Setelah beberapa jam berjalan ketiga orang itu, akhirnya sudah melihat desa. Perjalanan mereka, hanya menempuh bukit-bukit dan tidak ada hambatan bagi Galuh Tapa dan kedua temannya. Tibalah mereka didesa mura, mereka berjalan menelusuri desa, warga desa melihat Kinanti berjalan tengah desa dengan wajah yang cantik dan seluruh tubuh yang tidak bersisik. penduduk desa sontak tekejut melihat perubahan pada gadis itu, bahkan menyambut ketiga orang itu dengan senyuman manis. Sehingga mereka sampai kerumah gadis itu, Kinanti mengetuk pintu rumah hingga tiga kali Tok...tok ...tok. suara Kinanti mengetok pintu. Dengan seketika ibu Kinanti membuka pintu rumah, ibu sangat terkjut dengan kedatangan anak gadisnya dengan wajah cantik yang telah kembali seperti sedia kala. Ibu memeluk Kinanti dan mencium wajahnya, dia mersakan sangat senang dan bahagia, hingga akhirnya mereka masuk dalam rumah, kedua pemuda itu juga ikut masuk kadalam rumah itu Pada akhirnya ayah Kinanti pulang dari
Galuh Tapa dan Serampang Hitam melanjutkan perjalanan, untuk membasmi keangkara murkaan yang ada diwiilayah kerajaan Fasma Lebar.Kini kedua pemuda itu melangkahkan kaki menuju desa berikutnya dan masalah terbesar dikerajaan Fasma lebar.Namun butuh tahap-tahap untuk sampai kesana, dengan proses kelak mereka pasti akan sampai kekerajaan itu.Perjalanan kedua pemuda ini masih sangat jauh untuk sampai kesebuah desa, hampir tiga jam berjalan kedua pendekar ini belum melihat tanda-tanda adanya desa.Serampang Hitam dan Galuh Tapa masih terus berjalan untuk menuju tujuannya, tapi perjalanan kedua pemuda ini terhalang oleh cuaca buruk yang menimpa mereka.Awan hitam semakin tebal, hingga membuat kedua pemuda ini takut turunya hujan, tapi itu tidak jadi penghalang bagi pendekar muda ini, mereka semakin cepat melangkahkan kakinya hingga mereka melihat sebuah desa.Dengan seketika kedua pemuda itu tiba didesa, akan tetapi setelah mereka disana mereka tidak melihat desa yang telah dileh
Setelah pertarungan berhenti, Galuh Tapa Membawa teman Serampang Hitam kedalam rumah Kakek parubaya, setiba disana pemuda itu membaringkan tubuh temannya ditempat tidur. Akan tetapi Galuh Tapa, keluar dari rumah itu, karna dia harus melepaskan tutokan kepada pendduk desa, karna serangannya membuat mereka seperti pantung dan dia dibantu kakek parubaya. Setelah melepasakan tutokan itu Galuh Tapa, langsung kembali dalam rumah kakek parubaya, untuk mengobati temannya Serampang Hitam yang sakit terkena tendangan Kakek parubaya. Galuh Tapa membuka baju Serampang Hitam, untuk melihat luka akibat tendangan, luka temannya lumayan parah karena tendangan yang begitu keras. Lalu kemudian Galuh Tapa mencari obat ditepi hutan, dia mencari akar-akar dan daun-daun yang akan dibutuhkan. Setelah mendapatkan rempah-rempah yang telah dia butuhkan, untuk ramuan obat, pemuda ini langsung lekas pulang. Setiba dirumah Galuh Tapa langsung menjadikan obat itu menjadi satu, kemudian obat yang telah
Kini Galuh Tapa dan Serampang Hitam melanjutkan perjalanan untuk mencapai tujuanya, untuk menolong orang yang membutuhkan bantuanya. Kedua pemuda ini berjalan melalui lembah yang bigitu curam, hingga akhirya Galuh Tapa memakai ilmu meringankan tubuh. Sehinga Galuh Tapa memegang tangan Serampang dengat erat, untuk meliwati lembah agar lebih muda. Setelah mereka sudah menyeberangi lembah dengan terbang kedua pemuda ini turun kebawah, lalu mereka menginjak tanah dan berjalan lagi, karna ajian yang dipakainya hanya untuk melewati jurang yang dalam. ''Jika saja ilmu meringankan tubuhku sudah level tinggi tentu dengan mudah sampai ketujuan, ''gumam Galuh Tapa dengan mengeluarkan napas panjang. Akan tetapi jika saja, mereka berjalan kaki tentu banyak hal yang mereka temui. Sehingga mereka melihat desa yang tidak jauh lagi, dengan bergegas mereka menuju desa itu. Namun desa yang mereka lihat sudah berubah menjadi lautan darah, karna banyak darah manusia dan mayat berserakan. Entah a
Setelah itu Galuh Tapa memberikan ramuan ajaib kepada permpuan rambut panjang yang terurai, dengan ramuan ajaib ini akan membuat prempuan itu kembali normal seperti sedia kala.Sehingga Galuh Tapa melepaskan tutokannya, kini prempuan itu tersadar, sihir yang ada pada tubuhnya hilang dalam seketika dan kini dia kembali normal.Setelah dia tersadar, dia terkejut melihat ada dua orang lelaki yang ada dihadapannya dan bisa berada dalam hutan ini.Tanpa di sadari prempuan ini nampak bingung kenapa dia ada dihutan, yang tentunya gadis ini belum pernah kesini.''Apa yang terjadi dengan ku kisanak, hingga aku ada disini, ''ucap gadis berambut panjang.''Kamu terkena sihir, hingga engkau menyerang kami berdua, tapi kami berhasil melumpuhkan seranganmu dan membuat kau tersadar. '' jawab Galuh Tapa sembari menatap wajah gadis itu.''maafkan atas kesalahanku karna telah menyerang kalian berdua, akan tetapi itu bukan kemauan dariku. ''terucap dari mulut manis perempuan itu.Sehingga kedua pemu
Kedua pemuda ini akan mencari tahu siapa yang membuat kedua gadis terkena sihir, tentu ini masih dalam pencarian kedua pendekar itu.Akan tetapi yang melakukan itu pasti seorang pendekar yang berilmu tinggi dan sakti mandraguna.Sehingga Galuh Tapa dan Serampang Hitam akan mencari informasi dari warga desa Cermin, karna dengan bantuan penduduk desa akan sangat membantu kedua pemuda ini untuk memecahkan permsalahan desa ini. Hingga suatu hari Galuh Tapa dan Serampang hitam mendapat impormasi penduduk desa bahwa dibukit Senabing ada suatu pedepokan yang nampaknya dari klan aliran hitam.Lalu kemudian, kedua pemuda ini berangkat menuju bukit Senabing, untuk mengetahui kebenarannya.Ketika kedua pendekar mudah masuk daerah bukit itu, mereka dihadang oleh lima orang yang tidak dikenal.Tiba-tiba lima orang itu menghalau kedua pemuda tadi.''Siapa kalian kenapa masuk bukit larangan ini, '' uncap salah satu aliran hitam, sembari mengarahkan pedang.''Kami hanya ingin bertemu ketua kalian,
Setelah pertarungan selesai kedua pemuda ini kembali kedesa untuk memberi tahu bahwa penyihir golongan hitam telah tewas. Mendengar hal itu penduduk desa sangat senang sehingga warga kini hidup dengan tentram. Namun kedua pemuda ini juga terluka, hingga untuk beberapa malam mereka menginap dirumahnya Sekar untuk mengobati lukanya, dengan memakai ramuan ajaib kedua pemuda itu perlahan sembuh. Setelah itu kedua pendekar muda, pamit untuk menuju tujuannya dan meninggalkan desa. Kini mereka bejalan menuju desa yang membutuhkan pertolongan kedua pemuda itu, mereka berjalan menelisiri jalan setapak yang bersmak. Namun kedua pendekar muda ini, tetap melangkahkan kaki setapak demi setapak hingga disuatu bukit melihat sekor burung Rajawali yang sangat besar. Akan tetapi burung itu terluka dan tersungkur ketanah, lalu kedua pemuda ini mendekati burung itu. Ternyata burung itu terkena banyak anak panah hingga dia terluka dan jatuh dari terbangnya.Entah apa yang membuat burung Rajawali
Hingga akhirnya mereka mereka tiba dirumah pemuda itu, lalu tidak lama kemudian ibunya menghidangkan makanan yang seadanya, yaitu hanya singkong bakar yang telah dipanggang.Kemudian kedua pemuda ini memperkenalkan namanya, ibu Galang sangat terkejut melihat anaknya luka dibagian tubuh.Namun luka Galang sudah diobati dan diperban menggunakan kain dasar yang ada dikedai makan tadi.Sehingga mendengar hal itu ibu Galang tidak kwatir lagi, pada luka anaknya.''Kalian harus berhati-hati ,karna didesa ini banyak orang yang jahat dan brutal terhadap penduduk desa ini.''ucap seorang ibu terarah kepada pemuda asing itu.Jika desa ini banyak orang jahat tentu kedua pendekar muda akan membrantas semua itu.Tiba-tiba dari luar rumah Galang, tedengar orang memanggil dengan keras pemuda desa itu, lalu Galang keluar dari rumahnya.''Mana kedua pemuda asing tadi, ''ucap lelaki jahat, ''jika dia ada dirumahmu suruh keluar hadapi kami, ''sambung pria itu. Hingga akhirnya Galuh Tapa dan Serampang
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa