Kedua pemuda ini akan mencari tahu siapa yang membuat kedua gadis terkena sihir, tentu ini masih dalam pencarian kedua pendekar itu.Akan tetapi yang melakukan itu pasti seorang pendekar yang berilmu tinggi dan sakti mandraguna.Sehingga Galuh Tapa dan Serampang Hitam akan mencari informasi dari warga desa Cermin, karna dengan bantuan penduduk desa akan sangat membantu kedua pemuda ini untuk memecahkan permsalahan desa ini. Hingga suatu hari Galuh Tapa dan Serampang hitam mendapat impormasi penduduk desa bahwa dibukit Senabing ada suatu pedepokan yang nampaknya dari klan aliran hitam.Lalu kemudian, kedua pemuda ini berangkat menuju bukit Senabing, untuk mengetahui kebenarannya.Ketika kedua pendekar mudah masuk daerah bukit itu, mereka dihadang oleh lima orang yang tidak dikenal.Tiba-tiba lima orang itu menghalau kedua pemuda tadi.''Siapa kalian kenapa masuk bukit larangan ini, '' uncap salah satu aliran hitam, sembari mengarahkan pedang.''Kami hanya ingin bertemu ketua kalian,
Setelah pertarungan selesai kedua pemuda ini kembali kedesa untuk memberi tahu bahwa penyihir golongan hitam telah tewas. Mendengar hal itu penduduk desa sangat senang sehingga warga kini hidup dengan tentram. Namun kedua pemuda ini juga terluka, hingga untuk beberapa malam mereka menginap dirumahnya Sekar untuk mengobati lukanya, dengan memakai ramuan ajaib kedua pemuda itu perlahan sembuh. Setelah itu kedua pendekar muda, pamit untuk menuju tujuannya dan meninggalkan desa. Kini mereka bejalan menuju desa yang membutuhkan pertolongan kedua pemuda itu, mereka berjalan menelisiri jalan setapak yang bersmak. Namun kedua pendekar muda ini, tetap melangkahkan kaki setapak demi setapak hingga disuatu bukit melihat sekor burung Rajawali yang sangat besar. Akan tetapi burung itu terluka dan tersungkur ketanah, lalu kedua pemuda ini mendekati burung itu. Ternyata burung itu terkena banyak anak panah hingga dia terluka dan jatuh dari terbangnya.Entah apa yang membuat burung Rajawali
Hingga akhirnya mereka mereka tiba dirumah pemuda itu, lalu tidak lama kemudian ibunya menghidangkan makanan yang seadanya, yaitu hanya singkong bakar yang telah dipanggang.Kemudian kedua pemuda ini memperkenalkan namanya, ibu Galang sangat terkejut melihat anaknya luka dibagian tubuh.Namun luka Galang sudah diobati dan diperban menggunakan kain dasar yang ada dikedai makan tadi.Sehingga mendengar hal itu ibu Galang tidak kwatir lagi, pada luka anaknya.''Kalian harus berhati-hati ,karna didesa ini banyak orang yang jahat dan brutal terhadap penduduk desa ini.''ucap seorang ibu terarah kepada pemuda asing itu.Jika desa ini banyak orang jahat tentu kedua pendekar muda akan membrantas semua itu.Tiba-tiba dari luar rumah Galang, tedengar orang memanggil dengan keras pemuda desa itu, lalu Galang keluar dari rumahnya.''Mana kedua pemuda asing tadi, ''ucap lelaki jahat, ''jika dia ada dirumahmu suruh keluar hadapi kami, ''sambung pria itu. Hingga akhirnya Galuh Tapa dan Serampang
Sehingga Galuh Tapa dengan raut wajah yang pucat dan dengan penuh amara kembali kedesa, dengan berjalan dengan badan yang sangat lesu karna teman seperjuangannya telah meninggal oleh sesosok manusia yang tidak dikenal.jika pemuda saja dia bertemu lagi dengan pelaku yang membunuh temannya, tentu ia akan membalaskan dendam atas kematian Serampang Hitam.''Aku akan mencari tahu pelakunya, ''gumam pemuda itu sembari berjalan.Namun kalung lambang bintang yang ada ditangannya, pasti akan menjadi pentunjuk bagi pemuda ini, dengan itulah dia kembali kedesa untuk memcari petunjuk.Setiba didesa, Galuh Tapa segera menemui Galang dan ibu galang, yang ada dirumahnya.Setelah sampai didepan pintu rumah Galang, ibunya Galang mendekati Galuh Tapa yang nampak begitu kesal, terlihat dari raut wajahnya, dia berdiri depan rumah pemuda desa itu.''Kenapa kamu sangat sedih, "tanya ibu pemuda desa,. '' mana temanmu yang berbadan kekar itu, ibu lihat dari tidak ada. ''sambung prempuan itu sembari mengaj
Setelah itu, Galuh Tapa dan Kakek parubaya sembari minum pemuda tadi bertanya kepada kakek mengenai sumur yang selalu dilihatnya.Sebenarnya apa apa yang tejadi dengan sumur tua yang ada didesa ini, karna seakan ada cerita dibalik itu.Galuh Tapa sangat penyasaran dengan hal itu, karna nampaknya sumur itu ada hal tersembunyi, dan anak muda ini merasakan sesuatu energi yang ada dalam sumur.Jika memang ada pancaran energi didalam sana, tentu pemuda ini akan mencari tahu kebenarannya, melalui bantuan kakek dia akan menemukan jawabannya. Seiring waktu berjalan hingga akhirnya kakek parubaya menceritakan, ''bahwa sumur itu ada sebuah kekuatan besar.Jika nanti ada seorang pendekar yang mampu mendapatkan cahaya energi itu tentu akan menambah kekuatan seorang hingga mencapai tingkat hampir sempurna.Namun kekuatan itu dijaga oleh kaum lelembut yang sangat kuat, dan sangat sakti mandra guna, sehingga sangat sulit untuk mengambil kekutan itu.Dahulu ada seorang pemuda desa ingin mengamb
Setelah malam tiba, kakek dan Galuh tapa sembari makan pemuda itu bercerita bahwa dia telah berhasil mengambil energi dalam sumur itu.Hingga energi dalam mahluk siluman itu telah ada dalam tubuhnya, karna siluman itu telah dia bunuh.Mendengar hal itu, kakek parubaya kagum atas kemampuan pemuda itu, karna sudah banyak orang terjebak didalam sumur itu.Kini energi kekuatan Galuh Tapa sudah bertambah, dia merasakan kekuatan dalam tubuhnya yang begitu besar.Galuh Tapa meninggalkan kakek keluar dari gubuk seraya kakek mau membaringkan tubuhnya dan anak muda itu berlatih diluar.Setelah itu Galuh Tapa memasang kuda-kuda untuk mengambil ancang-ancang lalu pemuda ini melompat dan salto depan hingga sepuluh kali.Lalu terbang diatas awang-awang dan turun dengan seketika secepat kilat, Galuh Tapa sangat merasakan energi kekuatan dalam tubuhnya sangat kuat, hingga akhirnya pemuda ini akan menghantamkan ajian pamungkasnya.Sehingga Galuh Tapa mengeluarkan ajian Rentak Bumi, dengan menggengam
Kini Galuh Tapa melanjutkan perjalanan untuk memburu panglima kerajaan.Sehingga dia mendekati wilayah istana, tetapi dia harus melalui sebuah desa yang tampak megalami masalah juga, karna ada sesuatu yang tejadi.Galuh Tapa melihat desa itu penuh dengan darah segar yang sepertinya desa ini telah terjadi pembantaian penduduk desa.Lalu pemuda ini berjalan ditengah desa dan memcari penyebab apa yang menimbulkan masalah itu.Namun tidak nampak salah satu penduduk desa yang masih hidup, hingga pemuda ini berjalan melewati desa tadi.Kemudian Galuh Tapa berjalan melalui bukit yang penuh batu besar, sepertinya bukit batu, karna tidak ada pohon hanya ada batu tiap sisinya.Sehingga pemuda ini memakai ajian meringankan tubuh untuk melalui bukit berbatu itu, dalam seketika Galuh Tapa melalui bukit itu.Hingga pada akhirnya dia sampai digerbang wilayah istana, tapi pemuda ini dihadang perajurit kerajaan dan pendekar aliran Naga Hitam yang menghadang diluar istana.Namun Galuh Tapa tidak gent
Kini pertarungan melawan prajurit terus berlangsung, Galuh Tapa menyerang prajurit kerajaan,dia menggunakan ilmu meringankan tubuh ,pemuda ini terbang mengarah lawanya lalu mengeluarkan tendangan secara bertubi-tubi.Sehingga prajurit kerajaan satu persatu terkena tendangan keras Galuh Tapa, merekapun terjengkal ketanah dan mengeluarkan darah dari mulutnya.Namun anak murid Nyi Seketi membantu prajurit kerajaan dan menyerang Galuh Tapa.Lalu anak murid itu menyerang secara bersamaan mengarah ketubuh Galuh Tapa, mereka mengeluarkan pukulan dan tendagan yang keras.Akan tetapi pemuda itu menangkis serangan mereka , yang begitu rapat, pukulan dan tendangan membuat Galuh Tapa merasakan tekananan karena musuh dalam jumlah besar.Galuh Tapa melihat disekeliling, musuh sangat banyak, hingga terbesit oleh pendekar muda ini untuk mengeluarkan ajian pamungkasnya.Lalu Galuh Tapa mengeluarkan ajian Rentak bumi level lima, dengan suara pekik kan ajian itu dihantamkan mengarah keanak murid klan
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa