Ketika semua orang sibuk memberikan pendapat, Satu Jagat hanya terdiam. Tidak, bukan hanya dia tapi semua orang dari perguruan dari Lembah Teratai Putih tidak mengeluarkan satu kata pun saat ini.Tiran Putih keluar dari pertemuan itu, dia bejalan sedikit bungkuk karena luka didapatnya di bagian tulang belakang menyerang dirinya sendiri untuk berjalan dengan benar.Melihat hal itu, Cagar Alam mendekati orang tua itu dengan perasaan heran. ''Sepuh Tiran Putih, kenapa kau tidak mengeluarkan pendapat?''Tiran Putih terbatuk-batuk beberapa kali, ya, tubuh orang tuanya mungkin sudah rapuh tapi bisa mencerna situasi ini. ''menurutmu orang didalam sana lemah?''''Kenapa sepuh berkata demikian? Tentu saja mereka semua orang kuat.''Tiran Putih terkekeh kecil sambil melihati kereta iblis yang dia ciptakan di atas tembok kayu. ''Dengarlah penderitaan orang-orang didalam sana! Mereka akan melakukannya sepanjang waktu, karena mereka adalah orang yang kuat.''''Apa yang ingin anda katakan, sepuh?''
Sehingga Galuh Tapa melepas aura hangat, aura itu segera menyebar di setiap sisi hutan bahkan beberapa orang hebat yang berada didekat lokasi itu tersentak merasakannya.''Aku ingin berdamai, aku akan menjadi orang pertama yang menghapus rasa benci kalian ''Galuh Tapa kemudian duduk bersila tepat dihadapan sang ratu sialang. ''Kau boleh menusukkan sengat di manapun kau mau, jika memang kau tidak mempercayaiku...''''Menarik! ''pekik sang ratu. Dia kemudian berusaha terbang dengan sayapnya yang terluka, lalu melaju cepat mengarahkan ujung sengat tepat dimata Galuh Tapa.Sedikit lagi, mungkin hanya seujung kuku, sengatan itu berhenti tepat di bola mata, sementara pemuda itu bahkan tidak menutup dan tidak pula mengedipkan matanya.''Aku tidak pernah bertemu dengan orang seperti dirimu anak muda. ''Ucap ratu sialang kemudian menarik kembali sengat didalam buntutnya yang berwarna kuning. ''Aku menyerah, aku mengizinkan kau menaiki pohon itu, tapi satu hal yang perlu kau ketahui ketika mala
Hari sudah beranjak malam, tapi Galuh Tapa masih memanjat batang pohon itu, secara perlahan.Galuh Tapa benar-benar tidak dapat lagi melihat keadaan dibawah sana yang sekarang sudah mulai menjadi gelap. Kecuali sinar gemerlap lampu istana yang seperti kunang-kunang di kejauhan. ''Aku seperti berada di atas langit, ''Gumam pemuda itu, dia menaikan alis ketika menyadari sekarang tingginya bahkan melebihi pegunungan Lembah dempo. ''Aku juga kesulitan bernapas, mungkin udara disini tidak cocok untuk manusia.''Semakin tinggi sebuah tempat maka kandungan oksigen didalam udara semakin sedikit dibandingkan di permukaan tanah, itulah siluman sialang mengatakan tidak bisa bertahan diatas sini.Bukan hanya itu, yang dikatakan siluman sialang ternyata benar, udara mulai terasa lebih dingin dari malam biasanya di permukaan tanah.Pemuda itu mulai merasakan bergetar seluruh tubuhnya saking dingin, tapi demikian dia malah bergerak cepat.Dengan melakukan kecepatan tubuhnya akan terasa lebih panas
Penjaga gerbang terlihat ragu, mereka melirik satu sama lain kemudian mengalihkan pandangan ke arah Galuh Tapa yang berpakaian compang camping. ''Pengemis jika kau ingin makanan ambil saja di sana. itu gratis, tapi kau tidak diizinkan memasuki istana!''''Kami bukan pengemis, dan kami tidak datang untuk makanan. Kinanti terlihat kesal.''Begini tuan kedatangan kesini untuk memberikan buah kelapa yang disayembarakan oleh Raja Mandare. ''Galuh Tapa menunjukkan sepintas buah kelapa yang dia balut dengan pakaiannya. ''Bagaimana apa kalian mengizinkan kami!''Mendapati hal demikian, salah satu penjaga itu berlari buru-buru kedalam istana. Butuh waktu dua puluh menit lamanya hingga terlihat raja Mandare sendiri yang datang menghampiri kedua sepasang pendekar tersebut yang di ikuti dengan seorang pendekar yang perkasa.Tidak lupa pula seorang tabib muda, gadis berwajah ayu, mengekor dibelakang mereka. Ketika gadis itu melihat wajah Galuh Tapa, dia tersenyum manis.''Kenapa kalian membiarkann
Hingga semua orang yang mendengar perkataan Galuh Tapa barusan, menanggapinya dengan cara yang berbeda-beda, beberapa prajurit menahan sekuat tenaga untuk tidak tertawa dan mencibir pemuda itu, sementara Mandare mengerutkan kening beberapa lama.''Aku hargai kau meperhatikan keselamatan cucuku, itu baik, sangat bagus. ''Mandare mengelus dagunya, tidak ingin tidak menunjukkan ekspresi tidak percaya kepada Galuh Tapa. ''Penjagaan kami sangat kuat, bagaimana bisa ditembus oleh orang lain?''Galuh Tapa hanya tersenyum kecil, dia sudah sangat yakin tidak ada orang yang mempercayainya. Ya, benar, tapi pemuda itu sudah memberikan satu peringatan kepada Mandare, sebagai raja harusnya dia memikirkan hal itu.''Kalian mungkin belum mempercayai kami, karena kami berdua tidak memiliki bukti kecuali pada saat hal itu benar-benar terjadi. ''Kinanti untuk pertama kalinya membuka suara. ''Tidak ada kewajiban untuk kalian untuk percaya atau tidak, tidak masalah. sebagai orang asing di Negeri ini kami
Candi Jaya bergegas masuk kedalam kamar diikuti dengan Galuh Tapa dan Kinanti, tapi sudah terlambat. Beteri Berambut Emas sudah tergeletak dilantai, sementara putra mereka sudah hilang, hanya menyisakan ranjang kecil yang ternoda dengan darah.''Dinda, dinda...! ''Teriak Candi Jaya sambil merangkul tubuh isterinya yang tidak sadarkan diri. ''Bangunlah dinda, aku mohon.''''Dia masih hidup ''Kinanti baru saja memeriksa denyut nadi wanita itu. ''Tapi keadaannya kritis, luka diperutnya sangat besar kita harus segera mengobatinya.''Galuh Tapa tidak menduga rencana Rengkeh dilakukan secepat ini. Ini tidak sama dengan apa yang ada dipikirannya. Bukan hanya putra Candi Jaya tapi Raja Mandare juga menjadi sasaran mereka.Tidak beberapa lama, Andaran muncul dihadapan pemuda itu secara gaib. Sehingga Galuh Tapa mencari tempat aman untuk berbicara, sementara kerumunan orang sedang membantu kondisi Beteri Berambut Emas.''Galuh, aku sudah menyekap Raja Buray didalam kamarnya, tapi peristiwa ini
Tangisan bayi terdengar memekakkan, kalau bukan karena bayi itu adalah kunci dari rencana yang mereka bangun, sudah lama Rengkeh melemparkannya kedalam sungai.''Bawa bayi ini menjauh dari dariku! ''perintah Rengkeh kepada salah satu prajuritnya. ''Beri dia apapun agar diam, suaranya membuat telingaku sakit.''Sekarang di tempat itu hampir semua prajurit dari negeri Singunan telah berkumpul di rumah tua yang letaknya paling jauh dari pemukiman penduduk. Dibelakang rumah itu mengalir sungai deras yang beradu dengan gelombang air laut.Ini adalah rumah salah satu penduduk yang sudah lama ditinggalkan, tapi demikian bangunan itu masih terlihat kokoh. Berdiri diatas dataran tinggi, dimana lautan luas mulai mengikis dataran itu.Senopati menyiram wajah Mandare dengan semangkok air, membangunkan raja itu dari tidur lelapnya. Matanya masih berat untuk dibuka, kepalanya masih terasa sakit dikarenakan pengaruh obat tidur tersebut.Hingga beberapa saat Raja Mandare terbangun, bahwa dirinya kin
''Aku mohon jangan sakiti cucuku.''Mandare merengek dihadapan Rengkeh, ketika senopati Rengsur menggantung bayi itu disalah satu dahan pohon, sementara pedang Rengkeh mengayun-ayun untuk menebasnya.''Biarlah aku yang kalian bunuh, tapi aku mohon jangan kalian lakukan apapun kepada cucuku. ''Sambung Mandare.''Oh lihatlah dirimu, sekarang kau seperti pecundang menyedihkan yang mulia Raja Mandare, pemimpin dataran Bumi Besemah merengek seperti bayi kecil. ''Rengkeh terkekeh dengan kecil sesekali menampar wajah tua raja itu. ''Kemana amarahmu tadi? sudah aku katakan kau tidak dalam posisi mengancam Mandare.''Tidak beberapa lama kemudian, deru kuda mulai terdengar mendekati tempat itu. Rengkeh tersenyum kecil, sementara senopati Rengsur meraih bayi kecil dan meletakkannya di ujung mata pedang.''Rengkeh! ''teriak Candi Jaya dari kejauhan. ''Aku datang...! Rengkeh!''''Oh, rupanya sang harimau sudah mulai menggeram! ''ucap Rengkeh berkata kepada senopati Rengsur.''Kita lihat apakah dia