih, karena cinta bertepuk sebelah tangan. Niat hati untuk berjuang sepertinya sudah menghilang dan berganti dengan keputusasaan. (lebay)Sudah dua minggu ini aku menghindar dari Aleea. Daripada tambah perih hati. Mending enggak usah ketemu. Beberapa kali aku ngumpet kala melihatnya berjalan bersama dayang-dayang setianya. Kadang ngumpet di bawah tangga. Atau di bawah bangku taman. Atau di balik motor. Bahkan ngumpet di dalam loker. Pokoknya sebisa mungkin menghindari ketemu. Seperti hari ini, membolos kuliah dengan alasan lagi batuk parah. Uhuk, uhuk. "Abang, ngapain ngumpet mulu dalam kamar? Sinilah, temani Mama!" Suara Mama yang empat oktaf mulai berkumandang. Kadang aku heran, Mama itu enggak pernah sakit tenggorokan, padahal teriak-teriak mulu. Kata Papa

  • Love You Aleea    Masih Ada Kesempatan

    06Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah memacu motor kesayangan di jalan raya yang padat bin macet. Hal ini terjadi setiap hari kerja, kalau di penghujung minggu biasanya lebih lengang. Setibanya di kampus, senyumanku mengembang kala melihat mobil sang putri pujaan hati sudah terparkir di tempat biasa. Setelah memasang standar dengan baik dan benar, aku mengunci setang motor sebelum beranjak berdiri dan jalan menjauh. Sembari melepaskan helm dan merapikan rambut, mataku melirik ke sana kemari, berharap bisa menangkap sosok gadis yang kian lama kian melekat dalam hati. Entahlah, sepertinya aku harus pasrah akan terus menyayangi Aleea, meskipun hanya bisa dilakukan dari jauh tanpa punya kesempatan untuk diungkapkan. "Udah sembuh?" tanya Ijan yang tengah berdiri menyandar di dinding kelas, mungkin menyamar jadi cicak. "Hu um," jawabku sembari menaikkan tali ransel yang agak melorot. Alisku terangkat saat menyadari penampilan Ijan yang berbeda dari biasanya. Bila sehari-hari

  • Love You Aleea    Paket Komplet

    07Suara lembut milik Linda, teman satu band-ku mengalun lembut di ruangan yang masih kosong ini. Perempuan berambut panjang dan berwajah manis itu tampak sangat menghayati lagu berjudul Love is in the air, milik penyanyi Tarmiga & 2 Bad itu, dengan sesekali mengulaskan senyuman, seakan-akan benar-benar tengah jatuh cinta. Aku yang tengah mengiringi nyanyiannya dengan menggunakan gitar, menatap wajah gadis yang usianya lebih tua dua tahun dariku itu seraya mengulum senyum. Gaya menyanyi Linda sangat berbeda dengan kesehariannya. Bila saat menjadi penyanyi Linda akan sangat anggun, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari dia agak tomboi dan humoris, serta sedikit latah, yang menjadikan dirinya sebagai bahan ledekan teman-teman band. Selain aku dan Linda, ada juga Mbak Yeni dan Mas Fabian yang biasa dipanggil Fa. Mereka merupakan pasangan suami istri yang bertemu dan saling jatuh cinta di kafe ini. Mereka pula merupakan anggota band pertama yang dibentuk oleh Ryan, sang bos. Selain it

  • Love You Aleea    Cara Licik

    08 Waktu terus bergulir. Hari berubah menjadi minggu tanpa sanggup dihentikan. Aku masih disibukkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang sangat menyita waktu. Tibalah masa-masa paling mendebarkan bagi mahasiswa, terutama yang kesulitan mengatur waktu seperti aku. Sudah dua bulan berlalu aku kejar-kejaran dengan hitungan jam antara kuliah dengan kerja. Kadang sukses, kadang juga terlambat bangun dan akhirnya absen di kampus. Sebab itulah sekarang hatiku kebat-kebit enggak karuan, terutama karena mata ujian pertama adalah satu-satunya yang paling tidak dikuasai. Udah pada tahu kan maksudku? Akhirnya dengan terpaksa aku melakukan cara licik, yaitu menghitung kancing kemeja motif abstrak yang biasanya menjadi baju pembawa kabar baik alias keberuntungan untukku. Berharap kali ini baju tersebut kembali membawa inspirasi mengarang bebas di saat mengerjakan soal-soal esai. Namun, sepertinya kekuatan sakti baju ini telah berakhir. Sampai waktu ujian selesai, aku hanya bisa menyelesa

  • Love You Aleea    Huruf Korea Bak Bolu Gulung

    09Peristiwa kemarin malam masih terbayang di benak. Sama sekali tidak menyangka bila sosok yang sangat dibanggakan oleh Aleea ternyata telah mengkhianati gadis itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya bila tahu tentang perselingkuhan sang tunangan.Aku mengalami dilema. Perdebatan hati yang membuatku makin gundah gulana bak para penanam modal yang ternyata dibohongi pihak pengelola arisan atau multi level marketing. Apalagi saat bertemu Aleea kala aku dan ketiga sahabat tengah menikmati bakso di kantin kampus siang ini. Aleea dan kedua dayang-dayang menyapa kami terlebih dahulu sebelum menduduki kursi di meja sebelah kiri. Bakso yang tengah ditelan seakan-akan menyangkut dan membuatku nyaris tersedak. Ijan bergerak cepat menepuk punggungku hingga bakso itu akhirnya meluncur mulus memasuki lambung tanpa dikunyah halus. "Kenapa sih? Kayaknya kamu grogi gitu," tanya Ijan dengan suara yang pelan. "Nggak apa-apa, cuma agak kaget aja," jawabku sambil mengambil botol minuman

  • Love You Aleea    Kembar?

    10Hari ini seharusnya aku bisa bangun siang. Akan tetapi, sepertinya Mama tidak mau membiarkanku menikmati liburan dan berusaha sedapat mungkin untuk membuatku sibuk. Mulai dari menemaninya ke pasar, bantu menyiapkan kotak-kotak berisi pesanan pelanggannya, hingga mengantarkan puluhan kotak itu bersama dengan Kai. Berboncengan dengan hati-hati menuju komplek perumahan yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumah, tetapi karena aku tidak diperkenankan untuk mengebut, jarak pendek yang ditempuh itu seakan-akan sangat jauh. Kompleks yang kami tuju ini merupakan cluster baru yang ternyata belum terlalu banyak penghuninya. Saat kami tiba di alamat tujuan, aku dan Humaira sama-sama melongo, sebelum kemudian tertawa tanpa alasan yang jelas. "Ini rumahmu?" tunjukku pada bangunan dua lantai yang sepertinya baru selesai direnovasi itu. Karena bangunannya sudah sangat berbeda dari rumah di sekitar. "Iya, aku baru pindah seminggu di sini, Ken," jawab gadis berjilbab putih itu seraya mengula

  • Love You Aleea    Kebenaran Terungkap

    11"Dasar pembohong! Udah ketahuan juga masih ngeles aja!" pekik Aleea sambil menunjuk wajah Rian yang tampak pucat. "Kamu salah paham, Sayang. Denger dulu penjelasan Akang," pinta pria berpakaian rapi sembari memegangi pundak Aleea yang seketika ditepis oleh gadis itu. Adegan berikutnya membuatku tercengang. Tiba-tiba saja tubuh Rian sudah tersungkur dengan posisi tubuh menekuk bak janin dalam kandungan dan tangan memegangi perut. Tanpa sadar mulutku membuka, demikian pula dengan Kai. Setelah berhasil mengatasi rasa keterkejutan, aku bergegas menghampiri kedua orang tersebut dan memegangi Aleea yang sudah bersiap untuk memukul Rian lagi."Lea, stop!" seruku. Aleea memberontak dan hendak berbalik memukul, tetapi kemudian dia tersadar dan menghentikan gerakan tangan yang sudah terangkat ke atas dan membentuk tinjuan. "Kenzo?" tanyanya sambil melebarkan mata. "Iya." Aku menariknya hingga menjauh dari Rian. Sementara Kai membantu pria itu berdiri dan menyandar ke pintu mobil. "Lep

Bab terbaru

  • Love You Aleea    Perpisahan

    Persiapan menuju pernikahan dikebut. Aku mengurus semua surat-surat dengan dibantu Papa dan teman-teman. Mama bekerjasama dengan Mama Anita menyiapkan segala sesuatunya untuk acara akad nikah. Sedangkan untuk resepsi, semuanya diambil alih tim manajemen. Dikarenakan pestanya mendadak dan harus tertutup, akhirnya kami memutuskan acaranya diadakan di resor wilayah Bogor. Tempat itu merupakan area wisata milik rekan bisnis Om Yoga, sekaligus pengusaha senior yang merupakan salah satu penggiat bisnis terkenal. Hari berganti menjadi minggu. Persiapan yang dilakukan hanya dalam waktu empat pekan akhirnya tuntas. Saat ini aku dan rombongan telah tiba di resor. Kami diarahkan pegawai untuk menempati sisi kiri area. Sementara keluarga Aleea akan mengisi sayap kanan. Tim panitia yang dipimpin Mas David sengaja memisahkan kami agar bisa dipingit. Aku tidak bisa memprotes dan terpaksa menerima semua arahan pria berkulit kuning langsat, yang sejak awal kami datang sudah membentuk ekspresi seri

  • Love You Aleea    Berarti Aku Juga ....

    Suasana hening menyelimuti ruang kerja ini. Aku menelan ludah beberapa kali karena gugup. Om Yoga tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon, dan itu menyebabkanku gelisah karena harus menunggu. Setelah Om Yoga menutup sambungan telepon, kegugupanku kian bertambah seiring dengan tatapan tajam yang beliau arahkan padaku. Meskipun kami sudah cukup akrab, tetap saja dipandangi sedemikian rupa menyebabkan nyaliku menciut. "Lea sudah menceritakan mengenai lamaranmu padanya," ucap pria yang rambutnya dihiasi uban di beberapa tempat. "Kenapa kamu ingin menikah segera, Ken?" tanyanya. Aku terdiam sesaat untuk memaksa otak bekerja cepat. Setelahnya aku mendengkus pelan, kemudian menyahut, "Aku mencintai Lea, Om. Dan kami sudah sangat dekat. Aku juga takut kehilangannya." "Usia kalian masih sangat muda. Saya tidak yakin kalian sanggup meniti rumah tangga," balas Om Yoga. "Begini, Kenzo. Pernikahan tidak hanya tentang cinta. Ke depannya itu sangat berat untuk dilalui. Teruta

  • Love You Aleea    Would You Marry Me?

    Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu terus melaju tanpa bisa ditahan oleh siapa pun. Musim hujan bergeser ke musim kemarau. Jalanan mulai berdebu karena jarang tersiram air dari langit.Makin mendekati hari keberangkatan Aleea ke London, aku makin gelisah. Bila kami tengah menghabiskan waktu bersama, aku kesulitan mengalihkan pandangan darinya karena aku ingin menyimpan setiap detail dari dirinya yang indah. Seperti hari ini, kami memiliki kesempatan untuk berkencan di Minggu malam. Mas Fa mengizinkanku tidak bekerja seharian karena aku sudah merengek meminta istirahat setelah sebulan penuh bekerja. Aleea tampak begitu cantik dan anggun. Gaun biru tua mengilat yang digunakannya memperjelas kulit putihnya yang bersih. Wajahnya yang sudah cantik, dirias tidak tebal yang membuatnya kian memesona. Rambut panjangnya dijepit sirkam di sisi kanan dan kiri, sisanya dibiarkan tergerai ke belakang. Aku nyaris tidak bisa mengalihkan pandangan dan terus-menerus mengamatinya. Rasa cinta

  • Love You Aleea    Band Bersaudara

    Saat paling mendebarkan pun tiba. Aku duduk di kursi bersama ketiga sahabat sembari menyatukan telapak tangan di ujung lutut. Ekspresi kami nyaris sama, yakni tegang. Pintu besar hitam di seberang seolah-olah seperti pintu menuju ruang penyiksaan. Kami masih menunggu giliran untuk masuk dan dicecar para dosen penguji. Kala namaku dipanggil petugas, kaki seketika terasa berat untuk dilangkahkan. Dengan menahan degup jantung yang menggila, aku mengayunkan tungkai menuju pintu dan membukanya. Setelah masuk dan menutup pintu kembali, aku meneruskan langkah hingga tiba di kursi tunggu di mana kedua teman sekelas tengah menunggu giliran masuk ke ruang penguji. Tiba waktunya aku menjalankan pengujian. Keringat dingin meluncur turun dari kepala hingga punggung. Aku yang sudah terbiasa menghadapi banyak orang. Namun, kali ini tetap gemetaran dan jantung pun jumpalitan. Seusai menyapa ketiga penguji, aku memulai memaparkan isi tugas akhir. Rasa percaya diri yang sempat lenyap saat masuk ke r

  • Love You Aleea    Bisa Sekalian Cariin Calonnya?

    Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang sanggup menghentikan perputaran masa. Semuanya melesat tidak terbatas dan membuat setiap insan berlomba-lomba menguasai waktu. Hingga semua rutinitas berlangsung runut dan lancar. Demikian pula denganku. Hal serupa seperti masa awal kuliah dijalani dengan sungguh-sungguh. Aku benar-benar berusaha memanfaatkan setiap menitnya agar penyelesaian bab demi bab skripsi bisa berjalan tertib dan berhasil diselesaikan tepat waktu. Waktu cuti dari label musik hanya satu semester, artinya cuma enam bulan aku bisa mengerjakan tugas akhir dengan fokus maksimal. Lewat dari waktu itu, aku sudah harus berjibaku dengan melakukan rekaman album kedua, sekaligus masih terus mempromosikan album pertama. Tiba di penghujung minggu. Akhirnya aku bisa melepas penat dan menghabiskan waktu bersama kekasih tercinta. Tentu saja kami tidak pergi berdua saja, readers. Trio kwek-kwek dan kedua adikku juga turut serta. Demikian

  • Love You Aleea    Maksa Biar Kamu Jadi Jodohku

    "Hasil album pertamamu sudah lumayan naiknya. Walau nggak langsung hits, kamu harus tetap semangat, Ken," ujar Pak Daud sembari menepuk pundak kiriku. "Ya, Pak. Jujur, bisa nyampe di titik ini aku udah bahagia banget. Tanpa bantuan bapak-bapak di sini, mungkin selamanya aku hanya menjadi penyanyi kafe," tuturku sembari mengatupkan kedua tangan di depan dada. "Kami hanya membantu sedikit. Selebihnya usahamu yang sudah maksimal yang menjadikanmu cukup terkenal," cakap Pak Salim yang berada di kursi seberang. "Setelah kamu beres skripsi, kita langsung kerjakan penggarapan album kedua," ungkap Mas Benigno yang kubalas dengan anggukan. "Ya, Mas," jawabku. "Moga-moga nggak ada halangan dalam pembuatan skripsi," lanjutku. "Kapan dimulainya?" tanya Mas David. "Dua minggu lagi," paparku. "Berarti tampil di akhir pekan aja. Senin sampai Kamis fokus ke urusan kuliah." Aku mengangguk mengiakan. "Mas Fa udah nyetop semua jadwal panggung. Terakhir minggu ini." "Lebih baik memang beg

  • Love You Aleea    Penyamaran

    Sorot lampu dari berbagai arah membuatku silau. Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakannya menatap cahaya berkekuatan penuh yang mengiringi gerakan serta langkahku ke semua sudut panggung. Setelah lagu keenam, aku berpindah ke belakang panggung. Linda menggantikan posisiku untuk menyanyikan tiga lagu sebagai pengisi kekosongan. Aku membuka baju yang lembap dan melemparkannya ke tas biru tua di ujung kursi. Ijan mengulurkan handuk kecil merah dan aku mengambilnya untuk menyeka peluh di wajah serta leher. Ijan mengarahkan kipas kecil bertenaga baterai ke badanku. Sementara Sandy menyiapkan pakaian ganti. Belum hilang keringat, aku bergegas berganti pakaian dan berias seadanya. Rambut yang basah segera dikeringkan Ijan menggunakan hairdryer, sedangkan Sandy memegangi kipas elektrik sekaligus kipas konvensional. Teriakan Mas Fa yang tadi mengecek penampilan Linda menyadarkanku untuk bergerak lebih cepat. Pria berkemeja putih pas badan berpindah ke dekat kursi dan membantuku men

  • Love You Aleea    Jangan Ke Lain Hati

    Mimpi buruk akhirnya menimpaku. Hal yang paling ditakuti oleh semua penyanyi adalah memburuknya kualitas pita suara. Aku diminta Papa untuk menghemat bicara. Selama beberapa hari di rumah aku membawa kertas dan pulpen ke mana-mana. Bila ada yang bertanya aku menjawabnya dengan tulisan. Semua jadwal kerja ditangguhkan hingga minggu berikutnya. Mas Fa dan yang lainnya benar-benar ketat pengawasan agar suaraku benar-benar pulih. Mereka bahkan melarangku berlatih karena takut suara kian rusak dan akhirnya menghilang.Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Akhirnya suaraku kembali normal dan bisa bekerja lagi, walaupun porsinya sedikit. Jadwal manggung di tiga tempat hanya tiga hari di akhir pekan, empat hari berikutnya difokuskan pada promosi. Bulan berganti, aku dan teman-teman bersiap melakukan ujian. Seperti biasa, Humaira dan Tie menjadi andalanku untuk menjelaskan semua mata kuliah. Selain itu, setiap malam aku dan Ijan belajar bersama untuk mengejar ketertinggalan. "Ya,

  • Love You Aleea    Kami Nggak Ke Mana-mana

    Tepat pukul 07.00 WIB, aku dan kelompok keluar dari hotel menuju tempat wisata terkenal di daerah Lembang. Aku ikut dalam mobil yang dikemudikan Aleea. Nin dan Maia berada di kursi belakang. Sementara yang lainnya menaiki mobil SUV milik Papa. Suasana jalan raya yang padat, tidak mengurangi semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Aleea mengemudi dengan cekatan dan membuatku terintimidasi karena masih belum lancar menyetir. Sesampainya di Farm House Susu Lembang, para gadis begitu heboh untuk melakukan swa foto. Gaya khas cerianya perempuan muda membuatku tersenyum menyaksikan tingkah mereka yang alami dan tanpa dibuat-buat. Namun, seruan beberapa orang membuatku meringis karena dikenali sebagai artis baru. Mau tidak mau aku melayani acara foto bersama dan sesi tanda tangan. Sedapat mungkin berusaha ramah meskipun sudah ingin kabur dan melanjutkan berlibur. "Sudah cukup, ya, Akang-akang dan teteh-teteh. Abang Kenzo mau berwisata dulu," tutur Ijan sembari memegangi pundakku. "Per

DMCA.com Protection Status