Bagaikan sebuah pohon besar, semakin tinggi tentu semakin deras angin menerpa, keinginan dan hasrat seorang pendekar harus memiliki jiwa kesatria, agar kelak mampu melawan aliran hitam yang bertindak sewenang-wenang.
"Galuh, kenapa kamu tidak berlatih memaikan pedang Lintang Kuning, ku lihat kamu hanya memandang dan tidak mau mencabut pedang itu dari sarungnya.''ucap Ki Santa.
"Jika melihat pedang ini aku teringat akan temanku,dan pendang ini belum bisa kukuasai, karna belum terpikir olehku untuk mempelajari pendang ini."jawab Galuh Tapa.
"Kalau kamu tidak mempelajari pedang itu, kapan kamu akan mengusai pedang itu,bukankah pendang ini jadi incaran aliran hitam."ucap Ki Santa sembari memberi masukan.
Galuh tapa hanya menganggukkan kepalah dan memikirkan perkataan gurunya itu memang ada benarnya.
Ki Santa banyak mengtahui tentang pedang yang ada pada anak muridnya, lalu dia menceritkan tentang pedang Lintang Kuning, karna dia pernah mendengar tentang pedang itu, yang dimiliki pendekar hebat sakti mandraguna dikala itu.
Pendang Lintang Kuning mempunyai kesaktiaan yang luar biasa, karna pedang pusaka lintang kuning, bukan sembarangan pedang , dia memiliki jiwa.
Namun pedang pusaka Lintang Kuning, bisa menyedot energi tenaga penggunanya, karna jiwa yang ada dipedang itu belum bisa menyatu, pada orang yang memegang pedang itu.
Galuh Tapa masih ragu untuk mempelajari pedang pusaka Lintang Kuning, nampak dari raut wajah pemuda itu yang cemas.
Galuh Tapa dengan teliti memandang pendang pusaka Lintang Kuning yang ada ditangan nya, pemuda ini belum berani mencabut pedang itu dari sangkarnya.
Pedang pusaka Lintang Kuning memancarkan aura yang begitu kuat, terasa saat Galuh Tapa memegang pedang itu.
Galuh Tapa benar-benar nampak kayak orang kebingungan, karna pemuda ini belum pernah belajar memainkan teknik pedang,apalagi pedang pusaka Lintang Kuning.
Ki Santa melihat raut wajah Galuh Tapa, dengan kepolosannya, "Kenapa anak muridku kau nampak begitu bingung, apa yan kau pikirkan , ''tanya Ki Santa dengan rasa ingin tahu. ''sebenarnya aku ingin memainkan pedang ini, akan tetapi aku belum bisa memainkan teknik pedang. "jawab Galuh Tapa dengan lirih. Dengan bantuan seorang guru, akhirnya Galuh Tapa mau mempelajari ilmu pedang, dan pemuda ini berniat untuk memainkan pedang pusaka Lintang Kuning.Tanpa ragu-ragu Galuh Tapa membuka sarung pedang pusaka lintang Kuning.
Galuh tapa memegang gagang pedang itu, dengan perlahan lalu membuka pedang pusaka Lintang Kuning ,terpancar cahaya ke emasan yang menyilaukan mata, pemuda itu menyipitkankan kedua belah matanya, untuk menahan pancaran pedang itu.
Setelah itu Galuh Tapa mulai mengayunkan pedang itu, dengan rasa penasaran pemuda ini menebaskan pedang kearah kayu besar, hingga kayu itu putus terbelah dua, kena mata pedang pusaka Lintang Kuning.
''Sungguh luar biasa pedang ini, dengan satu tebasan langsung terbelah,dan kalau pedang ini megenai tubuh orang biasa, tentu akan membuat tubuhnya hancur. "Gumam Galuh Tapa seraya melihat pedang.
Setelah tiga puluh menit memaikan pedang, Galuh Tapa mulai merasakan aura pedang yang begitu kuat, pedang Lintang Kuning menyerap energi dari tubuh lelaki itu.
Sementara itu lengan tangan Galuh Tapa mulai bergetar menahan pedang itu, lelaki ini mulai merasakan keringat dingin keluar dari tubuhnya.Kini tangan kirinyapun membantu memegang gagang pedang pusaka Lintang Kuning, pedang itu mulai menyerap tenaga anak itu.
Jiwa yang ada dalam pedang Lintang Kuning, belum bisa menyatu dengan tubuh Galuh Tapa, pemuda ini menahan tarikan jiwa pedang.Sekarang pedang itu mengendalikan Galuh Tapa, tubuhnya mulai terhempas kepohon besar yang ada dibelakangnya, tetapi dia tetap bertahan,lalu dia terhantam kebatu, kini sekujur tubuhnya mengalami luka lecet, dengan gaga dia bertahan, karna dia ingin mengusai jiwa pedang itu.
"Teriak Ki Santa, "cepat masukkan pedang itu dalam berangka, kalau tidak seluruh energimu akan dihisap pedang, dan pedang itu akan membabi buta.
Mendengar ucapan seorang guru, pemuda ini langsung memasukan pedang lintang Kuning dalam sangkarnya, karna sebagai murid tentu dia menuruti perkataan sang guru, walaupun anak ini masih ingin tetap mengusai pedang itu.
Nampak dari raut wajah Galuh Tapa, yang begitu lelah menahan pedang tadi, napasnya pun tersekal-sengkal.
Namun Galuh Tapa melanjutkan latihan lagi. Latiahan kali ini tidak memakai pedang, hanya memainkan sebuah tongkat dari kayu.
Tongkat itu mulai memutar, kadang kekiri, kekanan bahkan kedepan, dengan memainkan jari-jari tangan.
Memang sekil pemuda ini sangat luar biasa, Galuh Tapa memang pemuda yang berbakat, segalah sesuatu yang dicernanya mudah terserap.
Galuh Tapa bekerja keras hari ini sampai menjelang sore dia tetap berlatih mengasa kemampuannya.
"Anak muridku, hari ini sudah sore dan akan menjelang malam sebaiknya kau istirahat dan lanjutkan lagi esok pagi".
Sebenarnya Galuh Tapa masih sanggup untuk melanjutkan latihan sampai tengah malam, akan tetapi menuruti perintah seorang guru merupakan prioritas paling utama.
Akhirnya Galuh Tapa menghentikan latihannya dan membersihkan diri.
Setelah malam tiba seketika mereka berdua menyantap makanan, dengan rasa letih Ki Santa lebih dahulu tidur, karna mungkin hari ini membuat dirinya merasa lelah akan pekerjaannya.
Semetara itu Galuh Tapa beranjak pergi meninggalkan Ki santa yang sedang tidur pulas, pemuda ini duduk diatas pance yang terbuat dari bambu, sembari di temani singkung rebus dan secangkir air putih hangat.
Malam itu bulan bersinar cukup terang, ada banyak bintang yang terlhat dilangit, menerangi jagat semesta.
Setelah satu jam menikmati udara malam, Ki Santa membangun dari tidurnya, menemani Galuh Tapa yang duduk sendiri diluar gubuk.
"Bagaimana dengan lukamu,dan apa yang kamu rasakan saat memainkan pedang litang kuning? ucap Ki Santa
"Ini hanya luka gures, pedang itu membuat saya begetar dan pedang ini belum bisa saya kuasai Eyang Guru." jawab Galuh Tapa.
"Itu karena kau terlalu bebas dari diri, perlahan-lahan engkau akan terbiasa
dengan semua itu." sambung Ki Santa.''Jika ingin cepat mengusai pedang lintang Kuning, kau harus fokus kepedang itu, karna jiwa dalam pedang itu harus menyatu denganmu dan jangan dipaksan."Ucap Ki Santa dengan memberi semangat.
Galuh Tapa hanya mendengarkan dan menyerap perkatan seorang guru, mereka masuk kegubuk lalu beristirahat, karna hari larut malam.
