Home / Fantasi / Legenda Galuh Tapa / 244. Dengan Terpaksa

Share

244. Dengan Terpaksa

Author: Riyen Kaiser
last update Last Updated: 2023-12-05 20:15:39

"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina.

"Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa.

"Negri Singunan memberi informasi

mengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah."

"Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan.

"Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya.

"Ah, aku belum pernah mengenal nama

pangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya.

"Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku."

"Benarkah?"

"Ya, aku akan menemui tabib itu besok

pagi" Ringgina tersenyum kecil, meski dia

tidak begitu yakin dapat meminta sang

tabib untuk membua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Dicky Foe
tanggung baca setengah2
goodnovel comment avatar
Dicky Foe
gak ada update lagi apa
goodnovel comment avatar
irul magelang
terusan ya mana
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Legenda Galuh Tapa   Kehancuran Desa Luang Nyawa

    Desa Luang Nyawa begitu aman dalam beberapa tahun terakhir, tapi hari ini desa itu menjadi lautan darah. Terjadi pertarungan besar di desa itu yang melibatkan beberapa pendekar hebat.Entah sudah berapa banyak rumah terbakar karena pertarungan mereka? atau berapa banyak warga yang terkena imbas dari pertarungan tersebut.Kehancuran desa itu, merupakan buah dari keterlibatan mereka menyembunyikan seorang pendekar yang memegang pedang Lintang Kuning, yaitu pendekar Aji Bakas.Galuh Tapa, seorang pemuda yang merupakan sahabat karib Aji Bakas, lahir dan besar di Desa tersebut, melakukan perlawan terhadap Pendekar Aliran Sesat dari perguruan Naga Hitam yang dimpimpin oleh Gambir Rimba. Walaupun saat ini, ilmu kanuragan yang dimilikinya tidak sehebat Aji Bakas."Serahkan Pedang Lintang Kuning itu!" salah satu dari aliran hitam mengancam, "Atau kau akan mati!"Aji Bakas kini berwajah pucat, sesekali dia menatap wajah Galuh Tapa yang berdiri tepat di depanny

    Last Updated : 2022-01-13
  • Legenda Galuh Tapa   Jenazah Yang Kembali Hidup

    Beberapa hari telah berlalu.Di tepi muara sungai yang tenang, terlihat seorang pria muda sedang mencari ikan dengan menggunakan pancing.Sudah dari pagi hari tidak ada satu ikanpun yang menyambar umpannya, membuat pemuda itu mulai kesal.Namun tak lama kemudian, matanya menangkap sosok tubuh di tepian muara dalam ke adaan terlungkup tak bergerak."Apa itu mayat?" gumam pemuda itu.Segera dia melepaskan pancingnya, berlari ke arah -yang dikiranya mayat-, lalu memeriksa denyut nadi di tangan kanan."Pemuda ini masih hidup," gumam dirinya.Dia segera memanggil orang untuk membantunya membawa tubuh malang itu pulang ke gubuk yang terletak tidak jauh dari muara ini.Pemuda yang dimaksud tidak lain adalah Galuh Tapa. Ditangannya masih ada pedang Lintang Kuning yang dicengkram begitu kuat, meski kondisi tubuhnya sudah tidak sadarkan diri, atau dipenuhi oleh banyak luka yang parah.Pemuda penolong dikenal dengan nama Arya

    Last Updated : 2022-01-13
  • Legenda Galuh Tapa   Tekad Galuh Tapa

    Setelah beberapa hari kemudian Galuh Tapa berpamitan meninggalkan rumah Arya."Kau sudah banyak membantuku, Arya. Namun saat ini aku belum dapat membalas budi baikmu-""Jangan pikirkan hal itu," potong Arya seraya tersenyum kecil. "Pergilah temui Ki Santa, jika suatu hari nanti ada sebuah kesempatan, datanglah ke sini lagi.""Pasti," jawab Galuh Tapa, "Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku, meskipun kita baru saja saling mengenal.""Pergilah saudaraku!' ucap Arya lagi, seraya memeluk tubuh Galuh Tapa dan menepuk pundaknya beberapa kali. "Capailah apa yang menjadi tujuanmu, dan berjuanglah!"Pada akhirnya Galuh Tapa melangkahkan kaki meninggalkan rumah pemuda yang telah menolongnya.Di dalam hati pemuda itu, bertekad akan kembali lagi ke desa ini untuk membalas budi baik Arya yang telah menyelamatkan hidupnya.Seorang lelaki harus memiliki prinsip yang kuat, dan prinsip hidup Galuh Tapa adalah balas budi.Dengan bermoda

    Last Updated : 2022-01-13
  • Legenda Galuh Tapa   Ujian Tahap Awal

    Ki Santa masih tersenyum tipis melihat tindakan yang dilakukan oleh Galuh Tapa, dia ingin melihat apakah pemuda itu sanggup menarik pedang di batang lehernya sendiri.Namun, rupanya Galuh Tapa tidak main-main dengan ucpannya, tangannya mulai menarik pedang itu, hingga setetes darah telah keluar dari luka yang dia buat.Ketika Galuh Tapa menutup mata, dan ingin membuktikan kepada Ki Santa bahwa tekadnya begitu kuat, pria tua itu segera menghentikan tangan Galuh Tapa."Cukup, hentikan!" ucap Ki Santa, "Kau sudah menunjukan kebulatan tekad, memang benar aku menginginkan kehidupanmu, tapi bukan nyawamu."Galuh Tapa menatap Ki Santa dengan penuh makna, ada banyak pertanyaan di benaknya, yang tidak dapat diungkapkan satu persatu."Menyerahkan hidupmu padaku, bukan berarti kau harus mati, anak muda," ucap Galuh Tapa. "Tapi pemaknaan yang lebih dalam, aku ingin membuat dirimu tunduk pada aturanku, tunduk pada semua perintah dan nasehat yang akan kuajarkan

    Last Updated : 2022-01-13
  • Legenda Galuh Tapa   lembah Putih

    Galuh Tapa melanjutkan latihan selanjutnya. Dengan keyakinan keras pemuda ini berlatih ''Kamu harus berlatih didalam sungai yang ada dilering bukit ini,''ucap Ki Santa. ''Baik Eyang Guru, aku akan berlatih.''jawab Galuh Tapa dengan semangat. Setelah itu Galuh Tapa menuju sungai itu,dengan rasa semangat dia menuruni lereng bukit. Pemuda ini melihat air yang begitu deras dengan warna air yang kebiru- biruaan. ''Gumam Galuh Tapa, apakah aku mampu masuk kedalam air yang begitu deras, yang nampak begitu dalam. Pemuda ini penuh keraguan yang begitu mendalam. Namun Galuh Tapa tetap masuk kedalam air itu ,lalu berenang beberapa depa kedalam air, pemuda ini tersiret terbawa arus sungai yang deras. Tubuhnya terhanyut oleh deras nya air sungai. Setelah pemuda ini sampai di tepi sungai, dia berdiri lalu keluar dari sungai. Dengan wajah nampak begitu pucat dan tubuhnya menggigil kedinginan. ''Galuh,anak muridku carilah sungai yang air nya yang agak tenang ,nanti jika kamu berha

    Last Updated : 2022-05-09
  • Legenda Galuh Tapa   Tekat Galuh Tapa

    Didalam lamunan Galuh Tapa teringat akan temannya yang telah telah meninggal oleh pendekar aliran hitam.Dia bertekad untuk membalaskan dendam Aji Bakas dan penduduk desa Luang Nyawa yang telah dibantai oleh sekte Naga Hintam.Kemudian Galuh Tapa mencoba mengeluarkan ajian yang dimilikinya. Ajian Rentak Bumi dikeluarkan Galuh Tapa , ajiannya terarah kepada batang besar yang dihadapan matanya.Ajian Rentak Bumi menghantam bantang lalu tebakar,walaupan ajian yang dimiliki belum memasuki level tinggi.Ki Santa melihat ajian yang dipakai anak muridnya sembari dia sangat terkejut, karna ajian Rentak Bumi hanya Ki Santa dan Ki Ulung yang memiliki ajian itu."kenapa kamu bisamemiliki ajian Rentak Bumi? "tanya Sang Guru kepada GaluhTapa. Ajian Rentak Bumi diberikan Eyang Guru,yang bernama Ki Ulung."jawab Galuh Tapa dengan lirih.Setelah mendengar jawaban seoarang murid, Ki Santa merasa senang sembari tersenyum tipis dari bibirnya. Ki Santa menceritakan bahwa Ki Ulung adalah adek sepeg

    Last Updated : 2022-05-09
  • Legenda Galuh Tapa   Memecahkan Misteri

    Setelah satu tahun berlalu, beberapa orang penduduk desa mendatangi tempat Ki Santa berdiam, dengan napas terhela-hela diantara mereka menceritakan, bahwa didesa tempat mereka tinggal terjadi wabah yang megerikan. Membuat penduduk jatuh sakit, karna air sungai yang mereka minum bayak membuat penduduk terkena wabah. Seiring waktu menjelang mlam, mereka bermalam di gubuk reot itu, entah apa yang membuat mereka datang menemui tempat Ki Santa, mereka meminta tolong, untuk mendatangi penduduk desa lalu mengobatinya. Ki Santa dan Galuh Tapa mendengar akan hal itu, mereka akan mengobati penduduk desa Kerinjing, bahkan akan mencari tahu sebab datangnya wabah di kampung itu. Keesokan hari mereka turun dari bukit tengkorak, Galuh Tapa dan Ki Santa memakai ilmu meringankan tubuh, mereka semua saling memegang tangan sembari terbang melayang, tidak memakan waktu lama mereka akan sampai di desa Kerinjing. Setelah sampai didesa itu Galuh Tapa dan Ki Santa terkejut melehat prahara yang me

    Last Updated : 2022-05-10
  • Legenda Galuh Tapa   Jiwa Pedang Pusaka

    Setelah beberapa tahun berlalu Galuh Tapa terus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya, dengan rajin pemuda ini selalu berlatih walaupun tanpa ada paksaan dari seorang guru. Bagaikan sebuah pohon besar, semakin tinggi tentu semakin deras angin menerpa, keinginan dan hasrat seorang pendekar harus memiliki jiwa kesatria, agar kelak mampu melawan aliran hitam yang bertindak sewenang-wenang. "Galuh, kenapa kamu tidak berlatih memaikan pedang Lintang Kuning, ku lihat kamu hanya memandang dan tidak mau mencabut pedang itu dari sarungnya.''ucap Ki Santa. "Jika melihat pedang ini aku teringat akan temanku,dan pendang ini belum bisa kukuasai, karna belum terpikir olehku untuk mempelajari pendang ini."jawab Galuh Tapa. "Kalau kamu tidak mempelajari pedang itu, kapan kamu akan mengusai pedang itu,bukankah pendang ini jadi incaran aliran hitam."ucap Ki Santa sembari memberi masukan. Galuh tapa hanya menganggukkan kepalah dan memikirkan perkataan gurunya itu memang ada benarnya.

    Last Updated : 2022-05-12

Latest chapter

  • Legenda Galuh Tapa   244. Dengan Terpaksa

    "Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua

  • Legenda Galuh Tapa   243. Markas Negri Singunan

    Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe

  • Legenda Galuh Tapa   242. Musuh Mengaku Kalah

    "Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru

  • Legenda Galuh Tapa   241. Perang Pasmah 3

    Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam

  • Legenda Galuh Tapa   Perang pasma 2

    "Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan

  • Legenda Galuh Tapa   239. Perang Pasmah

    Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele

  • Legenda Galuh Tapa   238. Bersiap, Musuh Datang.

    Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.

  • Legenda Galuh Tapa   237. Pada Batasnya

    Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j

  • Legenda Galuh Tapa   236. Kekalahan Janggala

    Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa

DMCA.com Protection Status