Hingga semua orang yang mendengar perkataan Galuh Tapa barusan, menanggapinya dengan cara yang berbeda-beda, beberapa prajurit menahan sekuat tenaga untuk tidak tertawa dan mencibir pemuda itu, sementara Mandare mengerutkan kening beberapa lama.''Aku hargai kau meperhatikan keselamatan cucuku, itu baik, sangat bagus. ''Mandare mengelus dagunya, tidak ingin tidak menunjukkan ekspresi tidak percaya kepada Galuh Tapa. ''Penjagaan kami sangat kuat, bagaimana bisa ditembus oleh orang lain?''Galuh Tapa hanya tersenyum kecil, dia sudah sangat yakin tidak ada orang yang mempercayainya. Ya, benar, tapi pemuda itu sudah memberikan satu peringatan kepada Mandare, sebagai raja harusnya dia memikirkan hal itu.''Kalian mungkin belum mempercayai kami, karena kami berdua tidak memiliki bukti kecuali pada saat hal itu benar-benar terjadi. ''Kinanti untuk pertama kalinya membuka suara. ''Tidak ada kewajiban untuk kalian untuk percaya atau tidak, tidak masalah. sebagai orang asing di Negeri ini kami
Candi Jaya bergegas masuk kedalam kamar diikuti dengan Galuh Tapa dan Kinanti, tapi sudah terlambat. Beteri Berambut Emas sudah tergeletak dilantai, sementara putra mereka sudah hilang, hanya menyisakan ranjang kecil yang ternoda dengan darah.''Dinda, dinda...! ''Teriak Candi Jaya sambil merangkul tubuh isterinya yang tidak sadarkan diri. ''Bangunlah dinda, aku mohon.''''Dia masih hidup ''Kinanti baru saja memeriksa denyut nadi wanita itu. ''Tapi keadaannya kritis, luka diperutnya sangat besar kita harus segera mengobatinya.''Galuh Tapa tidak menduga rencana Rengkeh dilakukan secepat ini. Ini tidak sama dengan apa yang ada dipikirannya. Bukan hanya putra Candi Jaya tapi Raja Mandare juga menjadi sasaran mereka.Tidak beberapa lama, Andaran muncul dihadapan pemuda itu secara gaib. Sehingga Galuh Tapa mencari tempat aman untuk berbicara, sementara kerumunan orang sedang membantu kondisi Beteri Berambut Emas.''Galuh, aku sudah menyekap Raja Buray didalam kamarnya, tapi peristiwa ini
Tangisan bayi terdengar memekakkan, kalau bukan karena bayi itu adalah kunci dari rencana yang mereka bangun, sudah lama Rengkeh melemparkannya kedalam sungai.''Bawa bayi ini menjauh dari dariku! ''perintah Rengkeh kepada salah satu prajuritnya. ''Beri dia apapun agar diam, suaranya membuat telingaku sakit.''Sekarang di tempat itu hampir semua prajurit dari negeri Singunan telah berkumpul di rumah tua yang letaknya paling jauh dari pemukiman penduduk. Dibelakang rumah itu mengalir sungai deras yang beradu dengan gelombang air laut.Ini adalah rumah salah satu penduduk yang sudah lama ditinggalkan, tapi demikian bangunan itu masih terlihat kokoh. Berdiri diatas dataran tinggi, dimana lautan luas mulai mengikis dataran itu.Senopati menyiram wajah Mandare dengan semangkok air, membangunkan raja itu dari tidur lelapnya. Matanya masih berat untuk dibuka, kepalanya masih terasa sakit dikarenakan pengaruh obat tidur tersebut.Hingga beberapa saat Raja Mandare terbangun, bahwa dirinya kin
''Aku mohon jangan sakiti cucuku.''Mandare merengek dihadapan Rengkeh, ketika senopati Rengsur menggantung bayi itu disalah satu dahan pohon, sementara pedang Rengkeh mengayun-ayun untuk menebasnya.''Biarlah aku yang kalian bunuh, tapi aku mohon jangan kalian lakukan apapun kepada cucuku. ''Sambung Mandare.''Oh lihatlah dirimu, sekarang kau seperti pecundang menyedihkan yang mulia Raja Mandare, pemimpin dataran Bumi Besemah merengek seperti bayi kecil. ''Rengkeh terkekeh dengan kecil sesekali menampar wajah tua raja itu. ''Kemana amarahmu tadi? sudah aku katakan kau tidak dalam posisi mengancam Mandare.''Tidak beberapa lama kemudian, deru kuda mulai terdengar mendekati tempat itu. Rengkeh tersenyum kecil, sementara senopati Rengsur meraih bayi kecil dan meletakkannya di ujung mata pedang.''Rengkeh! ''teriak Candi Jaya dari kejauhan. ''Aku datang...! Rengkeh!''''Oh, rupanya sang harimau sudah mulai menggeram! ''ucap Rengkeh berkata kepada senopati Rengsur.''Kita lihat apakah dia
Sehingga Galuh Tapa membalas pelukan Lindang Mayang. kali ini dia tidak bisa menahan diri. Kerinduan dirinya pada sosok ibu membuat dirinya menjadi lega.Dari pelukan itu, dia bisa merasakan ibunya dahulu berada di dekapannya, tersenyum kecil meski terhalang tabir nirwana.Setelah cukup lama, Galuh Tapa melepaskan pelukannya. Maaf ibu, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan kepadamu, tapi untuk sekarang aku harus menyelamatkan raja Mandare.''''Apa yang terjadi dengan Ayahandamu? ''Lindang Mayang mulai menunjukkan wajah khawatir, dia tidak ingin sesuatu yang membahagiakan ini berganti dengan kesedihan.''Raja...sedang dalam masalah, begitu juga dengan putra Candi Jaya. ''Galuh Tapa kemudian kembali menutupi tubuhnya dengan pakaiannya. ''Sudah banyak hal terjadi selama ibu ratu tidak sadarkan diri, tapi aku akan berusaha untuk menyelamatkan mereka semua.''Setelah memberi hormat, Galuh Tapa bergegas pergi meninggalkan ruangan Lindang Mayang.''Anakku, bawa keluarga kita kembali!''ucap
Sehingga pangeran Rengkeh menunjukan senyum kecil, ketika Galuh Tapa dan Andaran tidak bergerak sedikitpun. Dia berpikir bahwa tindakan senopati Rengsur begitu cerdas.Pangeran Rengkeh mencoba berdiri, menepuk-nepuk pakaiannya yang lusuh. Lalu berjalan mendekati Galuh Tapa dengan sedikit sombong, ''Apa kau tidak mendengar perkataannya? ''dia mengancam.''Jangan dengarkan! Biarkan mereka membunuhku, selagi putraku selamat dia akan menjadi raja seterusnya! ''Candi Jaya berkata.Setelah Candi Jaya mengatakan hal itu, tiba-tiba satu tendangan keras mendarat diwajahnya. ''diam! ''bentak senopati Rengsur. Galuh Tapa menatap senopati Rengsur tanpa berkedip, ketika dia melihat celah, pemuda itu melepaskan serangan pedang pusaka Lintang Kuning dan menanggalkan pedang pria itu beserta dengan tangannya juga.AKK...!Darah menyembur ke wajah Candi Jaya, sementara Senopati Rengsur berteriak kesakitan sembari menyaksikan tangannya yang tergeletak didepan mata. ''Tidak...tidak mungkin. ''dia merata
Sudah diduga, Galuh Tapa kembali tersenyum kecil, ''tidak ada yang mulia''jawabnya datar.Raja Mandare kemudian mengelus dagunya beberapa kali, alisnya sedikit naik lalu dia memandangi istrinya yang tidak mempedulikan tindakannya, dan hanya fokus dengan wajah Galuh Tapa.''Hem...ketika aku melihat istriku telah sembuh aku sangat bersyukur, sekarang rasa syukurku bertambah besar ketika kau menyelamatkan aku dan cucuku sebagai penerus Bumi Besemah. ''Mandare lantas berpikir beberapa saat. ''Sebagai imbalannya, apa yang kau inginkan? Aku pasti akan mengabulkan semua keinginanmu.''''Tidak ada yang ku inginkan. ''Galuh Tapa kemudian menoleh kearah Kinanti, dan panglima kumbang, baru kemudian melanjutkan ucapannya. ''Aku hanya ingin yang mulia Raja mencukupi kebutuhan rakyat Jalang Pasmah dalam pengungsian mereka.''Raja Mandare terdiam sesaat, dia mengira jika saja pemuda itu meminta sesuatu yang lain seperti harta benda dan jabatan di istana, tapi ternyata dugaan pria itu keliru. Galuh
Dimalam yang berkabut itu, Galuh Tapa tidak tidur, sementara rakyat belum mengetahui apapun mengenai situasi didalam istana, yang menimpa keluarga Mandare.Mereka masih asik berteriak, melempar dadu bermain taruhan atau meminum arak sepuasnya hingga siang hari.Jika kondisi memungkinkan, besok pagi raja Mandare berencana untuk mengadakan puncak pesta, sekaligus menunjukkan cucunya kepada rakyat Bumi Besemah. Biasanya acara itu akan dipandu oleh seorang ahli spritual, atau juga ketua adat.Tujuan ritual itu agar sang bayi kelak besar dengan penuh tanggung jawab dan memiliki pribadi yang baik. Pada ritual itu juga akan dilakukan pemberian nama pada sang bayi.Malam ini, Galuh Tapa berjalan keluar kamarnya. sedangkan panglima kumbang masih asik mendengkur di depan pintu keluar, pemuda itu berjalan dengan hati-hati agar macan hitam itu tidak terusik.Sementara diluar kamar ketika Galuh Tapa keluar, masih banyak pelayan memberi hormat kepada pemuda itu, setelah melewati mereka.''Sembah ka