Seorang otaku bangun di tubuh puteri yang terabaikan. Steffani Alina, seorang gadis biasa yang menyukai para lelaki dua dimensi buatan Jepang itu tidak tau apa yang tengah terjadi padanya. Ia meninggal dalam kecelakaan tabrak lari sepulang membeli 'kebutuhan' otakunya. Namun saat ia membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah kamar mewah bernuansakan emas. Namun, meski terlihat megah, kamar itu nampak tidak terurus. "Tempat apa ini?!" ucapnya seraya menoleh ke kanan dan kiri dengan panik. Ia segera turun dari kasur itu, hendak keluar dari kamar yang begitu asing baginya. Namun saat ia melewati cermin besar yang berada disana, betapa terkejutnya ia saat melihat pantulan dirinya di cermin. "I-ini... ini bukan aku!" ucapnya terkejut seraya menyentuh wajah cantik itu. Rambut pirang berkilau keemasan, mata sebiru langit, kontur wajah kecil, bibir ranum merah alami, hidung bangir dan bentuk tubuh ideal. Sungguh impian para kaum hawa. Namun semua itu tidaklah berarti, setelah ia mendapat memori pemilik tubuh yang asli. Membuat Fani bertekad untuk mengubah garis takdir Isandra yang berakhir tragis. Apakah Fani akan berhasil bertahan sebagai Isandra? Apakah ia akan berhasil mengubah takdirnya? Akankah ia bertemu dengan orang yang memindahkan jiwanya?
View More"Aku adalah putrimu ayah! Ini debutanteku dan yang kalian perhatikan malah dirinya! Apa penderitaanku selama ini belum cukup untuk menghukumku?!"
Seorang pria berambut putih dan iris setajam belati emas dengan jubah kebesaran kaisar itu berjalan mendekati gadis pirang yang barusan memarahinya. "Isandra, tolong dengarkan dulu-""Tidak! Aku sudah muak dengan kalian semua! Kalian ingin aku mati, bukan? Baiklah dengan senang hati. Jika hal itu bisa membuat kalian bisa memaafkan kesalahan yang bahkan tidak aku perbuat, akan kulakukan!"Gadis pirang itu menarik susuk yang ia gunakan di rambutnya. Ia mengangkat susuk itu tinggi-tinggi, kemudian memejamkan matanya. Air mata itu mengalir membasahi pipinya, "Semoga kau bisa memaafkan aku, ibu"Jleb"ISANDRA!!!"BOOOOOOOOMMMMMCahaya oranye kemerahan itu keluar dari tubuh Isandra tepat setelah ia menusuk dirinya sendiri. Tidak, itu bukan cahaya melainkan kobaran api yang menyala. Tiba-tiba entah darimana muncul seekor naga emas. Naga itu mengamuk, membakar semua hal yang ada di hadapannya. Kecuali Isandra.Orang-orang yang hadir di sana berlari ketakutan, mereka menjerit sembari berhamburan kabur menyelamatkan nyawa mereka. Namun naas, semua itu sia-sia."Kalian semua manusia rendahan, manusia biadab! Kalian tidak pantas hidup di dunia ini! MATILAH" seru naga itu di sela semburan apinya."Aku tidak pernah membencimu, putriku" lirih kaisar itu sebelum api sang naga juga melahapnya."AGH! Mimpi apa itu- eh? A-aku hidup?!" gadis cantik itu terbangun dari tidurnya dengan nafas terngah-engah, ia meraba seluruh tubuhnya yang nampak baik-baik saja walau terasa begitu kurus."T-tanganku, kenapa bisa seputih ini?" ucapnya tanpa sadar saat melihat tangan seputih susu itu.Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk mengenali tempat itu. "Tempat apa ini?!" ucapnya saat melihat kamar megah bernuansakan emas dan kombinasi warna putih. Namun kamar itu nampak tidak terawat, dilihat dari banyaknya sarang laba-laba di setiap sudut ruangan.Ia turun dari kasur queen-size itu, berjalan pelan seraya menelusuri ruangan yang begitu asing baginya. Hingga ia berhenti di depan sebuah cermin yang buram karena tertutup debu.Ia membelalak melihat pantulan wajah di cermin, "Ini bukan wajahku!" serunya terkejut seraya meraba wajahnya sendiri. 'Siapa?' batinnya bertanya-tanya.Surai pirang bagai kain sutera emas yang panjang, mata sebiru langit cerah di siang hari, hidung bangir dan dagu lancip, tubuh kurus bak model meski menurutnya ini terlalu kurus. Sungguh impian semua kaum hawa."Ini dimana... Halo? Apa ada orang? Siapapun tolong aku!" seru Fani berteriak meminta tolong. Namun tak seorang pun menjawab panggilannya. Fani duduk di pinggir kasurnya dengan wajah gusar, bagaimana ia bisa sampai disini? Dan kenapa tubuhnya berubah?"Apa ini seperti di komik-komik transmigrasi itu?" gumamnya pada diri sendiri. "Apa itu artinya aku sudah mati?" ucap Fani termenung sejenak. Fakta bahwa ia sudah mati seolah menakutinya. Beribu pun pertanyaan menyerang pikirannya.Dimana ini? Kenapa tubuhnya menjadi begini? Seingatnya ia sedang di jalan hendak pulang dari toko buku setelah membeli manga, dan karena tidak hati-hati saat menyebrang, sebuah truk yang melaju cepat pun menabrak Fani."Huaaa manga baruku, husbu-husbuku" Fani mulai meracau menangisi komik dan karakter-karakter tercintanya.DEG"Agh!" ia mengerang kesakitan saat denyut luar biasa itu menyerang kepalanya. Tangannya terangkat mencengkram rambutnya sendiri karena rasa sakit yang tak tertahankan.CeklekBruk"Nona Isandra!"Mata sayupnya perlahan menutup, namun ia masih mencoba untuk tetap terjaga walau akhirnya ia tak sanggup. Rasa sakit di kepalanya benar-benar membuatnya tak mampu barang mengeluarkan suara sedikitpun.'Siapa...Isandra?''~~//~~"Pembawa sial!""Gara-gara dirimu permaisuri dan kaisar terdahulu meninggal!""Pembunuh!""Monster!""Seharusnya kau mati saja!""Aku heran kenapa Yang Mulia kaisar belum membunuhmu!""Kau tidak pernah dicintai!""Kau itu tidak diinginkan!""MONSTER!""PEMBAWA SIAL!""MATILAH!"Suara-suara itu terdengar begitu mengecam di telinga Fani. 'Kenapa ucapan mereka kasar sekali? Siapa yang mereka sebut 'monster', 'pembawa sial', 'pembunuh'?' batinnya bertanya-tanya."Hiks hiks hiks"'Eh? Siapa yang menangis?' batin Fani saat mendengar suara isakkan kecil. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari siapa pemilik suara itu. Sejauh mata memandang, hanya ruang hampa yang bisa ia lihat."Ibu, apa aku yang membunuhmu dan kakek? Aku hiks aku minta maaf ibu, Isandra minta maaf"Fani menoleh ke kanan, mendapati seorang gadis yang duduk memebelakanginha. Surai pirang berkilau itu menyentuh tanah sangking panjangnya.Fani pun memberanikan diri untuk mendekati gadis itu. Sungguh, melihat seseorang menangis tersedu-sedu seperti itu rasanya menyayat hati Fani."Eum Permisi" ucap Fani. Namun tidak digubris oleh gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Kenapa kau menangis?" tanyanya lagi.Gadis itu pun mendongak ke arah Fani, membuat Fani spontan tersenyum canggung.'Tunggu kenapa wajahnya mirip dengan pantulan gadis cantik di cermin tadi? Apa dia...' batin Fani menyadari sesuatu."Isandra?"TBCChirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.
Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu
CeklekPintu besar itu terbuka, ruang gelap itu nampak diterangi seberkas cahaya saat kaki jenjang itu melangkah masuk.Galen, dengan sebuah lentera kecil di tangannya, masuk ke satu-satunya ruangan dimana lukisan Lucy berada."Hai Lucy, lama tidak berjumpa" ucap Galen menyapa, walau tentu saja tidak ada jawaban dari lukisan itu."Aku merindukanmu, kami semua merindukanmu. Tidak seharipun hati ini tidak menyebut namamu, berharap kau sudah tenang disana" lanjut Galen seraya mendaratkan bokongnya di lantai, duduk memeluk lututnya seraya menghadap lukisan besar mendiang sang istri."Hari ini... Isandra pulang ke Eleino, namun ia tidak sendirian. Ia datang bersama raja Erebos, dalam keadaan mengandung anaknya" ucap Galen menunduk dengan ekspresi rumit."Awalnya aku merasa gagal sebagai ayah karena tidak mampu menjaga putriku, dia hilang dan malah pulang dalam keadaan berbadan dua. Namun aku seolah tertampar saat dia mengatakan bahwa
Isandra pun menautkan kedua alisnya, "Kenapa? Ibu ikut saja denganku, kita bertemu ayah dan kakak. Ibu juga harus berkenalan dengan Luke" ucap Isandra.Lucy tersenyum sendu, "Sayang..." tangan lentik itu terangkat mengelus wajah yang merupakan duplikatnya itu. "Tempat ibu sudah bukan di dunia. Tapi disini..." ia menunjuk dada kiri Isandra, "...di hatimu, di hati ayah dan kakak-kakakmu, di hati kalian semua yang masih mengingat ibu" ucapnya.Isandra menunduk sendu, "Suatu saat kita akan bertemu lagi kan bu?" Lucy tersenyum manis, "Tentu saja sayang, kita semua akan bertemu dan bersama lagi. Ibu janji" ucapnya.Isandra pun ikut tersenyum, dan dengan cepat memeluk Lucy erat. Lucy membalas pelukan Isandra seraya berkas cahaya mulai menerangi tubuhnya. Membuatnya hilang bagai debu ditelan cahaya itu."Terima kasih, putriku" TesAir mata itu mengalir seraya sang empu membuka matanya. 'Ibu?' batinnya. "Isandra kenap
"AAARRRGGGHHHHH" Jerit Atlan mengerahkan seluruh kekuatannya, awan hitam di langit membentuk pusaran seraya Atlan mengangkat kedua tangannya.Sebuah lubang besar berwarna hitam muncul di atas langit, "Dengan ini, semua sihir di dunia akan menjadi milikku!" seru Atlan.Dengan cepat Isandra membentuk perisai untuk melindungi Azel dan keluarganya, jika tidak maka sihir di dalam tubuh mereka akan terhisap.FWOOOSSSHHIsandra melihatnya, mana sihir yang ada di sekitar kini tersedot habis ke dalam lubang itu, dan itu artinya Atlan akan semakin kuat karenanya.Hingga akhirnya lubang itu mengecil dan menghilang. Menyisakan Atlan, yang kini berwujud bagai bayangan hitam yang memenuhi tubuhnya. Kegelapan telah mencemari jiwanya."Dengan kekuatan sedahsyat itu, dia bahkan masih menginginkan mana nagamu" ucap Galen.Isandra hanya diam menatap tajam ke arah Atlan, perlahan ia membuka perisai pelindung itu. "Apa ya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments