Galuh Tapa menangkap tidak ada kebohongan dari ucapan pangeran Rengkeh, pantas saja saja dia tidak bisa memecahkan simbol-simbol di kepala pria itu, rupanya Kelabang Iblis telah menjaganya.''Bagaimana cara menutupnya?''''Dengan kunci! ''timpal Rengkeh. ''Tapi kunci itu selalu berada pada dirinya, akan sulit mengambil kunci dari Kibujang Sare. Kalian harus merebut kunci itu dari tangannya sendiri, dan kalian tentu tahu kekuatan dia, lebih besar dua kali lipat dari dirimu.''Pangeran Rengkeh memonyongkan bibir bengkaknya ke arah Galuh Tapa.''Bagaimana bentuknya? ''Galuh Tapa mengelus dagunya.''penutup wajahnya, itu adalah penutup gerbang yang ada ditempat kegelapan.''''Tunggu, maksudnya dia bertopeng?''Candi Jaya tidak percaya, tidak pernah mendengar kunci berbentuk seperti itu. ''Apa kau mencoba berbohong...''''Tidak! ''Rengkeh mengeraskan suaranya. ''Maaf, tapi itu kenyataan yang sebenarnya.''Galuh Tapa terdiam beberapa saat, kemudian tidak ada jalan lain selain bertarung langs
Galuh Tapa mengerti hal itu, tapi bukan sebuah masalah, karena beberapa orang di Negeri Jalang Pasma juga ada yang belum pernah terjun di medan perang.Kemudian Raja Mandare mengeluarkan sebuah kitab berwarna hitam, yang baru saja diserahkan oleh Hulubalang. Kitab itu tidak begitu tebal seperti buku-buku yang dia baca di perpustakaan mungkin ada sekitar seratus halaman atau lebih.''Ini kitab yang telah disimpan selama ratusan tahun, kitab ini adalah berisi tentang strategi perang yang telah dibuat oleh leluhur ibumu.''Hingga kemudian Galuh Tapa beranjak dari tempat duduknya dan mendekati ayahnya dengan mata berbinar-binar.''Didalamnya terdapat puluhan strategi dalam berperang. Bumi Besemah tidak pernah menggunakan kitab ini. Tapi sepertinya takdir dari kitab ini menjadi milikmu, gunakanlah dengan bijak dan ambilah apa yang telah diambil dari negerimu. Aku yakin kau mampu membawa kedamaian, karena kau adalah orang yang terpilih.''Galuh Tapa hampir menangis ketika mendengar perkataa
Galuh Tapa sudah menyiapkan beberapa hal yang dibutuhkan untuk kembali lagi Bumi Besemah. Ratu Lindang Mayang telah meminta pelayan untuk menyiapkan satu kereta kuda perbekalan yang diperlukan.Tapi pada akhirnya, pemuda itu tidak berniat membawa apapun.''Perjalananmu sangat jauh nak, kenapa kau tidak ingin membawa bekal? ''Lindang Mayang terlihat heran dengan sikap Galuh Tapa.''Tidak ibu, itu akan sangat merepotkan.''Kali ini Galuh Tapa tidak berniat melakukan perjalanan melewati daratan, akan butuh waktu beberapa hari untuk tiba di dataran Pasmah. Dia memutuskan untuk terbang.Jadi dia sudah meminta beberapa pelayan untuk menyiapkan sebuah alat untuk mengangkut panglima kumbang, mungkin sebuah gerobak atau kotak besar.Ratu Lindang Mayang tidak berkata lebih lanjut, melainkan menyodorkan sebuah baju perang yang berwarna merah tua dengan ukiran kuning ke emasan di bagian lengannya.''Ini adalah pakaian dari leluhurmu, digunakan ketika negeri Benua Keling menghadapi peperangan pul
Kinanti sangat setuju, dia mungkin sudah banyak kehilangan energi, memulihkan tenaga yang telah banyak terkuras butuh waktu beberapa hari agar energi itu kembali stabil kembali. Tapi yang penting adalah memulihkan perutnya yang selalu meronta.''Ini adalah ayam bakar ukuran besar. ''Kinanti memainkan moncong panglima kumbang yang terlihat sangat kesal. ''Ini bagianku, kau ambil ayam bakar yang ini. ''Gadis itu menyodorkan satu ayam bakar yang ukurannya lebih kecil dari miliknya, nyaris paling kecil diantara ayam bakar yang lain.''Bubur Tiran. ''Galuh Tapa mengeluarkan semangkok besar bubur itu. ''Ini lebih nikmat dari pada ayam bakar milik kalian.''''Gheer'' Panglima Kumbang mengejek.''wele-wele, itu karena kau pilih-pilih kumbang. ''Galuh Tapa balas mengejek.''GHeer...''***Ketika malam hari, panglima kumbang sudah terlebih dahulu tidur dan mendengkur. Galuh Tapa merebahkan kepalanya pada perut macan hitam itu, kemudian diikuti Kinanti disisi berlawanan.Mereka memandangi langit
''Mari semuanya masuk kedalam!" Jaya Negara kembali mengajak sesepuh untuk melanjutkan diskusi mereka.Namun tidak ada kursi yang yang dapat diduduki Galuh Tapa didalam ruangan itu, semua kursi hanya cukup untuk para jumlah sesepuh dan petinggi kerajaan.''Galuh, silakan duduk di kursiku! ''Bagas Sanjaya meminta pemuda itu untuk duduk, tapi Galuh Tapa menolaknya. Dia hanya berdiri sementara semua pasang mata memandangi dirinya tanpa berkedip, seolah tidak percaya dengan keberhasilan pemuda itu.Kinanti tidak berniat memasuki ruangan itu, dia tidak suka berdebat dengan orang-orang yang keras kepala. Jadi gadis itu telah pergi lebih dahulu bersama panglima kumbang menuju tenda perguruan Teratai Putih."Aku akan membagi kelompok para pendekar beserta prajurit kerajaan." Jaya Negara mulai menandai dua lingkaran pada kertas lebar didepan meja bundarnya.''Sekitar ratusan pendekar harus mengawal perjalanan rakyat ke dataran Bumi Besemah, mencukupi dan melindungi hampir lima ribu rakyat kit
Namun kemudian ada beberapa orang lagi mendekati tenda itu.''Aku akan ikut bersamamu!'' Tiran Putih terkekeh kecil saat mengatakannya. ''Aku tidak ingin mati ditempat ini, lebih baik mati dalam medan petempuran.''Sehingga Galuh Tapa tersenyum kecil melihat keadaan pria itu, lalu dia menundukkan kepala untuk memberi penghormatan, tapi orang tua itu menepiskan tangannya. ''Kau adalah pemimpin kami saat ini, tidak perlu ada formalitas lagi''''Kanda Galuh, aku akan ikut pula besrsamamu.'' Kinanti membawa dua temannya yang lain, Cagar Alam dan Selasih. Tidak! Bukan dua tapi tiga, Panglima kumbang juga harus di perhitungkan.''Hanya sekitar ratusan lebih.'' Bagas Sanjaya tersenyum pahit, ketika dia mengetahui lebih banyak pengecut di Pasma Lebar.''Tidak masalah, lebih baik membawa seratus orang pemberani dari pada membawa seribu orang pengecut.''''Apa nama kelompok ini?'' Tanya Rangga Rajasa.''Apa?'' Sahut Bagas Sanjaya.''Kita harus punya nama yang bisa di ingat!'' Rangga Rajasa mel
"Kita akan mempelajari situasinya ketika berada di wilayah itu.'' Galuh Tapa tersenyum penuh arti. ''Tempat itu merupakan pemasok beras bagi desa-desa lain yang dikuasai pasukan Kelabang Iblis."Mengurangi jatah makan mereka, sama dengan mengurangi kekuatan musuh,'' Tiran Putih terkekeh kecil, satu-satunya orang yang mengerti maksud Galuh Tapa.Tentu saja hal yang dikatakan Tiran Putih adalah benar. Di dalam perang musuh yang tidak bermartabat akan mati tanpa makanan, tapi orang yang tidak bermartabat tidak akan mati di karenakan sudah biasa menghadapi situasi genteng seperti itu. Sementara kuda melaju dengan cepat menyelusuri jalan itu. Rumput-rumput yang tumbuh sepanjang badan jalan terpaksa harus layu setelah dua jam kaki kuda mematahkan mereka.Hingga sesekali Galuh Tapa melirik pasukan yang dia pimpin, menanyakan pada diri sendiri akankah yang dia lakukan benar.Namun kemudian kemantapan dalam jiwanya kembali bergelora, dan ketika saat ini mereka menemukan puluhan mayat yang mul
Sangat jelas, tembok itu di kelilingi dengan rumah-rumah yang nyaris hancur tanpa tersisa, kecuali rumah dalam tembok yang berukuran besar dan kecil."Matamu sangat tajam.'' Pria itu memuji Galuh Tapa. "Didalam anggotaku, hanya aku yang dapat melihat markas Kelabang Iblis itu dari bukit ini.''Tempat yang di katakan Galuh Tapa tersebut lumayan jauh jika di lihat dari bukit ini. Bagas Sanjaya sudah berusaha menajamkan pandangan matanya, menyipit dan melotot, tapi dia tidak bisa melihat satu bentuk bangunan yang mereka berdua katakan. hal itu membuat ia sangat kesal."Aku sudah pernah melihat langsung markas itu," Pria melanjutkan. ''Ada sekitar lima ratus prajurit yang berada didalam tembok. Mereka memperkerjakan wanita desa menanam padi dan ubi-ubian. Kemudian memaksa pria membangun bangunan tembok.''''Dalam radius empat hari perjalanan, markas itu paling penting di wilayah ini." Sunting Sirih memberanikan diri suara, ''karena mereka memiliki pusat makanan yang paling melimpah. Padi