Di pagi hari yang cerah sinar matahari mulai membentang.Galuh Tapa melanjutkan latihan, sebelelum latihan pemuda ini seketika melakukan pemanasan untuk menghangatkan suhu tubuh. Kali ini Galuh Tapa mengeluarkan pedang dari sarungnya, nampak terpancar cahaya keemasan dari pedang Lintang Kuning. Galuh Tapa mulai memainkan pedang pusaka Lintang Kuning, pemuda ini memakai ilmu meringankan tubuh, dia melompat diatas dedaunan dan turun kebawa menghunuskan pedang itu ketanah, lalu terbang melayang diatas pohon besar dan dengan sedikit mengibaskan pedang kedaun-daun yang ada dipohon itu, daunpun jatuh bertaburan ditanah. Setelah beberapa menit memaikan pedang pusaka Lintang Kuning,Galuh Tapa mulai merasakan hisapan energi pedang itu, seketika pemuda ini teringat ucapan seorang guru,dan dia tidak mau lagi memaksakan diri untuk mengusai pedang itu.Jadi pemuda itu langsung memasukan pedang pusaka Lintang Kuning kedalam sarungnya.Galuh Tapa menghentikan latihan sejenak dan menemui Sa
Setelah menyelesaikan masalah didesa Langur, Galuh Tapa meninggalkan desa itu, kini dia melanjutkan perjalanannya.Didalam perjalanannya Galuh Tapa tidak memakai ilmu yang dimilikinya, pemudah ini hanya berjalan kaki untuk menuju kerajaan Fasma Lebar.Namun sebelum sampai kekerajan itu, Galuh Tapa harus melalui beberpa desa, dari kejauhan sudah nampak suatu desa kecil, dia langsung mengarah berjalan kedesa yang telah terlehat.Ketika hendak sampai kedesa ,Galuh Tapa dihadang oleh seorang yang berkulit hitam yang berbadan kekar dengan raut wajah yang nampak garang."Mau kemana kisanak, pria ini sembari memegang pinggang. "ucap pria itu dengan nada membentak. "Aku hanya ingin pergi kedesa itu."ucap Galuh tapa dengan lirih.Pria berbadan kekar itu, maju mendekati Galuh Tapa dengan melinggangkan tangan, seakan-akan ingin memperlihatkan kegagahannya.Sementara itu Galuh Tapa tetap tenang, pria kekar itu seraya melhat pedang Lintang Kuning yang disandang anak muda itu." Pedangmu sang
Perjalanan Galuh Tapa kali ini di temani Serampang Hitam, dia adalah sahabatnya, walaupun mereka belum lama saling kenal tapi mereka sahabat baik.Kedua pemuda ini berjalan melangkahkan kakinya untuk menolong orang yang yang membutuhkan bantuan mereka. Didalam perjalanan dua pemuda ini terhalang oleh kabut hitam yang tebal hingga pandangan mereka tidak jelas, hanya beberapa meter akibat kabut tebal itu.Galuh Tapa dan Serampang Hitam tetap melangkahkan kaki untuk menuju suatu desa.Namun dilalam perjalanan mereka melalui hutan yang lebat, tiba-tiba mereka dihadang oleh tiga puluh orang yang memakai topeng yang nampaknya dari aliran klan hitam." mau kemana kalian, "ucap orang bertopeng dengan menujuk kearah dua pemuda itu. "Kami mau kesuatu desa" ucap Serampang Hitam dengan santai.melihat kedua pemuda ini,orang bertopeng langsung mengepung sembari mau menyerang Galuh Tapa dan Serampang Hitam.Sementara dua pemuda ini juga, sudah siap untuk menyerang,pemimpin aliran hit
Setelah beberapa hari Galuh Tapa sembuh dari luka, akhirnya mereka memasauki desa ilir sungai, disana nampak seperti tidak ada kejadian apa pun yang menerpa desa itu, tidak seperti yang di ucapkan temannya Arya, mereka hanya melihat suasana yang biasa saja, penduduk desa sepi, entah kemana.Mereka terus melangkah berjalan didesa ilir sungai dan melihat beberapa penduduk desa yang ada didepan rumahnya."Maaf kisanak, sebenarnya apa yang terjadi didesa ini, hingga desa ini sangat sepi seperti tidak ada penghuni. "ucap Galuh Tapa dengan lirih. Beberapa dari penduduk desa hanya terdiam,dan seperti merahasiakan sesuatu.Ketiga pemuda itu pergi meninggalkan penduduk desa,dan mereka berniat kembali kegubuk Arya, tapi mereka tidak melewati jalan yang dilalui sebelumnya melainkan lewat jalan lain.Namun didalam perjalanan, mereka melihat bekas darah segar yang masih nampak berceceran di tanah dan di semak-semak yang ada.Serampang Hitam mengambil darah yang ada didaun dan melihatnya deng
Perjalanan kedua pemuda ini melalui hutan yang penuh pohon besar yang nampak rapat.Setelah dua jam berjalan mereka melihat sebuah sungai yang airnya begituh jernih, kedua pemuda itu, mengusap wajahnya keair itu, merekapun istirahat diatas batu besar, lalu membuka bekal yang tadi disiapkan Arya untuk mereka makan.Kedua pemuda itu branjak dan melanjutkan perjalanan, mereka menyeberangi sungai lalu melewati semak berduri, kedua pemuda ini sangat berhati-hati melalui semak itu.Kini dari kejauhan pemuda itu melihat sebuah desa kecil, mereka mendekati desa itu,setelah tiba didesa ,Galuh Tapa dan Serampang Hitam sangat terkejut melihat keadaan disana.'' kenapa didesa ini sangat gersang dan tanah disini banyak debu-debu sedangkan ini belum musim panas, ''ucap Serampang Hitam. ''pasti terjadi sesuatu disini.''jawab Galuh Tapa. merekapun maju melangkahkan kaki dan menanyankan sama penduduk desa."didesa Lawangan ini sudah lama tidak hujan dan bahkan air sumur tempat kebutuhan warg
Galuh Tapa dan Serampang Hitam melanjutkan perjalanan untuk menyelesaikan masalah-masalah diwilayah kerajaan pasma lebar. Mereka melangkahkan kaki menuju desa selanjutnya, didalam perjalanan kedua pemuda ini terhalang oleh angin kencang, dan langitpun begitu berkabut, suara hentaman petir menyambar sebuah puhon besar yang ada dekat mereka.Percikan api itu membakar pohon itu hingga habis.Hari itu Sungguh aneh, cuaca berkabut di iringi angin kencang bahkan petir yang menggelegar, padahal tidak nampak akan datangnya hujan.Dengan seketika angin kencang dan petir yang datang berhenti, entah apa sebenarnya yang terjadi, kedua pemuda itu melanjutkan perjalanannya.Setelah satu jam berjalan mereka tiba disuatu desa, sembari berjalan kedua orang itu melihat disekeliling mereka banyak rumah yang terbakar dan penampakan warga desa yang tewas terbunuh . Sunguh tragis nasip yang menimpa warga desa, banyak penduduk yang tidak bersalah menjadi korban kekejaman mereka.''Apa yang sebenarnya
Kedua pemuda melanjutkan perjalanan kembali, perjalanan mereka kali ini melaui hutan belantaran yang begitu mencekam.Suana mendung berkabut yang begitu buram, membuat tubuh mereka merasakan suhu badan merasa dingin,karna dibawah hutan,yang begitu rimbun Namun kedua pemuda ini tetap melangkah kan kaki untuk mencapai tujuan mereka menyelesaikan prahara yang menimpa wilayah kerajaan Fasma lebar.Setelah tiga jam berjalan kedua anak itu nampak melihat desa yang ada ditepi jurang.Kedua pemuda itu menuju desa yang telah terlehat, dalam beberapa menit mereka tiba didesa itu.Setelah tiba didesa mereka berdua hanya melihat desa yang sepi nampak tidak dihuni. mereka melangkahkan kaki kedesa itu dengan menelusuri jalan ditengah desa, lalu menoleh kekanan dan kekiri sambil berjalan, tapi belum kelehatan penduduk desa disekitar.Setelah lama berjalan mereka baru melehat sesosok orang dari kejauhan.Ternyata seorang kakek yang sudah rentan sembari memegang tongkat yang ada di tanganya, kini
Setelah hari menjelang malam kakek tua, melihat Galuh Tapa menceritakn hal tentang penampakan rumah yang ada ditengah desa kakek sangat terkejut.''anak ini memang anak yang berhati emas yang yang mampu mengambil batu pusaka dari sumber energi yang terpancar dari rumah itu.jika dia berhasil,maka kekuatan pemuda ini akan bertambah, bahkan dalam seketika. "gumam kakek dalam benahnya.Galuh Tapa pamit sama kakek untuk berlatih diluar gubuknya, kakekpun mengizinkan pemuda itu.Sedangkan kakek dan Serampang hitam mereka duluan untuk istirahat.Sehingga Galuh Tapa beranjak dari tempat itu, lalu keluar dari gubuk kakek, pemuda ini bertekat untuk mengasa kemampuannya untuk meningkatkan level, karna ilmu yang dimiliki masih dalam level awal.Galuh Tapa mengerakkan seluruh tubuhnya untuk memanaskan suhu tubuh, kini dia siap untuk memulai latihan pertama. Setelah Galuh Tapa melatih ilmu meringankan tubuhnya,dengan cepat sepat kilat dia melompat diatas kayu besar dan terbang diawang-awang se
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa