Home / Fantasi / Legenda Galuh Tapa / 169. Prahara Bumi Besemah 2

Share

169. Prahara Bumi Besemah 2

Author: Riyen Kaiser
last update Last Updated: 2022-12-14 10:34:02

Hingga semua orang yang mendengar perkataan Galuh Tapa barusan, menanggapinya dengan cara yang berbeda-beda, beberapa prajurit menahan sekuat tenaga untuk tidak tertawa dan mencibir pemuda itu, sementara Mandare mengerutkan kening beberapa lama.

''Aku hargai kau meperhatikan keselamatan cucuku, itu baik, sangat bagus. ''Mandare mengelus dagunya, tidak ingin tidak menunjukkan ekspresi tidak percaya kepada Galuh Tapa. ''Penjagaan kami sangat kuat, bagaimana bisa ditembus oleh orang lain?''

Galuh Tapa hanya tersenyum kecil, dia sudah sangat yakin tidak ada orang yang mempercayainya. Ya, benar, tapi pemuda itu sudah memberikan satu peringatan kepada Mandare, sebagai raja harusnya dia memikirkan hal itu.

''Kalian mungkin belum mempercayai kami, karena kami berdua tidak memiliki bukti kecuali pada saat hal itu benar-benar terjadi. ''Kinanti untuk pertama kalinya membuka suara. ''Tidak ada kewajiban untuk kalian untuk percaya atau tidak, tidak masalah. sebagai orang asing di Negeri ini kami
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Legenda Galuh Tapa   170. Prahara Bumi Besemah 3

    Candi Jaya bergegas masuk kedalam kamar diikuti dengan Galuh Tapa dan Kinanti, tapi sudah terlambat. Beteri Berambut Emas sudah tergeletak dilantai, sementara putra mereka sudah hilang, hanya menyisakan ranjang kecil yang ternoda dengan darah.''Dinda, dinda...! ''Teriak Candi Jaya sambil merangkul tubuh isterinya yang tidak sadarkan diri. ''Bangunlah dinda, aku mohon.''''Dia masih hidup ''Kinanti baru saja memeriksa denyut nadi wanita itu. ''Tapi keadaannya kritis, luka diperutnya sangat besar kita harus segera mengobatinya.''Galuh Tapa tidak menduga rencana Rengkeh dilakukan secepat ini. Ini tidak sama dengan apa yang ada dipikirannya. Bukan hanya putra Candi Jaya tapi Raja Mandare juga menjadi sasaran mereka.Tidak beberapa lama, Andaran muncul dihadapan pemuda itu secara gaib. Sehingga Galuh Tapa mencari tempat aman untuk berbicara, sementara kerumunan orang sedang membantu kondisi Beteri Berambut Emas.''Galuh, aku sudah menyekap Raja Buray didalam kamarnya, tapi peristiwa ini

    Last Updated : 2022-12-14
  • Legenda Galuh Tapa   171. Prahara Bumi Besemah 4

    Tangisan bayi terdengar memekakkan, kalau bukan karena bayi itu adalah kunci dari rencana yang mereka bangun, sudah lama Rengkeh melemparkannya kedalam sungai.''Bawa bayi ini menjauh dari dariku! ''perintah Rengkeh kepada salah satu prajuritnya. ''Beri dia apapun agar diam, suaranya membuat telingaku sakit.''Sekarang di tempat itu hampir semua prajurit dari negeri Singunan telah berkumpul di rumah tua yang letaknya paling jauh dari pemukiman penduduk. Dibelakang rumah itu mengalir sungai deras yang beradu dengan gelombang air laut.Ini adalah rumah salah satu penduduk yang sudah lama ditinggalkan, tapi demikian bangunan itu masih terlihat kokoh. Berdiri diatas dataran tinggi, dimana lautan luas mulai mengikis dataran itu.Senopati menyiram wajah Mandare dengan semangkok air, membangunkan raja itu dari tidur lelapnya. Matanya masih berat untuk dibuka, kepalanya masih terasa sakit dikarenakan pengaruh obat tidur tersebut.Hingga beberapa saat Raja Mandare terbangun, bahwa dirinya kin

    Last Updated : 2022-12-17
  • Legenda Galuh Tapa   172. Prahara Bumi Besemah 5

    ''Aku mohon jangan sakiti cucuku.''Mandare merengek dihadapan Rengkeh, ketika senopati Rengsur menggantung bayi itu disalah satu dahan pohon, sementara pedang Rengkeh mengayun-ayun untuk menebasnya.''Biarlah aku yang kalian bunuh, tapi aku mohon jangan kalian lakukan apapun kepada cucuku. ''Sambung Mandare.''Oh lihatlah dirimu, sekarang kau seperti pecundang menyedihkan yang mulia Raja Mandare, pemimpin dataran Bumi Besemah merengek seperti bayi kecil. ''Rengkeh terkekeh dengan kecil sesekali menampar wajah tua raja itu. ''Kemana amarahmu tadi? sudah aku katakan kau tidak dalam posisi mengancam Mandare.''Tidak beberapa lama kemudian, deru kuda mulai terdengar mendekati tempat itu. Rengkeh tersenyum kecil, sementara senopati Rengsur meraih bayi kecil dan meletakkannya di ujung mata pedang.''Rengkeh! ''teriak Candi Jaya dari kejauhan. ''Aku datang...! Rengkeh!''''Oh, rupanya sang harimau sudah mulai menggeram! ''ucap Rengkeh berkata kepada senopati Rengsur.''Kita lihat apakah dia

    Last Updated : 2022-12-17
  • Legenda Galuh Tapa   173. Prahara Bumi Besemah 6

    Sehingga Galuh Tapa membalas pelukan Lindang Mayang. kali ini dia tidak bisa menahan diri. Kerinduan dirinya pada sosok ibu membuat dirinya menjadi lega.Dari pelukan itu, dia bisa merasakan ibunya dahulu berada di dekapannya, tersenyum kecil meski terhalang tabir nirwana.Setelah cukup lama, Galuh Tapa melepaskan pelukannya. Maaf ibu, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan kepadamu, tapi untuk sekarang aku harus menyelamatkan raja Mandare.''''Apa yang terjadi dengan Ayahandamu? ''Lindang Mayang mulai menunjukkan wajah khawatir, dia tidak ingin sesuatu yang membahagiakan ini berganti dengan kesedihan.''Raja...sedang dalam masalah, begitu juga dengan putra Candi Jaya. ''Galuh Tapa kemudian kembali menutupi tubuhnya dengan pakaiannya. ''Sudah banyak hal terjadi selama ibu ratu tidak sadarkan diri, tapi aku akan berusaha untuk menyelamatkan mereka semua.''Setelah memberi hormat, Galuh Tapa bergegas pergi meninggalkan ruangan Lindang Mayang.''Anakku, bawa keluarga kita kembali!''ucap

    Last Updated : 2022-12-24
  • Legenda Galuh Tapa   174. Prahara Bumi Besemah 7

    Sehingga pangeran Rengkeh menunjukan senyum kecil, ketika Galuh Tapa dan Andaran tidak bergerak sedikitpun. Dia berpikir bahwa tindakan senopati Rengsur begitu cerdas.Pangeran Rengkeh mencoba berdiri, menepuk-nepuk pakaiannya yang lusuh. Lalu berjalan mendekati Galuh Tapa dengan sedikit sombong, ''Apa kau tidak mendengar perkataannya? ''dia mengancam.''Jangan dengarkan! Biarkan mereka membunuhku, selagi putraku selamat dia akan menjadi raja seterusnya! ''Candi Jaya berkata.Setelah Candi Jaya mengatakan hal itu, tiba-tiba satu tendangan keras mendarat diwajahnya. ''diam! ''bentak senopati Rengsur. Galuh Tapa menatap senopati Rengsur tanpa berkedip, ketika dia melihat celah, pemuda itu melepaskan serangan pedang pusaka Lintang Kuning dan menanggalkan pedang pria itu beserta dengan tangannya juga.AKK...!Darah menyembur ke wajah Candi Jaya, sementara Senopati Rengsur berteriak kesakitan sembari menyaksikan tangannya yang tergeletak didepan mata. ''Tidak...tidak mungkin. ''dia merata

    Last Updated : 2023-02-14
  • Legenda Galuh Tapa   175. Prahara Bumi Besemah 8

    Sudah diduga, Galuh Tapa kembali tersenyum kecil, ''tidak ada yang mulia''jawabnya datar.Raja Mandare kemudian mengelus dagunya beberapa kali, alisnya sedikit naik lalu dia memandangi istrinya yang tidak mempedulikan tindakannya, dan hanya fokus dengan wajah Galuh Tapa.''Hem...ketika aku melihat istriku telah sembuh aku sangat bersyukur, sekarang rasa syukurku bertambah besar ketika kau menyelamatkan aku dan cucuku sebagai penerus Bumi Besemah. ''Mandare lantas berpikir beberapa saat. ''Sebagai imbalannya, apa yang kau inginkan? Aku pasti akan mengabulkan semua keinginanmu.''''Tidak ada yang ku inginkan. ''Galuh Tapa kemudian menoleh kearah Kinanti, dan panglima kumbang, baru kemudian melanjutkan ucapannya. ''Aku hanya ingin yang mulia Raja mencukupi kebutuhan rakyat Jalang Pasmah dalam pengungsian mereka.''Raja Mandare terdiam sesaat, dia mengira jika saja pemuda itu meminta sesuatu yang lain seperti harta benda dan jabatan di istana, tapi ternyata dugaan pria itu keliru. Galuh

    Last Updated : 2023-02-16
  • Legenda Galuh Tapa   176. Prahara Bumi Besemah 9

    Dimalam yang berkabut itu, Galuh Tapa tidak tidur, sementara rakyat belum mengetahui apapun mengenai situasi didalam istana, yang menimpa keluarga Mandare.Mereka masih asik berteriak, melempar dadu bermain taruhan atau meminum arak sepuasnya hingga siang hari.Jika kondisi memungkinkan, besok pagi raja Mandare berencana untuk mengadakan puncak pesta, sekaligus menunjukkan cucunya kepada rakyat Bumi Besemah. Biasanya acara itu akan dipandu oleh seorang ahli spritual, atau juga ketua adat.Tujuan ritual itu agar sang bayi kelak besar dengan penuh tanggung jawab dan memiliki pribadi yang baik. Pada ritual itu juga akan dilakukan pemberian nama pada sang bayi.Malam ini, Galuh Tapa berjalan keluar kamarnya. sedangkan panglima kumbang masih asik mendengkur di depan pintu keluar, pemuda itu berjalan dengan hati-hati agar macan hitam itu tidak terusik.Sementara diluar kamar ketika Galuh Tapa keluar, masih banyak pelayan memberi hormat kepada pemuda itu, setelah melewati mereka.''Sembah ka

    Last Updated : 2023-02-19
  • Legenda Galuh Tapa   177 Prahara Bumi Besemah 10

    Terdengar tawa kecil dari mulut Candi Jaya, sebuah ejekan yang merendahkan musuhnya. Dia lantas berjongkok, memandangi wajah senopati Rengsur yang gelap dan kusut dan kemudian berbisik pelan, ''Aku tidak akan membunuhmu, tapi jika kau ingin mati aku yakin kau bisa melakukannya sendiri.'' Candi Jaya sengaja tidak menutup mulut senopati Rengsur alasannya sangat sederhana: Jika Rengsur tidak bisa bertahan di penjara ini, maka jalan kematian paling mudah dengan menggigit lidahnya hingga putus. Menyadari prajurit dari Singunan besemah itu tidak berniat melakukan bunuh diri, Candi Jaya tertawa kecil kemudian memainkan lilitan rantai yang menggelung di sekujur tubuh senopati itu. ''Sebenarnya aku tidak mempunyai urusan dengan kalian berdua, untuk saat ini aku berharap kalian mati dan membusuk didalam penjara. ''Candi Jaya mengarahkan obornya ke wajah pangeran Rengkeh, kemudian menyipitkan mata. ''Tapi pemuda yang kubawa memiliki maksud lain, jika tidak ingin ada siksaan yang lebih berat ma

    Last Updated : 2023-02-22

Latest chapter

  • Legenda Galuh Tapa   244. Dengan Terpaksa

    "Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua

  • Legenda Galuh Tapa   243. Markas Negri Singunan

    Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe

  • Legenda Galuh Tapa   242. Musuh Mengaku Kalah

    "Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru

  • Legenda Galuh Tapa   241. Perang Pasmah 3

    Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam

  • Legenda Galuh Tapa   Perang pasma 2

    "Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan

  • Legenda Galuh Tapa   239. Perang Pasmah

    Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele

  • Legenda Galuh Tapa   238. Bersiap, Musuh Datang.

    Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.

  • Legenda Galuh Tapa   237. Pada Batasnya

    Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j

  • Legenda Galuh Tapa   236. Kekalahan Janggala

    Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa

DMCA.com Protection Status