Share

Kalah Telak

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini sepertinya akan menjadi hari keberuntunganku. Saat sedang menunggu

lampu merah berubah menjadi kuning terus ke hijau di langit yang biru, di perempatan jalan menuju kampus, kulihat mobil Aleea terparkir di dekat taman fly over. 

Aku bergegas memacu motor untuk menghampiri. Setibanya di dekat mobil, aku celingukan mengecek ke dalam melalui  kaca tertutup dengan rasa penasaran setingkat kabupaten. 

"Kenzo!" teriak Aleea dari dalam, kemudian kaca sebelah kiri terbuka. 

"Hai. Kenapa ngetem di sini? Nyari penumpang?" sapaku sok kenal sok dekat. 

"Mobilku tiba-tiba mogok nih. Aku lagi nunggu mobil derek datang. Gak berani nunggu di luar," tunjuknya pada sekumpulan pengamen jalanan yang lagi nongkrong di dekat lampu merah. 

"Ya, udah. Kamu ikut aku aja." 

"Mobilku gimana?" 

Aku terdiam sejenak dan pura-pura berpikir. Akhirnya kuputuskan turun dari motor dan masuk ke mobilnya. 

"Loh, kok kamu ikut masuk sih?" tanyanya sambil menyipitkan mata yang makin tampak segaris. 

"Di luar panas. Entar minyak rambutku luntur," jelasku asal. Aleea tersenyum simpul, kemudian dia mengalihkan pandangan ke luar mobil. "Eea, aku boleh nanya gak?" 

"Aleea! Jangan disingkat atuh!" keluhnya. 

"Iya, deh. Aleea, aku boleh nanya gak?" Dia mengangguk mengiakan dan membuat rambut panjangnya bergoyang. "Kamu beneran punya tunangan?" 

"Iya." 

"Sejak kapan tunangan?" 

"Sejak lulus SMU kemarin." 

"Dijodohin?" 

"Hmm, iya, tapi aku emang suka sih ama doi." 

"Emang udah kenal lama?" 

"Dari kecil. Dia anak sobatnya Mama. Umurnya empat tahun di atasku." 

"Dia udah kerja?" 

"Punya restoran sendiri dong," sahutnya tanpa bisa menutupi rasa bangga dalam ucapan.

Aku tafakur menatap jalanan yang ramai. Mendengar penjelasan Aleea barusan, jelas aku kalah telak. Namun, bukan Kenzo namanya kalau mengalah sebelum berperang. 

"Ehm. Aleea. Rencana menikahnya kapan?" 

Dia terdiam sejenak. "Mungkin setelah aku selesai kuliah." 

"Berarti aku masih punya harapan dong, ya?" 

"Hah?" 

"Sebelum janur ungu terpasang, aku masih bisa berusaha mendapatkan cinta kamu," jelasku dengan semangat membara.

Mata Aleea mengerjap, kemudian makin menyipit seiring dengan tawanya yang renyah bak pangsit di mi ayam komplit. 

Tuk, tuk, tuk 

Ada orang mengetuk kaca mobil. 

Kulihat orang tersebut mengenakan baju seragam. "Ya, Pak?" tanyaku setelah menurunkan kaca. 

"Mobilnya mau diderek, ya?" Bapak itu balik bertanya.

Aku dan Aleea serentak mengangguk. Kemudian kami turun dari mobil. Aleea mengobrol sebentar dengan petugas derek. Sementara aku menuju motor dan mengenakan helm. Kemudian dia berjalan ke arahku. Naik ke motor dan memegang ujung jaket. Dikata aku tukang ojek! 

Aku melaju dengan kecepatan tinggi. Bukan karena takut ditilang polisi karena Aleea enggak pakai helm, tetapi karena aku kebelet. 

***

Siang harinya, aku dan tiga kurcaci sedang asyik mengobrol sambil makan siang di kantin. Tiba-tiba mereka terdiam dan memasang senyum full semuka. Aku yang bingung dengan tingkah mereka, menoleh ke belakang. Ternyata ada Aleea bersama dayang-dayang setianya di sana. 

"Hai, aku boleh duduk?" tanya Aleea dengan nada suara yang lembut. 

Ketiga cowok muka mesum itu mengangguk dan serentak berdiri. Rebutan memberikan kursi buat Aleea, berlagak sebagai gentleman. Aleea memilih duduk di sebelahku. Nin dan Maia duduk di seberang kami, sedangkan yang lain duduk bersila di lantai dengan tampang yang konyol. 

"Ken, thanks, ya buat bantuan kamu tadi pagi," ujar Aleea. 

"Sami-sami," jawabku. 

"Aku mesti balas gimana nih?" 

Wow, kesempatan nih! 

"Balas dengan kencan berdua, tanpa dayang-dayang atau penguntit," tunjukku pada yang lainnya. 

Aleea melongo. Mulut mungilnya membentuk huruf O kecil. "Ehm. Gak bisa diganti gitu?" tanyanya beberapa saat kemudian. 

Aku menggeleng. 

"Oke deh," jawabnya dengan pasrah. 

Aku mengepalkan tinju di tangan kiri, mendorong ke belakang sambil berbisik, "Yes!"

Sementara ketiga pria yang mengaku sebagai sahabat itu kompak mencebik. Mungkin mereka iri dengan keberuntungan yang tengah memihakku saat ini. 

***

Malam ini Aleea terlihat cantik dengan gaun cream gradasi. Rambut sebahunya digerai alami. Tampak sedikit kusut terkena embusan angin. 

Saat ini kami duduk berseberangan di sebuah kafe di daerah Kemang. Aku sengaja memilih tempat ini karena nyaman dan tidak terlalu ramai pengunjungnya. Mungkin karena harga di daftar menunya lumayan mahal, apalagi buat para mahasiswa fakir sepertiku. 

Akan tetapi, demi kencan yang sukses dengan Aleea, aku rela membobol celengan bentuk ayam yang sudah terisi penuh sejak dua tahun yang lalu. Kalau ketahuan sama Papa sih pasti diomelin, tetapi itu urusan nanti, yang terpenting sekarang aku bisa kencan dengan sang pujaan hati. 

"Ken, kamu yakin bisa bayar?" tanya Aleea seraya tersenyum. 

"Jangan ngeledek!" desisku.

"Gak. Cuma mau mastiin aja. Kalo gak entar aku yang bayar aja, ya?" 

"Diam, ahh. Aku yang ngajak kok jadi kamu yang mau bayar. Tenang, aku punya duit kok!" Aku memasang tampang yakin. Padahal dalam hati kebat kebit ngitung duit. 

Tak lama kemudian pesanan kami datang. Aleea makan dengan santai. Sekali-sekali kepalanya bergoyang mengikuti irama lagu dari band yang tampil di cafe. 

Aku makan dengan cepat. Kemudian bangun dari kursi dan menghampiri band. Membisikkan judul lagu yang ingin kunyanyikan. Kemudian mulai bergaya bak penyanyi sungguhan. 

Lagu lama milik Richard Marx yang sering dinyanyikan Mama bila tengah memasak kulantunkan dengan merdu dan penuh penghayatan. Beberapa tepuk tangan terdengar. Termasuk dari Aleea. Cewek ini sepertinya enggak peka, deh. Aku nyanyi buat dia, ehh malah tepuk tangan kayak acara ulang tahun anak kecil. 

"Suara kamu bagus juga," pujinya dengan mata berbinar, sesaat setelah aku kembali ke meja yang kami tempati. 

Aku duduk kembali ke kursi di sebelahnya. Lalu menatap wajah cantiknya lekat-lekat. Aku mencoba merekam momen ini dan menyimpannya di sudut hati. 

"Aku emang udah jago nyanyi dari masih di dalam rahim Mama. Pas brojol, tangisanku ada nadanya." 

"Lebay kamu!"

"Tapi suka kan?" 

Dia terdiam. Tersenyum simpul yang maknanya hanya dia sendiri yang paham. 

"Aleea!" 

Terdengar sapaan bersuara berat dari belakangku. Aleea dan aku sontak menoleh bersamaan. Tampak seorang pria berkulit cukup terang melangkah ke arah kami. Terukir senyuman di wajahnya yang.. ganteng. Sekilas mirip Lee Min Ho. Aktor Korea itu lho! 

Setelah mendekat, dia mengulurkan tangan dan meraih pundak Aleea. Menunduk dan mencium pipi kanan dan kiri dengan penuh rasa sayang. 

"Tumben ke sini? Mau jemput Akang?" tanyanya lembut sambil menarik kursi dan duduk di sebelah kanan Aleea. 

"Gak, Kang. Ini lagi ditraktir teman," jawab Aleea dengan wajah bahagia. 

"Ooo, yang tadi kamu ceritain lewat chat itu, ya." 

Aleea mengangguk. Pria itu menatapku dan mengulurkan tangannya seraya tersenyum lebar yang kujabat dengan tegas. 

"Hai, perkenalkan. Saya Ryan. Tunangannya Aleea," ujarnya santai. 

Jleb!

Hatiku terasa tertusuk. Luka mulai menganga. Bagaimana tidak? 

Pria di depanku ini tampan, wangi dan ... kaya.

Aku ... kalah ... telak! 

Bab terkait

  • Love You Aleea    Semanis Madu

    5Hari ini Mama sibuk di dapur sambil bernyanyi lagu Galaherang. Berulang-ulang kayak compact disc bajakan. Enggak mikir anaknya yang cakep ini jadi tambah sedih mendengar nyanyiannya yang mendayu-dayu dan menyayat kalbu. Sedih, karena cinta bertepuk sebelah tangan. Niat hati untuk berjuang sepertinya sudah menghilang dan berganti dengan keputusasaan. (lebay)Sudah dua minggu ini aku menghindar dari Aleea. Daripada tambah perih hati. Mending enggak usah ketemu. Beberapa kali aku ngumpet kala melihatnya berjalan bersama dayang-dayang setianya. Kadang ngumpet di bawah tangga. Atau di bawah bangku taman. Atau di balik motor. Bahkan ngumpet di dalam loker. Pokoknya sebisa mungkin menghindari ketemu. Seperti hari ini, membolos kuliah dengan alasan lagi batuk parah. Uhuk, uhuk. "Abang, ngapain ngumpet mulu dalam kamar? Sinilah, temani Mama!" Suara Mama yang empat oktaf mulai berkumandang. Kadang aku heran, Mama itu enggak pernah sakit tenggorokan, padahal teriak-teriak mulu. Kata Papa

  • Love You Aleea    Masih Ada Kesempatan

    06Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah memacu motor kesayangan di jalan raya yang padat bin macet. Hal ini terjadi setiap hari kerja, kalau di penghujung minggu biasanya lebih lengang. Setibanya di kampus, senyumanku mengembang kala melihat mobil sang putri pujaan hati sudah terparkir di tempat biasa. Setelah memasang standar dengan baik dan benar, aku mengunci setang motor sebelum beranjak berdiri dan jalan menjauh. Sembari melepaskan helm dan merapikan rambut, mataku melirik ke sana kemari, berharap bisa menangkap sosok gadis yang kian lama kian melekat dalam hati. Entahlah, sepertinya aku harus pasrah akan terus menyayangi Aleea, meskipun hanya bisa dilakukan dari jauh tanpa punya kesempatan untuk diungkapkan. "Udah sembuh?" tanya Ijan yang tengah berdiri menyandar di dinding kelas, mungkin menyamar jadi cicak. "Hu um," jawabku sembari menaikkan tali ransel yang agak melorot. Alisku terangkat saat menyadari penampilan Ijan yang berbeda dari biasanya. Bila sehari-hari

  • Love You Aleea    Paket Komplet

    07Suara lembut milik Linda, teman satu band-ku mengalun lembut di ruangan yang masih kosong ini. Perempuan berambut panjang dan berwajah manis itu tampak sangat menghayati lagu berjudul Love is in the air, milik penyanyi Tarmiga & 2 Bad itu, dengan sesekali mengulaskan senyuman, seakan-akan benar-benar tengah jatuh cinta. Aku yang tengah mengiringi nyanyiannya dengan menggunakan gitar, menatap wajah gadis yang usianya lebih tua dua tahun dariku itu seraya mengulum senyum. Gaya menyanyi Linda sangat berbeda dengan kesehariannya. Bila saat menjadi penyanyi Linda akan sangat anggun, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari dia agak tomboi dan humoris, serta sedikit latah, yang menjadikan dirinya sebagai bahan ledekan teman-teman band. Selain aku dan Linda, ada juga Mbak Yeni dan Mas Fabian yang biasa dipanggil Fa. Mereka merupakan pasangan suami istri yang bertemu dan saling jatuh cinta di kafe ini. Mereka pula merupakan anggota band pertama yang dibentuk oleh Ryan, sang bos. Selain it

  • Love You Aleea    Cara Licik

    08 Waktu terus bergulir. Hari berubah menjadi minggu tanpa sanggup dihentikan. Aku masih disibukkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang sangat menyita waktu. Tibalah masa-masa paling mendebarkan bagi mahasiswa, terutama yang kesulitan mengatur waktu seperti aku. Sudah dua bulan berlalu aku kejar-kejaran dengan hitungan jam antara kuliah dengan kerja. Kadang sukses, kadang juga terlambat bangun dan akhirnya absen di kampus. Sebab itulah sekarang hatiku kebat-kebit enggak karuan, terutama karena mata ujian pertama adalah satu-satunya yang paling tidak dikuasai. Udah pada tahu kan maksudku? Akhirnya dengan terpaksa aku melakukan cara licik, yaitu menghitung kancing kemeja motif abstrak yang biasanya menjadi baju pembawa kabar baik alias keberuntungan untukku. Berharap kali ini baju tersebut kembali membawa inspirasi mengarang bebas di saat mengerjakan soal-soal esai. Namun, sepertinya kekuatan sakti baju ini telah berakhir. Sampai waktu ujian selesai, aku hanya bisa menyelesa

  • Love You Aleea    Huruf Korea Bak Bolu Gulung

    09Peristiwa kemarin malam masih terbayang di benak. Sama sekali tidak menyangka bila sosok yang sangat dibanggakan oleh Aleea ternyata telah mengkhianati gadis itu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya bila tahu tentang perselingkuhan sang tunangan.Aku mengalami dilema. Perdebatan hati yang membuatku makin gundah gulana bak para penanam modal yang ternyata dibohongi pihak pengelola arisan atau multi level marketing. Apalagi saat bertemu Aleea kala aku dan ketiga sahabat tengah menikmati bakso di kantin kampus siang ini. Aleea dan kedua dayang-dayang menyapa kami terlebih dahulu sebelum menduduki kursi di meja sebelah kiri. Bakso yang tengah ditelan seakan-akan menyangkut dan membuatku nyaris tersedak. Ijan bergerak cepat menepuk punggungku hingga bakso itu akhirnya meluncur mulus memasuki lambung tanpa dikunyah halus. "Kenapa sih? Kayaknya kamu grogi gitu," tanya Ijan dengan suara yang pelan. "Nggak apa-apa, cuma agak kaget aja," jawabku sambil mengambil botol minuman

  • Love You Aleea    Kembar?

    10Hari ini seharusnya aku bisa bangun siang. Akan tetapi, sepertinya Mama tidak mau membiarkanku menikmati liburan dan berusaha sedapat mungkin untuk membuatku sibuk. Mulai dari menemaninya ke pasar, bantu menyiapkan kotak-kotak berisi pesanan pelanggannya, hingga mengantarkan puluhan kotak itu bersama dengan Kai. Berboncengan dengan hati-hati menuju komplek perumahan yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumah, tetapi karena aku tidak diperkenankan untuk mengebut, jarak pendek yang ditempuh itu seakan-akan sangat jauh. Kompleks yang kami tuju ini merupakan cluster baru yang ternyata belum terlalu banyak penghuninya. Saat kami tiba di alamat tujuan, aku dan Humaira sama-sama melongo, sebelum kemudian tertawa tanpa alasan yang jelas. "Ini rumahmu?" tunjukku pada bangunan dua lantai yang sepertinya baru selesai direnovasi itu. Karena bangunannya sudah sangat berbeda dari rumah di sekitar. "Iya, aku baru pindah seminggu di sini, Ken," jawab gadis berjilbab putih itu seraya mengula

  • Love You Aleea    Kebenaran Terungkap

    11"Dasar pembohong! Udah ketahuan juga masih ngeles aja!" pekik Aleea sambil menunjuk wajah Rian yang tampak pucat. "Kamu salah paham, Sayang. Denger dulu penjelasan Akang," pinta pria berpakaian rapi sembari memegangi pundak Aleea yang seketika ditepis oleh gadis itu. Adegan berikutnya membuatku tercengang. Tiba-tiba saja tubuh Rian sudah tersungkur dengan posisi tubuh menekuk bak janin dalam kandungan dan tangan memegangi perut. Tanpa sadar mulutku membuka, demikian pula dengan Kai. Setelah berhasil mengatasi rasa keterkejutan, aku bergegas menghampiri kedua orang tersebut dan memegangi Aleea yang sudah bersiap untuk memukul Rian lagi."Lea, stop!" seruku. Aleea memberontak dan hendak berbalik memukul, tetapi kemudian dia tersadar dan menghentikan gerakan tangan yang sudah terangkat ke atas dan membentuk tinjuan. "Kenzo?" tanyanya sambil melebarkan mata. "Iya." Aku menariknya hingga menjauh dari Rian. Sementara Kai membantu pria itu berdiri dan menyandar ke pintu mobil. "Lep

  • Love You Aleea    Lebih Dekat Dengan Kamu

    12Hampir tengah malam saat sopir keluarga menjemput Aleea di rumah. Kedua orang tuanya tengah dalam perjalanan pulang dari Bandung, setelah dihubungi oleh Aleea satu setengah jam yang lalu. Aku memandangi kala gadis itu memasuki mobil sedan putih milik sang mama, lalu melambaikan tangan seraya tersenyum tipis, tetapi matanya masih sendu. Beberapa menit berdiri di depan pagar, barulah aku kembali memasuki rumah. Papa memanggilku dan mengajak bicara di ruang tengah. Mama juga ikut duduk sambil sekali-sekali menguap. Sementara Kai dan Khanza telah tidur sejak tadi di kamar masing-masing. "Gimana ceritanya itu tunangan Aleea bisa kebongkar rahasianya?" tanya Papa sembari menatapku lekat-lekat."Abang nggak tau persisnya gimana. Aleea ngamuk di depan mini market, terus mukulin Kang Ryan. Ehm, terus Mbak Sarah datang dan ngungkapin rahasia hubungannya dengan Kang Ryan, yang ternyata udah terjalin tiga tahun," jawabku. "Tadi mama coba ngorek keterangan, tapi susah karena dia nangis mul

Bab terbaru

  • Love You Aleea    Perpisahan

    Persiapan menuju pernikahan dikebut. Aku mengurus semua surat-surat dengan dibantu Papa dan teman-teman. Mama bekerjasama dengan Mama Anita menyiapkan segala sesuatunya untuk acara akad nikah. Sedangkan untuk resepsi, semuanya diambil alih tim manajemen. Dikarenakan pestanya mendadak dan harus tertutup, akhirnya kami memutuskan acaranya diadakan di resor wilayah Bogor. Tempat itu merupakan area wisata milik rekan bisnis Om Yoga, sekaligus pengusaha senior yang merupakan salah satu penggiat bisnis terkenal. Hari berganti menjadi minggu. Persiapan yang dilakukan hanya dalam waktu empat pekan akhirnya tuntas. Saat ini aku dan rombongan telah tiba di resor. Kami diarahkan pegawai untuk menempati sisi kiri area. Sementara keluarga Aleea akan mengisi sayap kanan. Tim panitia yang dipimpin Mas David sengaja memisahkan kami agar bisa dipingit. Aku tidak bisa memprotes dan terpaksa menerima semua arahan pria berkulit kuning langsat, yang sejak awal kami datang sudah membentuk ekspresi seri

  • Love You Aleea    Berarti Aku Juga ....

    Suasana hening menyelimuti ruang kerja ini. Aku menelan ludah beberapa kali karena gugup. Om Yoga tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon, dan itu menyebabkanku gelisah karena harus menunggu. Setelah Om Yoga menutup sambungan telepon, kegugupanku kian bertambah seiring dengan tatapan tajam yang beliau arahkan padaku. Meskipun kami sudah cukup akrab, tetap saja dipandangi sedemikian rupa menyebabkan nyaliku menciut. "Lea sudah menceritakan mengenai lamaranmu padanya," ucap pria yang rambutnya dihiasi uban di beberapa tempat. "Kenapa kamu ingin menikah segera, Ken?" tanyanya. Aku terdiam sesaat untuk memaksa otak bekerja cepat. Setelahnya aku mendengkus pelan, kemudian menyahut, "Aku mencintai Lea, Om. Dan kami sudah sangat dekat. Aku juga takut kehilangannya." "Usia kalian masih sangat muda. Saya tidak yakin kalian sanggup meniti rumah tangga," balas Om Yoga. "Begini, Kenzo. Pernikahan tidak hanya tentang cinta. Ke depannya itu sangat berat untuk dilalui. Teruta

  • Love You Aleea    Would You Marry Me?

    Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu terus melaju tanpa bisa ditahan oleh siapa pun. Musim hujan bergeser ke musim kemarau. Jalanan mulai berdebu karena jarang tersiram air dari langit.Makin mendekati hari keberangkatan Aleea ke London, aku makin gelisah. Bila kami tengah menghabiskan waktu bersama, aku kesulitan mengalihkan pandangan darinya karena aku ingin menyimpan setiap detail dari dirinya yang indah. Seperti hari ini, kami memiliki kesempatan untuk berkencan di Minggu malam. Mas Fa mengizinkanku tidak bekerja seharian karena aku sudah merengek meminta istirahat setelah sebulan penuh bekerja. Aleea tampak begitu cantik dan anggun. Gaun biru tua mengilat yang digunakannya memperjelas kulit putihnya yang bersih. Wajahnya yang sudah cantik, dirias tidak tebal yang membuatnya kian memesona. Rambut panjangnya dijepit sirkam di sisi kanan dan kiri, sisanya dibiarkan tergerai ke belakang. Aku nyaris tidak bisa mengalihkan pandangan dan terus-menerus mengamatinya. Rasa cinta

  • Love You Aleea    Band Bersaudara

    Saat paling mendebarkan pun tiba. Aku duduk di kursi bersama ketiga sahabat sembari menyatukan telapak tangan di ujung lutut. Ekspresi kami nyaris sama, yakni tegang. Pintu besar hitam di seberang seolah-olah seperti pintu menuju ruang penyiksaan. Kami masih menunggu giliran untuk masuk dan dicecar para dosen penguji. Kala namaku dipanggil petugas, kaki seketika terasa berat untuk dilangkahkan. Dengan menahan degup jantung yang menggila, aku mengayunkan tungkai menuju pintu dan membukanya. Setelah masuk dan menutup pintu kembali, aku meneruskan langkah hingga tiba di kursi tunggu di mana kedua teman sekelas tengah menunggu giliran masuk ke ruang penguji. Tiba waktunya aku menjalankan pengujian. Keringat dingin meluncur turun dari kepala hingga punggung. Aku yang sudah terbiasa menghadapi banyak orang. Namun, kali ini tetap gemetaran dan jantung pun jumpalitan. Seusai menyapa ketiga penguji, aku memulai memaparkan isi tugas akhir. Rasa percaya diri yang sempat lenyap saat masuk ke r

  • Love You Aleea    Bisa Sekalian Cariin Calonnya?

    Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang sanggup menghentikan perputaran masa. Semuanya melesat tidak terbatas dan membuat setiap insan berlomba-lomba menguasai waktu. Hingga semua rutinitas berlangsung runut dan lancar. Demikian pula denganku. Hal serupa seperti masa awal kuliah dijalani dengan sungguh-sungguh. Aku benar-benar berusaha memanfaatkan setiap menitnya agar penyelesaian bab demi bab skripsi bisa berjalan tertib dan berhasil diselesaikan tepat waktu. Waktu cuti dari label musik hanya satu semester, artinya cuma enam bulan aku bisa mengerjakan tugas akhir dengan fokus maksimal. Lewat dari waktu itu, aku sudah harus berjibaku dengan melakukan rekaman album kedua, sekaligus masih terus mempromosikan album pertama. Tiba di penghujung minggu. Akhirnya aku bisa melepas penat dan menghabiskan waktu bersama kekasih tercinta. Tentu saja kami tidak pergi berdua saja, readers. Trio kwek-kwek dan kedua adikku juga turut serta. Demikian

  • Love You Aleea    Maksa Biar Kamu Jadi Jodohku

    "Hasil album pertamamu sudah lumayan naiknya. Walau nggak langsung hits, kamu harus tetap semangat, Ken," ujar Pak Daud sembari menepuk pundak kiriku. "Ya, Pak. Jujur, bisa nyampe di titik ini aku udah bahagia banget. Tanpa bantuan bapak-bapak di sini, mungkin selamanya aku hanya menjadi penyanyi kafe," tuturku sembari mengatupkan kedua tangan di depan dada. "Kami hanya membantu sedikit. Selebihnya usahamu yang sudah maksimal yang menjadikanmu cukup terkenal," cakap Pak Salim yang berada di kursi seberang. "Setelah kamu beres skripsi, kita langsung kerjakan penggarapan album kedua," ungkap Mas Benigno yang kubalas dengan anggukan. "Ya, Mas," jawabku. "Moga-moga nggak ada halangan dalam pembuatan skripsi," lanjutku. "Kapan dimulainya?" tanya Mas David. "Dua minggu lagi," paparku. "Berarti tampil di akhir pekan aja. Senin sampai Kamis fokus ke urusan kuliah." Aku mengangguk mengiakan. "Mas Fa udah nyetop semua jadwal panggung. Terakhir minggu ini." "Lebih baik memang beg

  • Love You Aleea    Penyamaran

    Sorot lampu dari berbagai arah membuatku silau. Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakannya menatap cahaya berkekuatan penuh yang mengiringi gerakan serta langkahku ke semua sudut panggung. Setelah lagu keenam, aku berpindah ke belakang panggung. Linda menggantikan posisiku untuk menyanyikan tiga lagu sebagai pengisi kekosongan. Aku membuka baju yang lembap dan melemparkannya ke tas biru tua di ujung kursi. Ijan mengulurkan handuk kecil merah dan aku mengambilnya untuk menyeka peluh di wajah serta leher. Ijan mengarahkan kipas kecil bertenaga baterai ke badanku. Sementara Sandy menyiapkan pakaian ganti. Belum hilang keringat, aku bergegas berganti pakaian dan berias seadanya. Rambut yang basah segera dikeringkan Ijan menggunakan hairdryer, sedangkan Sandy memegangi kipas elektrik sekaligus kipas konvensional. Teriakan Mas Fa yang tadi mengecek penampilan Linda menyadarkanku untuk bergerak lebih cepat. Pria berkemeja putih pas badan berpindah ke dekat kursi dan membantuku men

  • Love You Aleea    Jangan Ke Lain Hati

    Mimpi buruk akhirnya menimpaku. Hal yang paling ditakuti oleh semua penyanyi adalah memburuknya kualitas pita suara. Aku diminta Papa untuk menghemat bicara. Selama beberapa hari di rumah aku membawa kertas dan pulpen ke mana-mana. Bila ada yang bertanya aku menjawabnya dengan tulisan. Semua jadwal kerja ditangguhkan hingga minggu berikutnya. Mas Fa dan yang lainnya benar-benar ketat pengawasan agar suaraku benar-benar pulih. Mereka bahkan melarangku berlatih karena takut suara kian rusak dan akhirnya menghilang.Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Akhirnya suaraku kembali normal dan bisa bekerja lagi, walaupun porsinya sedikit. Jadwal manggung di tiga tempat hanya tiga hari di akhir pekan, empat hari berikutnya difokuskan pada promosi. Bulan berganti, aku dan teman-teman bersiap melakukan ujian. Seperti biasa, Humaira dan Tie menjadi andalanku untuk menjelaskan semua mata kuliah. Selain itu, setiap malam aku dan Ijan belajar bersama untuk mengejar ketertinggalan. "Ya,

  • Love You Aleea    Kami Nggak Ke Mana-mana

    Tepat pukul 07.00 WIB, aku dan kelompok keluar dari hotel menuju tempat wisata terkenal di daerah Lembang. Aku ikut dalam mobil yang dikemudikan Aleea. Nin dan Maia berada di kursi belakang. Sementara yang lainnya menaiki mobil SUV milik Papa. Suasana jalan raya yang padat, tidak mengurangi semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Aleea mengemudi dengan cekatan dan membuatku terintimidasi karena masih belum lancar menyetir. Sesampainya di Farm House Susu Lembang, para gadis begitu heboh untuk melakukan swa foto. Gaya khas cerianya perempuan muda membuatku tersenyum menyaksikan tingkah mereka yang alami dan tanpa dibuat-buat. Namun, seruan beberapa orang membuatku meringis karena dikenali sebagai artis baru. Mau tidak mau aku melayani acara foto bersama dan sesi tanda tangan. Sedapat mungkin berusaha ramah meskipun sudah ingin kabur dan melanjutkan berlibur. "Sudah cukup, ya, Akang-akang dan teteh-teteh. Abang Kenzo mau berwisata dulu," tutur Ijan sembari memegangi pundakku. "Per

DMCA.com Protection Status