Kedua pemuda melanjutkan perjalanan kembali, perjalanan mereka kali ini melaui hutan belantaran yang begitu mencekam.Suana mendung berkabut yang begitu buram, membuat tubuh mereka merasakan suhu badan merasa dingin,karna dibawah hutan,yang begitu rimbun Namun kedua pemuda ini tetap melangkah kan kaki untuk mencapai tujuan mereka menyelesaikan prahara yang menimpa wilayah kerajaan Fasma lebar.Setelah tiga jam berjalan kedua anak itu nampak melihat desa yang ada ditepi jurang.Kedua pemuda itu menuju desa yang telah terlehat, dalam beberapa menit mereka tiba didesa itu.Setelah tiba didesa mereka berdua hanya melihat desa yang sepi nampak tidak dihuni. mereka melangkahkan kaki kedesa itu dengan menelusuri jalan ditengah desa, lalu menoleh kekanan dan kekiri sambil berjalan, tapi belum kelehatan penduduk desa disekitar.Setelah lama berjalan mereka baru melehat sesosok orang dari kejauhan.Ternyata seorang kakek yang sudah rentan sembari memegang tongkat yang ada di tanganya, kini
Setelah hari menjelang malam kakek tua, melihat Galuh Tapa menceritakn hal tentang penampakan rumah yang ada ditengah desa kakek sangat terkejut.''anak ini memang anak yang berhati emas yang yang mampu mengambil batu pusaka dari sumber energi yang terpancar dari rumah itu.jika dia berhasil,maka kekuatan pemuda ini akan bertambah, bahkan dalam seketika. "gumam kakek dalam benahnya.Galuh Tapa pamit sama kakek untuk berlatih diluar gubuknya, kakekpun mengizinkan pemuda itu.Sedangkan kakek dan Serampang hitam mereka duluan untuk istirahat.Sehingga Galuh Tapa beranjak dari tempat itu, lalu keluar dari gubuk kakek, pemuda ini bertekat untuk mengasa kemampuannya untuk meningkatkan level, karna ilmu yang dimiliki masih dalam level awal.Galuh Tapa mengerakkan seluruh tubuhnya untuk memanaskan suhu tubuh, kini dia siap untuk memulai latihan pertama. Setelah Galuh Tapa melatih ilmu meringankan tubuhnya,dengan cepat sepat kilat dia melompat diatas kayu besar dan terbang diawang-awang se
Setelah satu bulan dii gubuk kakek, kedua pemuda ini baru memahami sipat kakek, karena kakek tua itu sering memeberi nasehat.Dimalam yang panjang, mereka bercerita sembari makan dan minum, akhirnya kakek memberi tahu namanya, namanya adalah Eyang Suta bahwa dia adalah adek Eyang Saga,yang ada didalam tubuh Galuh Tapa. Eyang Saga hanya bisa bertempat di jiwa manusia dan dibenda mati, karna dia telah menentukan pilihannya hidupnya sebagai jiwa pusaka.Namun Eyang Saga memiliki pancaran energi yang kuat, bahkan jiwa pemuda yang telah menyatu dengannya bisa memakai energi itu.Sedangkan kemampuan Eyang Suta bisa membaca isi hati seseorang,ilmu yang dimilikinya juga sangat tinggi.Akan tetapi, Eyang Suta sudah lama tidak menggunakan kemampuannya, hanya ilmu membaca isi hati dan pikiran orang itu yang sering digunakan.Kini Galuh Tapa meraskan energi yang besar dalam tubuhnya, dia mencoba ilmu yang dimilikinya. Dia langsung melompat dan terbang di awang awang, hingga satu jam lebi
Setelah dari gubuk Eyang Suta kedua pemuda ini mulai mendekati wilayah kerajaan Pasma lebar.Namun harus melalui beberapa desa untuk sampai kekerajaan, sedangkan beberapa desa mengalami permasalahan yang ditimbulkan Nyi Seketi.Kini kedua pemuda itu berjalan menuju desa, didalam perjalanan banyak sekali rintangan yang dilalui pemuda itu.Walapun Galuh Tapa mimiliki ilmu meringankan tubuh, akan tetapi pemuda ini tidak memakai ilmu itu,dia lebih memilih berjalan kaki.Sebelum sampai kedesa banyak pengalaman yang dipetik mereka berdua, kedua pemuda ini melalui hutan yang lebat dan mereka berjalan sangat berhati-hati, sebab tempat itu curam.Setelah berjalan melewati hutan belantaran kedua pemuda ini melihat sebuah goa yang sudah ditutupi akar dan pepohonan, kedua pemuda itu masuk dalam goa.Tiba-tiba kedua pemuda tadi dikejutkan oleh sesok wanita yang bersisik seperti ular, bahkan wajah wanita itu bersisik dan menyeramkan.''Siapa kamu,? kenapa kamu ada dalam goa ini, '' ucap Serampa
Setelah wanita bersisik sembuh dia meminta maaf atas kejadiaan yang dilakukan kepada kedua pemuda itu.Serampang Hitam juga meminta maaf, karna dia telah memukul wajah wanita bersisik dengan keras hingga tidak sadarkan diri.Sehingga kedua pemuda itu memperkenalkan namanya, hingga akhirnya wanita itu memberi tahu namanya, '' namaku kinanti.aku sebenarnya berasal dari desa mura,desa kami ada dilering bukit ini.Seiring waktu berjalan, Kinanti menghidangkan makanan dengan ala kadarnya dan air putih yang tidak terlalu panas.Kinanti menceritakan kenapa dia ada digoa ini '' dulu aku hanya seorang gadis desa, yang selayak nya gadis desa lain.Akan tetapi, malam itu ada suara petir yang mengelar dari langit, yang membuat malam itu turunnya hujan yang sangat deras, hingga hampir menegelamkan desa kami,tapi untunglah hujan itu berhenti dalam seketika.Keesokan hari desa kami dalam keadaan kotor karna daun dan sampah yang ada hampir menutupi desa mura.Ketika aku mau membersihkan dedaun
Setelah beberapa jam berjalan ketiga orang itu, akhirnya sudah melihat desa. Perjalanan mereka, hanya menempuh bukit-bukit dan tidak ada hambatan bagi Galuh Tapa dan kedua temannya. Tibalah mereka didesa mura, mereka berjalan menelusuri desa, warga desa melihat Kinanti berjalan tengah desa dengan wajah yang cantik dan seluruh tubuh yang tidak bersisik. penduduk desa sontak tekejut melihat perubahan pada gadis itu, bahkan menyambut ketiga orang itu dengan senyuman manis. Sehingga mereka sampai kerumah gadis itu, Kinanti mengetuk pintu rumah hingga tiga kali Tok...tok ...tok. suara Kinanti mengetok pintu. Dengan seketika ibu Kinanti membuka pintu rumah, ibu sangat terkjut dengan kedatangan anak gadisnya dengan wajah cantik yang telah kembali seperti sedia kala. Ibu memeluk Kinanti dan mencium wajahnya, dia mersakan sangat senang dan bahagia, hingga akhirnya mereka masuk dalam rumah, kedua pemuda itu juga ikut masuk kadalam rumah itu Pada akhirnya ayah Kinanti pulang dari
Galuh Tapa dan Serampang Hitam melanjutkan perjalanan, untuk membasmi keangkara murkaan yang ada diwiilayah kerajaan Fasma Lebar.Kini kedua pemuda itu melangkahkan kaki menuju desa berikutnya dan masalah terbesar dikerajaan Fasma lebar.Namun butuh tahap-tahap untuk sampai kesana, dengan proses kelak mereka pasti akan sampai kekerajaan itu.Perjalanan kedua pemuda ini masih sangat jauh untuk sampai kesebuah desa, hampir tiga jam berjalan kedua pendekar ini belum melihat tanda-tanda adanya desa.Serampang Hitam dan Galuh Tapa masih terus berjalan untuk menuju tujuannya, tapi perjalanan kedua pemuda ini terhalang oleh cuaca buruk yang menimpa mereka.Awan hitam semakin tebal, hingga membuat kedua pemuda ini takut turunya hujan, tapi itu tidak jadi penghalang bagi pendekar muda ini, mereka semakin cepat melangkahkan kakinya hingga mereka melihat sebuah desa.Dengan seketika kedua pemuda itu tiba didesa, akan tetapi setelah mereka disana mereka tidak melihat desa yang telah dileh
Setelah pertarungan berhenti, Galuh Tapa Membawa teman Serampang Hitam kedalam rumah Kakek parubaya, setiba disana pemuda itu membaringkan tubuh temannya ditempat tidur. Akan tetapi Galuh Tapa, keluar dari rumah itu, karna dia harus melepaskan tutokan kepada pendduk desa, karna serangannya membuat mereka seperti pantung dan dia dibantu kakek parubaya. Setelah melepasakan tutokan itu Galuh Tapa, langsung kembali dalam rumah kakek parubaya, untuk mengobati temannya Serampang Hitam yang sakit terkena tendangan Kakek parubaya. Galuh Tapa membuka baju Serampang Hitam, untuk melihat luka akibat tendangan, luka temannya lumayan parah karena tendangan yang begitu keras. Lalu kemudian Galuh Tapa mencari obat ditepi hutan, dia mencari akar-akar dan daun-daun yang akan dibutuhkan. Setelah mendapatkan rempah-rempah yang telah dia butuhkan, untuk ramuan obat, pemuda ini langsung lekas pulang. Setiba dirumah Galuh Tapa langsung menjadikan obat itu menjadi satu, kemudian obat yang telah
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa