Dengan keyakinan keras pemuda ini berlatih
''Kamu harus berlatih didalam sungai yang ada dilering bukit ini,''ucap Ki Santa.
''Baik Eyang Guru, aku akan berlatih.''jawab Galuh Tapa dengan semangat.
Setelah itu Galuh Tapa menuju sungai itu,dengan rasa semangat dia menuruni lereng bukit.
Pemuda ini melihat air yang begitu deras dengan warna air yang kebiru- biruaan.
''Gumam Galuh Tapa, apakah aku mampu masuk kedalam air yang begitu deras, yang nampak begitu dalam.
Pemuda ini penuh keraguan yang begitu mendalam.
Namun Galuh Tapa tetap masuk kedalam air itu ,lalu berenang beberapa depa kedalam air, pemuda ini tersiret terbawa arus sungai yang deras.
Tubuhnya terhanyut oleh deras nya air sungai.
Setelah pemuda ini sampai di tepi sungai, dia berdiri lalu keluar dari sungai.
Dengan wajah nampak begitu pucat dan tubuhnya menggigil kedinginan.
''Galuh,anak muridku carilah sungai yang air nya yang agak tenang ,nanti jika kamu berhasil baru sungai yang deras.''ucap Ki Santa sambil memandang anak muridnya
Mendengar ucapan seorang guru pemuda ini masuk kedalam sungai yang tidak terlalu deras.
Galuh Tapa langsung masuk ke air itu,sungai yang dimasuki airnya dangkal hanya sebatas pinggang ,dia merendamkan tubuhnya seperti orang bermeditasi.
Dengan keyakinan yang begitu besar pemuda ini mampu merendam tubuh selama satu jam lamanya.Galuh Tapa hanya mendengarkan suara air yang mengalir, tubuh pemuda ini mulai mengangkat sejengkal dari air sungai itu.
Pemuda ini mulai berhasil menguasai ilmu meringankan tubuh, Galuh Tapa merasakan tubuhnya mengangkat dari air itu.
Galuh Tapa membuka perlahan matanya, akan tetapai kosentrasi pemuda ini menjadi buyar hingga tubuhnya jatuh kedalam air itu.
Dikejauhan Ki Santa terseyum melihat anak muridnya yang hilang kendali.setelah terjatuh kedalam air, dengan keadaan yang basa kuyup, Galuh Tapa mendekati gurunya.
''kamu harus tetap fokos walaupun kamu mulai menguasai ilmu itu.''ucap Ki Santa dengan memberi nasehat.
''Aku akan berusaha lebih fokos untuk menggapai tujuanku.''jawab Galuh Tapa penuh semangat.
Pemuda itu beristirahat sejenak,bersandar di pohon besar yang rimbun, dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi, untuk memulihkan tenaganya,setelah satu jam beristirahat pemuda ini melanjutkan latihan.Galuh Tapa merendamkan kembali tubuhnya ke dalam air dengan memajamkan mata dan bermeditasi.
Semua pikiran pemuda itu mulai fokos, tidak lama kemudian tubuh Galuh Tapa mulai mengangkat diatas permukaan air.
"Nampaknya pemuda ini mulai berhasil menguasai ilmu ini,''gumam Ki Santa dari tepi sungai.
Tubuh pemuda itu mulai mengangkat, terbang beberapa depa,Galuh Tapa dengan perlahan membuka matanya.Kali ini Galuh Tapa berhasil,dia tidak terjatuh kedalam air lagi.
''bagus anak muridku kamu berhasil menguasai ilmu itu dengen cepat, walaupun baru beberapa tahap."ucap Ki Santa.''ini berkat latihan yang Eyang Guru berikan kepadaku. "Jawab Galuh Tapa.Matahari mulai tenggelam seraya malampun tiba.kedua orang itu beristirahat didalam gubuknya.Sebelum tidur mereka sembari bercerita yang di iringi dengan sebuah makanan singkong rebus dan air putih yang mengurangi rasa lapar dan haus mereka.
''ucap Ki Santa, ''aku lihat kemampuan mu mulai meningkat dengan pesat, teruslah berlatih agar kemampuanmu terus bertambah.
Galuh Tapa hanya menganggukan kepalanya, dia sudah mengerti apa yang telah Eyang Guru sampaikan.Setelah selsai makan dan bercerita merekapun pergi tidur
.Ke esokan hari Galuh Tapa melanjutkan latihannya. Galuh Tapa berlatih diarus air yang deras.dengan cara bermeditasi didalam air itu.Galuh Tapa langsung melompat kedalam air yang deras dengan tubuhnya mulai ditimpa air, namun Galuh Tapa berusaha tenang.
Ketenangan Galuh Tapa mampu membuat dirnya bertahan dalam tekanan deras air itu.
Tubuh Galuh Tapa naik tinggi terbang diatas air, nampaknya pemuda ini berhasil menguasai ilmu itu dengan tahapan lebih tinggi dari sebelumnya.
Kegigihan Galuh Tapa berhasil menguasai ilmu itu.Hanya dengan satu tarikan napas Galuh Tapa mampu menguasai ilmu meringankan tubuh yang diajarkan Ki Santa.
Galuh Tapa kini mampu berjalan diatas air, nampak dari langkahnya menyeberangi sungai yang deras itu.
melihat seorang murid yang mudah menguasai ilmu itu Ki Santa bangga punya murid seperti Galuh Tapa.
''Gumam Ki Santa, pemuda ini memang berbakat dalam waktu singkat sudah mampu menguasai ilmu ini.
Setelah latihan selsai Galuh Tapa, pulang keGubuk untuk beristirahat."Eyang Guru, kenapa ilmu meringankan tubuh ini, hanya bisa dipakai satu jam lamanya,"ucap Galuh Tapa dengan keraguan yang mendalam.
"ilmu yang kau kuasai belum seutuhnya sempaurna,kamu harus berlatih lagi anak muridku, "timbal Ki Santa.
Mendengar ucapan seorang Guru, pemuda ini ahirnya berlatih diatas batu besar, yang ada di puncak tertinggi dibukit tengkorak.
Galuh Tapa duduk bersila diatas batu itu,lalu pemuda ini melakukan meditasi, dengan terkena sinar matahari dan hembusan angin yang menderu, seakan membuat jiwanya tenang.Setelah tiga jam berlalu Galuh Tapa bermeditasi, akhirnya pemuda ini terbangun, dia merasakan tubuhnya begitu segar,seakan terbangun dari tidur panjang.
Kemudian Galuh Tapa berdiri dari
duduknya dan melangkahkan kaki meninggalkan batu itu.Galuh Tapa pergi menemui sang guru yang ada di gubuk, sesampai di tempat itu pemuda ini disuruh mencari tanaman bunga teratai putih
tanaman teratai putih,mampu untuk meningkatkan ilmu kanuragan.
Namun tanaman itu berada di lembah putih, di lereng bukit tengkorak, lembah itu begitu curam, ketinggiannya bisa mencapai seratus meter dari dasar permukaan.
Tanpa ada kerguan pemuda ini melangkahkan kaki menuju lembah itu.
Setelah beberapa jam berjalan pemuda itu melihat ada sebuah lembah yang nampak dari kejauhan.
"Apakah lembah ini yang dimaksut Eyang Guru. ''Gumam Galuh Tapa dengan ragu-ragu.
Galuh Tapa mendekati lembah itu, tidak memakan waktu lama pemuda itu sudah ada diatas lembah.
Sesampai diatas lembah Galuh Tapa, nampak melihat kedalaman lembah yang begitu dalam.
"Jika aku jatuh pasti akan mati di lembah ini,dan tubuhku pasti akan menjadi santapan binatang buas, "gumam Galuh Tapa dengan rasa khawatir.
Pada ahirnya Galuh Tapa menuruni lembah itu,dengan perlahan memegang akar yang besar sebagai pundasi untuk menuruni lembah itu.
Setelah satu jam menuruni lembah itu,terbesit di ingatan Galuh Tapa bahwa dia memiliki ilmu meringankan tubuh.
Dengan cepat pemuda itu melepaskan pegangannya, lalu kemudian dia memakai ilmu yang dimiliki.
Setelah sampai didasar lembah Galuh Tapa melihat nampak seberkas cahaya menyilaukan matanya.
Galuh Tapa mendekati cahaya itu, dengan cara mengerinyitkan mata lalu menghampiri kilauan itu.
Ternyata Galuh Tapa melhat sebuah tanaman bunga Teratai Putih, permuda itu langsung mengambil tanaman itu.
Setelah bunga Teratai Putih ada ditangannya, Galuh Tapa meninggalkan tempat itu.Hanya beberapa menit Galuh Tapa sudah ada diatas lembah, karna pemuda ini memakai ilmu yang dipelajarinya.
Galuh Tapa dengan cepat sudah sampai di gubuk Ki Santa, lalu menyerahkan bunga Teratai Putih yang ada ditangangannya.
"Terimakasih atas usahamu mengambilkan bunga Teratai Putih ini. ''ucap Ki Santa.
"Sudah semestinya aku membantu Eyang Guru. "jawab Galuh Tapa.
Namun Galuh tapa tidak megetahui untuk apa bunga itu.
Ke esokan hari Ki Santa memberikan minuman kepada Galuh Tapa, minuman itu adalah bunga Teratai Putih yang telah direbus Ki Santa.
Setelah air itu diminum Galuh Tapa, tubuhnya langsung merasakan reaksi, tanaman bunga Teratai Putih ,hingga membuat tubuh pemuda itu semakin kuat.Didalam lamunan Galuh Tapa teringat akan temannya yang telah telah meninggal oleh pendekar aliran hitam.Dia bertekad untuk membalaskan dendam Aji Bakas dan penduduk desa Luang Nyawa yang telah dibantai oleh sekte Naga Hintam.Kemudian Galuh Tapa mencoba mengeluarkan ajian yang dimilikinya. Ajian Rentak Bumi dikeluarkan Galuh Tapa , ajiannya terarah kepada batang besar yang dihadapan matanya.Ajian Rentak Bumi menghantam bantang lalu tebakar,walaupan ajian yang dimiliki belum memasuki level tinggi.Ki Santa melihat ajian yang dipakai anak muridnya sembari dia sangat terkejut, karna ajian Rentak Bumi hanya Ki Santa dan Ki Ulung yang memiliki ajian itu."kenapa kamu bisamemiliki ajian Rentak Bumi? "tanya Sang Guru kepada GaluhTapa. Ajian Rentak Bumi diberikan Eyang Guru,yang bernama Ki Ulung."jawab Galuh Tapa dengan lirih.Setelah mendengar jawaban seoarang murid, Ki Santa merasa senang sembari tersenyum tipis dari bibirnya. Ki Santa menceritakan bahwa Ki Ulung adalah adek sepeg
Setelah satu tahun berlalu, beberapa orang penduduk desa mendatangi tempat Ki Santa berdiam, dengan napas terhela-hela diantara mereka menceritakan, bahwa didesa tempat mereka tinggal terjadi wabah yang megerikan. Membuat penduduk jatuh sakit, karna air sungai yang mereka minum bayak membuat penduduk terkena wabah. Seiring waktu menjelang mlam, mereka bermalam di gubuk reot itu, entah apa yang membuat mereka datang menemui tempat Ki Santa, mereka meminta tolong, untuk mendatangi penduduk desa lalu mengobatinya. Ki Santa dan Galuh Tapa mendengar akan hal itu, mereka akan mengobati penduduk desa Kerinjing, bahkan akan mencari tahu sebab datangnya wabah di kampung itu. Keesokan hari mereka turun dari bukit tengkorak, Galuh Tapa dan Ki Santa memakai ilmu meringankan tubuh, mereka semua saling memegang tangan sembari terbang melayang, tidak memakan waktu lama mereka akan sampai di desa Kerinjing. Setelah sampai didesa itu Galuh Tapa dan Ki Santa terkejut melehat prahara yang me
Setelah beberapa tahun berlalu Galuh Tapa terus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya, dengan rajin pemuda ini selalu berlatih walaupun tanpa ada paksaan dari seorang guru. Bagaikan sebuah pohon besar, semakin tinggi tentu semakin deras angin menerpa, keinginan dan hasrat seorang pendekar harus memiliki jiwa kesatria, agar kelak mampu melawan aliran hitam yang bertindak sewenang-wenang. "Galuh, kenapa kamu tidak berlatih memaikan pedang Lintang Kuning, ku lihat kamu hanya memandang dan tidak mau mencabut pedang itu dari sarungnya.''ucap Ki Santa. "Jika melihat pedang ini aku teringat akan temanku,dan pendang ini belum bisa kukuasai, karna belum terpikir olehku untuk mempelajari pendang ini."jawab Galuh Tapa. "Kalau kamu tidak mempelajari pedang itu, kapan kamu akan mengusai pedang itu,bukankah pendang ini jadi incaran aliran hitam."ucap Ki Santa sembari memberi masukan. Galuh tapa hanya menganggukkan kepalah dan memikirkan perkataan gurunya itu memang ada benarnya.
Di pagi hari yang cerah sinar matahari mulai membentang.Galuh Tapa melanjutkan latihan, sebelelum latihan pemuda ini seketika melakukan pemanasan untuk menghangatkan suhu tubuh. Kali ini Galuh Tapa mengeluarkan pedang dari sarungnya, nampak terpancar cahaya keemasan dari pedang Lintang Kuning. Galuh Tapa mulai memainkan pedang pusaka Lintang Kuning, pemuda ini memakai ilmu meringankan tubuh, dia melompat diatas dedaunan dan turun kebawa menghunuskan pedang itu ketanah, lalu terbang melayang diatas pohon besar dan dengan sedikit mengibaskan pedang kedaun-daun yang ada dipohon itu, daunpun jatuh bertaburan ditanah. Setelah beberapa menit memaikan pedang pusaka Lintang Kuning,Galuh Tapa mulai merasakan hisapan energi pedang itu, seketika pemuda ini teringat ucapan seorang guru,dan dia tidak mau lagi memaksakan diri untuk mengusai pedang itu.Jadi pemuda itu langsung memasukan pedang pusaka Lintang Kuning kedalam sarungnya.Galuh Tapa menghentikan latihan sejenak dan menemui Sa
Setelah menyelesaikan masalah didesa Langur, Galuh Tapa meninggalkan desa itu, kini dia melanjutkan perjalanannya.Didalam perjalanannya Galuh Tapa tidak memakai ilmu yang dimilikinya, pemudah ini hanya berjalan kaki untuk menuju kerajaan Fasma Lebar.Namun sebelum sampai kekerajan itu, Galuh Tapa harus melalui beberpa desa, dari kejauhan sudah nampak suatu desa kecil, dia langsung mengarah berjalan kedesa yang telah terlehat.Ketika hendak sampai kedesa ,Galuh Tapa dihadang oleh seorang yang berkulit hitam yang berbadan kekar dengan raut wajah yang nampak garang."Mau kemana kisanak, pria ini sembari memegang pinggang. "ucap pria itu dengan nada membentak. "Aku hanya ingin pergi kedesa itu."ucap Galuh tapa dengan lirih.Pria berbadan kekar itu, maju mendekati Galuh Tapa dengan melinggangkan tangan, seakan-akan ingin memperlihatkan kegagahannya.Sementara itu Galuh Tapa tetap tenang, pria kekar itu seraya melhat pedang Lintang Kuning yang disandang anak muda itu." Pedangmu sang
Perjalanan Galuh Tapa kali ini di temani Serampang Hitam, dia adalah sahabatnya, walaupun mereka belum lama saling kenal tapi mereka sahabat baik.Kedua pemuda ini berjalan melangkahkan kakinya untuk menolong orang yang yang membutuhkan bantuan mereka. Didalam perjalanan dua pemuda ini terhalang oleh kabut hitam yang tebal hingga pandangan mereka tidak jelas, hanya beberapa meter akibat kabut tebal itu.Galuh Tapa dan Serampang Hitam tetap melangkahkan kaki untuk menuju suatu desa.Namun dilalam perjalanan mereka melalui hutan yang lebat, tiba-tiba mereka dihadang oleh tiga puluh orang yang memakai topeng yang nampaknya dari aliran klan hitam." mau kemana kalian, "ucap orang bertopeng dengan menujuk kearah dua pemuda itu. "Kami mau kesuatu desa" ucap Serampang Hitam dengan santai.melihat kedua pemuda ini,orang bertopeng langsung mengepung sembari mau menyerang Galuh Tapa dan Serampang Hitam.Sementara dua pemuda ini juga, sudah siap untuk menyerang,pemimpin aliran hit
Setelah beberapa hari Galuh Tapa sembuh dari luka, akhirnya mereka memasauki desa ilir sungai, disana nampak seperti tidak ada kejadian apa pun yang menerpa desa itu, tidak seperti yang di ucapkan temannya Arya, mereka hanya melihat suasana yang biasa saja, penduduk desa sepi, entah kemana.Mereka terus melangkah berjalan didesa ilir sungai dan melihat beberapa penduduk desa yang ada didepan rumahnya."Maaf kisanak, sebenarnya apa yang terjadi didesa ini, hingga desa ini sangat sepi seperti tidak ada penghuni. "ucap Galuh Tapa dengan lirih. Beberapa dari penduduk desa hanya terdiam,dan seperti merahasiakan sesuatu.Ketiga pemuda itu pergi meninggalkan penduduk desa,dan mereka berniat kembali kegubuk Arya, tapi mereka tidak melewati jalan yang dilalui sebelumnya melainkan lewat jalan lain.Namun didalam perjalanan, mereka melihat bekas darah segar yang masih nampak berceceran di tanah dan di semak-semak yang ada.Serampang Hitam mengambil darah yang ada didaun dan melihatnya deng
Perjalanan kedua pemuda ini melalui hutan yang penuh pohon besar yang nampak rapat.Setelah dua jam berjalan mereka melihat sebuah sungai yang airnya begituh jernih, kedua pemuda itu, mengusap wajahnya keair itu, merekapun istirahat diatas batu besar, lalu membuka bekal yang tadi disiapkan Arya untuk mereka makan.Kedua pemuda itu branjak dan melanjutkan perjalanan, mereka menyeberangi sungai lalu melewati semak berduri, kedua pemuda ini sangat berhati-hati melalui semak itu.Kini dari kejauhan pemuda itu melihat sebuah desa kecil, mereka mendekati desa itu,setelah tiba didesa ,Galuh Tapa dan Serampang Hitam sangat terkejut melihat keadaan disana.'' kenapa didesa ini sangat gersang dan tanah disini banyak debu-debu sedangkan ini belum musim panas, ''ucap Serampang Hitam. ''pasti terjadi sesuatu disini.''jawab Galuh Tapa. merekapun maju melangkahkan kaki dan menanyankan sama penduduk desa."didesa Lawangan ini sudah lama tidak hujan dan bahkan air sumur tempat kebutuhan warg
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa