Kini Galuh Tapa melanjutkan perjalanan untuk memburu panglima kerajaan.Sehingga dia mendekati wilayah istana, tetapi dia harus melalui sebuah desa yang tampak megalami masalah juga, karna ada sesuatu yang tejadi.Galuh Tapa melihat desa itu penuh dengan darah segar yang sepertinya desa ini telah terjadi pembantaian penduduk desa.Lalu pemuda ini berjalan ditengah desa dan memcari penyebab apa yang menimbulkan masalah itu.Namun tidak nampak salah satu penduduk desa yang masih hidup, hingga pemuda ini berjalan melewati desa tadi.Kemudian Galuh Tapa berjalan melalui bukit yang penuh batu besar, sepertinya bukit batu, karna tidak ada pohon hanya ada batu tiap sisinya.Sehingga pemuda ini memakai ajian meringankan tubuh untuk melalui bukit berbatu itu, dalam seketika Galuh Tapa melalui bukit itu.Hingga pada akhirnya dia sampai digerbang wilayah istana, tapi pemuda ini dihadang perajurit kerajaan dan pendekar aliran Naga Hitam yang menghadang diluar istana.Namun Galuh Tapa tidak gent
Kini pertarungan melawan prajurit terus berlangsung, Galuh Tapa menyerang prajurit kerajaan,dia menggunakan ilmu meringankan tubuh ,pemuda ini terbang mengarah lawanya lalu mengeluarkan tendangan secara bertubi-tubi.Sehingga prajurit kerajaan satu persatu terkena tendangan keras Galuh Tapa, merekapun terjengkal ketanah dan mengeluarkan darah dari mulutnya.Namun anak murid Nyi Seketi membantu prajurit kerajaan dan menyerang Galuh Tapa.Lalu anak murid itu menyerang secara bersamaan mengarah ketubuh Galuh Tapa, mereka mengeluarkan pukulan dan tendagan yang keras.Akan tetapi pemuda itu menangkis serangan mereka , yang begitu rapat, pukulan dan tendangan membuat Galuh Tapa merasakan tekananan karena musuh dalam jumlah besar.Galuh Tapa melihat disekeliling, musuh sangat banyak, hingga terbesit oleh pendekar muda ini untuk mengeluarkan ajian pamungkasnya.Lalu Galuh Tapa mengeluarkan ajian Rentak bumi level lima, dengan suara pekik kan ajian itu dihantamkan mengarah keanak murid klan
Setelah itu burung Rajawali membawa terbang dan seakan mendengar bisikan didalam hati Galuh Tapa bahwa jiwa roh Eyang Saga mengatakan membawa pemuda ini ketempat Eyang Suta.Lalu burung Rajwali seakan mengerti akan pentujuk yang diberikan Eyang Saga, hingga dia turun depan gubuk Eyang Suta dan membaringkan tubuh pemuda itu.Eyang Suta keluar dari gubuknya karena mendengar suara burung yang besar, seakan menerpa gubuk itu.Setelah dia keluar melihat burung Rajawali didepan gubuknya, burung itu membawa tubuh seorang lelaki yang nampak terluka.Kemudian Eyang Suta melihat tubuh lelaki itu, dia sangat terkejut karena seseorang yang tak sadarkan diri adalah orang yang pernah bertemu dengannya.Sehingga Eyang Suta membawanya masuk kedalam gubuk dan burung Rajawali tetap menunggu didepan gubuk, karena burung itu sangat kwhatir dengan keadaan temannya.Lalu Eyang Suta membaringkan tubuh Galuh Tapa dan membuka bajunya yang telah belumuran darah.Dia mencari obat dihutan untuk mengobati tu
Setelah tenaga Galuh Tapa mulai pulih dia akan berlatih kembali, untuk meningkatkan ilmu yang dikuasainya. Sehingga pemuda ini pergi kesuatu hutan ditepi desa untuk berlatih mengasa kembali kemampuanya. Setiba di hutan Galuh Tapa, mulai melakukan pemanasan, dengan memasang kuda-kuda dia melakukan pergerakan untuk meningkatkan suhu badannya, agar cepat merasakan energi kekuatan yang ada ditubuhnya. Setelah badannya mulai berkeringat, Galuh Tapa mulai bergerak salto kedepan sebanyak lima kali, lalu terbang melompat keatas dengan memutar tubuhnya. Hingga dari atas pemuda ini menghantamkan ajian Rentak Bumi, ajian itu langsung menggelegar mengenai tanah, tanah itu langsung berhamburan dan menimbulkan lubang besar, ajian itu bagaikan suatu ledakan boom yang dahsyat. Seiring waktu berjalan pemuda ini akhirnya kembali kegubuk, karna dia bertekad tetap kembali kekerajaan untuk menghadapi Banggas sanjaya sang panglima kerjajaan itu. Setiba digubuk Galuh Tapa melaporkan kepada Eyang S
Setelah Galuh Tapa menghunuskan pukulan kewajah Bagas Sanjaya, dengan melihat matanya yang merah seakan ada sesuatu yang mengendalikan panglima itu.Namun Galuh Tapa teringat kejadian yang menimpa Serampang Hitam, mati dalam keadaan tubuh yang sudah kuyak tercabik oleh Bagas sanjaya. Sehingga antara kebencian dan rasa dendam yang telah menjadi satu hingga Galuh Tapa ingin sekali membunuh panglima kerajaan dengan tangannya sendiri.Sementara itu, jiwa roh Eyang Saga yang ada ditubuh Galuh Tapa, menghentikan tindakan pemuda ini, karena kebenciannya harus diimbangi dengan keadaan yang menimpa Bagas Sanjaya.Eyang Saga mengetahui keadaan Bagas Sanjaya yang nampak dikendalikan oleh sebuah sihir yang kuat, hingga panglima itu menjadi sosok pembunuh berdarah dingin.Hingga membuat bagas sanjaya tidak menyadari apa yang telah dia perbuat, terhadap rakyat dan terutama pada Serampang Hitam, hingga tewas dengan teragis ditangan panglima itu.Namun sebenarnya Galuh Tapa, sesak dada melihat pa
Pada hari itu pertemuan kedua pendekar mudah dan pemimpin Naga Hitam, berhadapan secara langsung untuk saling adu kekuatan.Orang yang dicari Galuh Tapa kini ada dihadapannya, tentu membuat pendekar muda ini, ingin cepat menghabisnya karna penyihir ini sudah banyak mempengaruhi orang-orang kerajaan.Sehingga banyak menimbulkan kekacauan diwilayah kerajaan fasma lebar.'' kau adalah yang orang kucari selama ini, ''ucap Galuh Tapa dengan raut wajah marah.'' memangnya kenapa anak mudah, ''jawap Nyi Seketi sembari tertawa.''karena kau penyihir yang jahat, '' ucap pemuda tadi.''sudahlah jangan banyak bicara, kau mau cari mati hingga berani ikut campur. ''saut wanita bertongkat.Lalu kemudian setelah selesai bercakap, kedua orang ini mulai sama serang hingga terjadi pertarungan yang dahsyat. Hingga Nyi Seketi menyerang Galuh Tapa dengan sebuah sihir yang akan merubah wujud pemuda itu menjadi seekor binatang kecil.Namun serangan Nyi Seketi dapat dihindari dengan cara melompat keata
Setelah NYi Seketi tewas, Galuh Tapa yang diabantu penduduk desa dan Kinanti mengobati semua anggota kerajaan yang terluka.Kini pengaruh sihir telah hilang, akan tetapi banyak yang jadi dampak kekacauan yang telah berimbas kepada wilayah kerajaan. Galuh Tapa dengan semua kemampuannya mengobati yang teluka dan akibat pertarungan yang sengit.Kinanti dengan semua pendududuk desa sangat membantu pemuda tadi, untuk menolong semua yang teluka , dengan bahu membahu mereka saling tolong menolong. Lalu Galuh Tapa mendekati Kinanti dan mengucapkan rasa terimakasih, karna pertolongan mereka sangat memabantu anak mudah yang tampan ini. ''Kinan, aku tdak menyangka didalam pertarungan yang sengit melawan Nyi seketi, dan sekelompok anak buahnya, tiba-tiba kalian datang menolong, aku berhutang nyawa sama kalian. ''ucap Galuh Tapa,''Kakang, kami datang karena mendengar suara pertarungan sangat menggelegar, hingga tedengar sampai kedesa, akhirnya kami memutuskan untuk membantu kakang. '' sau
Melihat Kinan dengan raut wajah sedih pemuda itu, sebenarnya dia tidak tega meninggal kan gadis itu, tapi nampak dari isyarat tubuh bahwa anak kidemang ini mau tetap bersamanya.Setelah itu, seraya berjalan melangkahkan kaki keluar dari rumah Kinan, terbesit untuk kembali kerumah itu.Lalu dia kembali menemui Kinanti yang masih duduk di berenda rumahnya.'' Apakah kamu mau ikut aku untuk pergi ketempat Eyang Guru di bukit Tengkorak?. ''ucap Galuh Tapa. Kinanti hanya menggangguk kan kepala, itu jawaban bahwa dia mau ikut pergi bersama Galuh Tapa. Hingga akhirnya Kinan pamit kepada Kedua orang tuanya, ayah dan ibu gadis itu mengizinkannya untuk pergi bersama pemuda itu.Kemudian mereka berdua keluar dari rumah dan dalam seketika Galuh Tapa memanggil burung Rajawali dengan wangsit.Sehingga burung Rajawali Muncul dalam sekejap sudah ada dihadapan mereka berdua, lalu menaiki pundak burung besar itu, dan Rajawali itupun langsung terbang tinggi.Kinanti sangat senang ikut bersama pe
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa