Melihat Kinan dengan raut wajah sedih pemuda itu, sebenarnya dia tidak tega meninggal kan gadis itu, tapi nampak dari isyarat tubuh bahwa anak kidemang ini mau tetap bersamanya.Setelah itu, seraya berjalan melangkahkan kaki keluar dari rumah Kinan, terbesit untuk kembali kerumah itu.Lalu dia kembali menemui Kinanti yang masih duduk di berenda rumahnya.'' Apakah kamu mau ikut aku untuk pergi ketempat Eyang Guru di bukit Tengkorak?. ''ucap Galuh Tapa. Kinanti hanya menggangguk kan kepala, itu jawaban bahwa dia mau ikut pergi bersama Galuh Tapa. Hingga akhirnya Kinan pamit kepada Kedua orang tuanya, ayah dan ibu gadis itu mengizinkannya untuk pergi bersama pemuda itu.Kemudian mereka berdua keluar dari rumah dan dalam seketika Galuh Tapa memanggil burung Rajawali dengan wangsit.Sehingga burung Rajawali Muncul dalam sekejap sudah ada dihadapan mereka berdua, lalu menaiki pundak burung besar itu, dan Rajawali itupun langsung terbang tinggi.Kinanti sangat senang ikut bersama pe
Sehingga Galuh Tapa mempelajari teknik ilmu pedang tapi bagi orang yang belum memahami tentu sulit dan kinan juga mempelajari teknik yang sama.Lalu pemuda ini memainkan sebilah pedang dan kinan juga memainkan bila pedang dengan menggunakan pedang biasa.Sepasang pendekar muda ini sangat semangat memainkan pedang, lalu kinanti mengayunkan pedang kearah pemuda yang ada dihadapannya.Dengan seketika wanita itu menyerang Galuh Tapa dengan ayunan pedang, dia menyerang dan menebaskan pedang tersebut.Namun Galuh Tapa menghindari kibasan pedang, dengan melompat ke atas dia terhindar dari tajamnya mata pedang.Setelah selsai mereka berdua baru belajar teknik memainkan pedang karena hal tadi hanya sekedar pemanasan bagi sepasang pendekar itu.Namun Kinan lebih memilih untuk melihat dulu teknik pedang, dan dia hanya memperhatikan saja .Lalu Galuh Tapa memainkan teknik pedang, akan tetapi dari kitab dia pelajari teknik pedang ada sebagian teknik yang sulit dipelajari yaitu teknik pedang l
Setelah hampir setengah jam, akhirnya pertandingan mereka berdua berhenti, keduanya tidak mengalami luka, tapi Kinanti dimenit-menit terakhir menjadi kesulitan karna pola gerakan Galuh Tapa tiba-tiba berubah.'' Maaf Kinan, aku sedikit menggunakan teknik pedang penjuru dalam pertarungan tadi, aku hanya ingin melihat potensi kekuatannya, jika kedua teknik digabungkan, '' ucap Galuh Tapa.Kinanti tertawa, sebab pertarungan tadi sangat menegangkan seraya memegang pundak pemuda tadi.''Tanpa aku sadari mungkin teknik itu akan menciptakan jurus baru, ''gumam gadis itu.''Apa mungkin akan jadi teknik sapu jagat, kakang?''''Siapa yang tahu? kita akan melihatnya ketika kau menguasai itu'', kinan berjalan melintas terlebih dahulu, dan merebahkan punggungnya pada kursi bambu yang ada depan halaman gubuk.Gadis itu membawa sesuatu didalam kulit kantong yang terbuat dari kulit binatang.'' Aku membawakanmu beberapa makanan dan minuman, '' ucap Kinan sembari menuangkan air dalam cawan bambu, s
Galuh Tapa menanyai Kinan bagaimana cara kita keluar alam lelembut ini, mereka memang pernah keluar alam ini.Namun jika terlalu lama mereka berdua sulit mencari jalan keluar.''kinan, aku dengar kau tidak bisa keluar dari alam ini, karna kau dulu perna menjadi bagian dari mereka, ''ucap Galuh Tapa. ''aku baru ingat kau juga pernah menjadi bagian dari alam lelembut dan bahkan walapun kau sudah sembuh tapi tetap saja bisa membuat dirimu bagian dari alam bangsa itu.''Apa kau benci karna aku berbeda denganmu, Kinan berwajah lesu ketika pemuda itu mengungkit masalah itu, '' manusia terkadang takut dengan bangsa lelembut, bukan? aku bahkan baru tahu kalau aku manusia yang separuhnya telah menjadi manusia lelembut,'' Aku tidak seperti mereka, '' ucap Galuh Tapa, dialam maunusia kita dikaitkan mahluk seram, karna itulah membuat kami jadi takut.Akan tetapi bangsa lelembut atau jin memiliki dua golongan, Galuh Tapa sudah tahu mengenai bangsa lelembut disalah satu buku yang dia baca dike
" Eyang kami berdua mau keluar dari alam lelembut ini, '' ucap Galuh Tapa.Kemudian Eyang Saga menaburi bunga warna warni, menghiasi jalan dan menghujani tubuh Galuh Tapa dan Kinanti.Tujuan semua itu untuk membantu sepasang pendekar ini, agar mudah keluar dari alam lelembut dan angaplah itu sebagai teradisi atau semacam apa namanya yang jelas supaya mereka mudah keluar dari alam tersebut.Setelah tiba didepan gerbang alam, ada seorang tabib yang bernama Nyiwuni, sudah menunggu sepasang pendekar itu bersama beberapa anak muridnya yang lain, wanita tua itu senyum hangat kepada sepasang pendekar muda.Walaupun Galuh Tapa dan Kinanti belum mengenal mereka, tapi Nyiwuni dan beberapa anak muridnya baik terhadap mereka berdua."Galuh dan Kinan ini adalah hadiah yang pertama dan terakhir untuk kalian". Lalu Nyiwuni memberikan sesuatu berupa botol batu merah, yang didalamnya terdapat ramuan obat cair. " Ramuan ini bisa menyembuhkan penyakit apapun, gunakan sebaik mungkin!".Galuh Tapa da
Setelah sepasang pendekar muda kembali, tentu Ki Santa sangat senang melihat kedua anak muritnya yang telah keluar dari alam lelembut, walaupun mungkin ilmu yang dikuasai Galuh Tapa dan Kinanti belum maksimal hanya level rendah tapi sedikit banyak mereka berdua sudah memahami teknik yang ada dalam kitab.Hingga akhirnya sepasang pendekar muda ini memutuskan untuk berlatih, menguasai ilmu yang ada dalam kitab yang telah dirapal Galuh tapa.Setelah kehilangan teman yaitu Aji Bakas, Galuh Tapa memiliki pertanyaan besar pada dirinya sendiri, kenapa dirinya yang dipilih? dan apakah nasibnya akan seperti temannya yang telah terbunuh oleh Gambir Rimba ketua klan Naga Hitam, karena itulah dia bertekad mencari seorang guru dan berlatih dengan keras untuk membalaskan dendam temannya.Setelah 2 bulan digubuk Ki Santa, Galuh Tapa dan Kinanti, belum ada tanda-tanda akan menerima pelajaran berarti, tetapi sepasang pendekar muda ini tidak meragukan gurunya.Galuh Tapa dan Kinanti diselah -selah w
Keesokan hari Galuh Tapa dan Kinanti mulai berlatih kembali, terutama pemuda itu berlatih lagi dengan lebih giat, karena dia ingin cepat menguasai teknik pendang penjuru dengan sempurna, maka jika mungkin cepat menguasai teknik itu dia akan keluar dari bukit tengkorak.Jika mereka berdua berlatih biasanya hanya 10 jam dan kali ini Galuh Tapa berlatih sampai 15 jam, sedangkan kinanti hanya kitaran sampai 11 jam saja karena dia banyak pekerjaan yang harus diselsaikan.''Kini patung yang terbuat dari bambu tidak bisa diandalkan lagi, ''ucap Galuh Tapa, menatapi patung bambu yang terbakar menjadi abu terkena ajian Rentak Bumi, '' patung bambu yang hanya digerakan oleh tali yang ada ditubuhnya, jadi aku tidak dapat belajar memahami perasaan lawanku.Galuh Tapa kemudian tidak berlatih memakai pantung bambu, kini dia memelih berlatih melawan Kinanti sebagai lawan tandingnya yang ada didepannya, Gadis itu juga mulai menyerangnya.Setiap pergerakkan Galuh Tapa selaras dengan Kinanti, ketika
Ketiga orang itu telah banyak memakai jurus, akan tetapi belum ada tanda-tanda dari guru dan anak murid untuk menyerah.Pedang Galuh Tapa menyerang dengan cepat dan mematikan, jika terkena serangan pemuda ini, tentu sangat membahayakan nyawa lawan tarungnya.Jurus-jurus pedang itu disambut Ki Santa dengan jurus yang sama, dan menimbulkan ledakan yang hebat hingga membuat bebatuan yang disekeliling mereka hancur berhamburan dan menjadi puing-puing kecil.Sehingga menimbulkan asap hitam yang menyelimuti dataran bukit tengkorak, asap tebal sangat mengganggu penglihatan mereka, hingga Ki Santa menyerang kedua anak muridnya.Lalu kemudian guru dan murid kembali saling serang, mereka mulai mengganti serangan dasar dengan serangan yang kuat, akan tetapi Kinanti berhenti bertarung karena tenaganya sudah terkuras dan lebih memilih istirahat, dia hanya memilih menyaksikan pertandingan Galuh Tapa dan gurunya.Namun Galuh Tapa dan Ki Santa tetap melanjutkan pertarungan mereka.Hingga pada akhi
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa