Senja yang indah, gradasi warna oranye dan ungu yang menjadi tanda bahwa malam akan segera tiba pun menghiasi kanvas langit.
Crackle crackleBunyi ranting pohon kering terbakar api mengisi suasana sore itu dengan kehangatan, nampak dua orang pria berambut hitam dan abu-abu tengah membereskan barang bawaan mereka.Sedangkan seorang pemuda bersurai putih nampak tengah memanggang ikan dengan api yang ia ciptakan menggunakan sihirnya."Ah akhirnya selesai juga" ucap pria bermbut hitam itu seraya merenggangkan punggungnya."Ikannya sudah matang!" seru suara dari arah sana. Mereka pun segera berjalan mendekati sang pemilik suara."Wah baunya enak sekali. Pangeran tampan kita memang sangat pandai memasak" ucap pria berambut hitam itu. Sedang pria berambut abu-abu nampak sudah meneteskan air liurnya karena tidak tahan."Sudah, cepat dimakan sebelum dingin" ucap pria berambut putih itu dengan nada ketus. Padahal pipinya sudah bEvan menatap ke arah Isandra menunjuk, "Oh itu wilayah kerajaan Erebos, kerajaan yang penuh misteri. Tidak ada yang berhasil sampai ke sana karena kabut tebalnya, beberapa pelaut nekad malah tidak pernah kembali" jelas Evan."Hmmm kalau begitu bagaimana kita bisa mengetahui nama kerajaannya?" tanya Isandra bingung."Itu karena mereka adalah mitra dagang kekaisaran kita" ucap Evan.Isandra kembali mengerenyit bingung, "Hah?""Setiap bulan, kerajaan mereka akan mengirim barang dagangan melalui sihir teleportasi, kita juga begitu" ucap Evan."Oh ya? Apa yang mereka dagangkan?" tanya Isandra nampak tertarik."Hampir semua hal, dan barang-barang mereka semuanya berkualitas tinggi" ucap Evan lagi.Isandra pun hanya ber-oh ria seraya mengangguk paham, sepertinya ia perlu belajar lebih banyak lagi tentang dunia ini. Apa dia minta saja pada kaisar untuk memasukkannya ke akademi ya?"Sudah sore, kita pulang ya" ucap Evan
Ya, siapa lagi kalau bukan Percy? Pangeran tampan kekaisaran Eleino."Hah? A-apa?" Isandra membeo karena terlalu larut memandang wajah indah Percy. Bukannya apa, Isandra teringat pada ciri fisik salah satu karakter anime favoritnya.Percy mengerutkan dahinya,"Aku bilang, apa yang kau lihat?" tanyanya.Isandra yang tersadar bahwa ia sudah memandangi wajah seseorang tepat di depan orangnya pun meminta maaf. "Maaf, saya sudah berlaku tidak sopan" ucap Isandra seraya menunduk.'Agh bodoh bodoh! memalukan sekali. Tapi dia memang terlalu tampan. Sayangnya para sahabat otaku-kj tidak akan pernah bisa melijatnya hiks' batin Isandra meringis di dalam hati."Hei kau dengar tidak?" tanya Percy ketus. "Eh? Maaf saya tidak mendengarkan, anda tadi mengatakan apa ya?" tanya Isandra. Ah memalulan sekali, bisa-bisanya dia melamun sampai tidak mendengar ucapan orang lain."Aku bilang, laporkan para gadis sialan itu pada kaisar" ucapnya d
"Yang mulia, gaun mana yang ingin anda pakai?" tanya Marrie.Isandra baru selesai mandi pagi, dan hari ini ia memiliki jadwal belajar dansa dan etiket bersama Marchioness Crinossio. Karena pesta debutante pangeran Percy akan diadakan dalam waktu dua bulan, ia harus bisa menguasai semua hal mengenai bangsawan. Sepertinya Isandra harus belajar sampai mampus."Yang itu saja Marrie" ucap Isandra menunjuk gaun cantik berwarna babypink yang terkesan santai namun tetap sopan."Baiklah, waktunya berdandan" ucap Marrie antusias.Isandra hanya bisa menggeleng sembari tersenyum geli melihat tingkah Marrie. Jujur, Isandra tidak pernah berdandan ataupun didandani di kehidupan sebelumnya. Ia juga tidak terlalu memikirkan penampilan.Tapi siapa sangka ia malah terlahir kembali sebagai seorang putri? Dan ia diharuskan untuk selalu tampil cantik demi pandangan orang lain. Bukankah kekaisaran akan malu jika puteri mereka tampil biasa saja?
Malam yang cerah, sinar rembulan menyinari dengan indahnya. Di sebuah kamar di dalam istana megah, nampak seorang gadis berambut coklat tengah menyisir surai keemasan milik tuannya."Marrie" panggil Isandra pada Marrie yang tengah menyisir rambutnya. Ia baru selesai mandi setelah semua aktifitas melelahkan hari ini."Ya Yang Mulia?" sahut Marrie."Apa yang kau tau tentang Marchioness Crinossio?" tanya Isandra.Marrie nampak antusias menjawabnya, "Beliau adalah Lady paling terpandang di kekaisaran ini Yang Mulia. Semua etiket dan perbuatannya terbilang sempurna, beliau juga pribadi yang baik dan dermawan""Sangat banyak kegiatan amal yang sering beliau lakukan bersama countess Rosea, kakak iparnya. Kalau dulu mereka sering melakukan itu bertiga dengan Permaisu-ah maaf yang mulia, saya tidak bermaksud untuk menyinggung anda!" seru Marrie meminta maaf seolah telah salah bicara."Tidak apa-apa Marrie, lanjutkan" ucap Isandra lembut.
"Hm menarik, dapat kurasakan mana sucimu kuat juga" ucap dewa matahari itu menyeringai licik."Baiklah, kalau begitu aku memiliki sebuah tugas untukmu" ucapnya."Tu-tugas? Hamba akan lakukan semua yang hamba bisa!" ucap Saintess yakin."Kau harus melahirkan anakku"Saintess membelalak, yang ia maksud 'mengorbankan diri' adalah menjadi tumbal atau semacamnya, bukan mengorbankan tubuhnya. "Bagaimana?" tanya sang dewa karena Saintess hanya diam saja.Wajah Saintess nampak ragu untuk menjawab, namun ia meyakinkan hatinya. Ini demi para penduduk, "Hamba bersedia!" ucapnya tegas.Begitulah, sang Saintess pun mengandung anak dari sang dewa. Mereka tidak melakukan hubungan intim, melainkan dengan cara menanam mana dewa matahari di dalam rahim Saintess. Dan selama sembilan bulan musibah kemarau masih berlangsung di benua itu. Seluruh penduduk menderita dalam kelaparan, banyak korban nyawa berjatuhan selama sembila
Suatu hari, sebuah wilayah di sana mengalami pertikaian kecil namun berujung pembunuhan. Karena orang-orang di wilayah itu berebut pembagian hak untuk satu-satunya sumur yang ada disana.Ini adalah kasus pembunuhan pertama yang pernah terjadi. Karena tidak bisa dianggap remeh, takut jika nanti ada korban lagi. Eleino dan Aquillio pun mendatangi tempat itu.Aquillio memberi saran untuk kakaknya membuatkan sumur lain dengan kekuatannya. Agar mereka tidak perlu berebut lagi untuk menggunakannya. Namun Eleino menolak, menurutnya masyarakat di sana harus bisa menggunakan sumur itu bersama. Jika dibuatkan sumur lagi, pastinya hal rebutan itu akan terjadi lagi. Dan akan ada sumur kedua ketiga dan seterusnya. Eleino juga mengingatkan adiknya bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekuatan, mereka juga harus memikirkan cara lain agar masalah dapat diselesaikan.Aquillio tidak setuju dan mengatakan, "Aku heran kenapa dewa menjadikanm
Isandra terdiam setelah membaca buku itu."Kehancuran, atau puncak kejayaan" gumamnya.Sudah terjadi, kekaisaran ini sudah hancur di tangan Flammedra sebelum Isandra bereinkarnasi ke dunia ini. Tapi waktu malah berputar kembali, apa itu artinya ramalan itu belum benar-benar terjadi?Tunggu, kalau memang begitu kenapa pernikahan orang tuanya diizinkan?"Marchioness, saya memiliki pertanyaan" ucap Isandra."Ya, silahkan""Saya yakin kaisar terdahulu mengetahui tentang ramalan itu, lantas kenapa pernikahan antara Yang Mulia kaisar dan mendiang Permaisuri diizinkan?" tanyanya."Bisa dibilang, kaisar terdahulu itu terlalu optimis. Ia percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan beliau malah wafat saat kejadian itu" ucap dengan ekspresi rumit. Isandra kembali terdiam, ia harus apa? Apa kehancuran dan puncak kejayaan yang dimaksud itu adalah dirinya? Apa Isandra bisa mengubah masa depan? Tidak, ia sudah s
Keesokkan harinya,Pagi menjelang siang, langit biru yang cerah berawan dengan matahari yang menyombongkan sinarnya. Burung-burung berkicauan seraya terbang bersama para temannya. Berbeda dengan para burung itu, gadis pirang ini nampak menyendiri di bawah pohon rindang sembari membaca novel tebal itu. Isandra tidak ada kelas hari ini karena Marcioness sedang ada urusan. Jadi ia menghabiskan waktu dengan membaca buku dalam tenang damai tanpa ganggu-Krasak krusukIsandra menoleh ke arah semak yang bergoyang itu, matanya memicing menatapnya curiga. Namun sekian detik kemudian ia membelalak saat seorang pria dengan surai keabuannya muncul dari balik semak itu seraya menjewer telinga seorang pemuda berambut merah.Isansra mengenal pria bersurai keabuan itu, ia adalah Raiya, pengawal pribadi Isandra yang baru saja ditugaskan hari ini. Sedangkan pemuda itu, Isandra belum pernah melihatnya. "Aw aw aw Sir Raiya, sakit tau! Ak
Chirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.
Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu
CeklekPintu besar itu terbuka, ruang gelap itu nampak diterangi seberkas cahaya saat kaki jenjang itu melangkah masuk.Galen, dengan sebuah lentera kecil di tangannya, masuk ke satu-satunya ruangan dimana lukisan Lucy berada."Hai Lucy, lama tidak berjumpa" ucap Galen menyapa, walau tentu saja tidak ada jawaban dari lukisan itu."Aku merindukanmu, kami semua merindukanmu. Tidak seharipun hati ini tidak menyebut namamu, berharap kau sudah tenang disana" lanjut Galen seraya mendaratkan bokongnya di lantai, duduk memeluk lututnya seraya menghadap lukisan besar mendiang sang istri."Hari ini... Isandra pulang ke Eleino, namun ia tidak sendirian. Ia datang bersama raja Erebos, dalam keadaan mengandung anaknya" ucap Galen menunduk dengan ekspresi rumit."Awalnya aku merasa gagal sebagai ayah karena tidak mampu menjaga putriku, dia hilang dan malah pulang dalam keadaan berbadan dua. Namun aku seolah tertampar saat dia mengatakan bahwa
Isandra pun menautkan kedua alisnya, "Kenapa? Ibu ikut saja denganku, kita bertemu ayah dan kakak. Ibu juga harus berkenalan dengan Luke" ucap Isandra.Lucy tersenyum sendu, "Sayang..." tangan lentik itu terangkat mengelus wajah yang merupakan duplikatnya itu. "Tempat ibu sudah bukan di dunia. Tapi disini..." ia menunjuk dada kiri Isandra, "...di hatimu, di hati ayah dan kakak-kakakmu, di hati kalian semua yang masih mengingat ibu" ucapnya.Isandra menunduk sendu, "Suatu saat kita akan bertemu lagi kan bu?" Lucy tersenyum manis, "Tentu saja sayang, kita semua akan bertemu dan bersama lagi. Ibu janji" ucapnya.Isandra pun ikut tersenyum, dan dengan cepat memeluk Lucy erat. Lucy membalas pelukan Isandra seraya berkas cahaya mulai menerangi tubuhnya. Membuatnya hilang bagai debu ditelan cahaya itu."Terima kasih, putriku" TesAir mata itu mengalir seraya sang empu membuka matanya. 'Ibu?' batinnya. "Isandra kenap
"AAARRRGGGHHHHH" Jerit Atlan mengerahkan seluruh kekuatannya, awan hitam di langit membentuk pusaran seraya Atlan mengangkat kedua tangannya.Sebuah lubang besar berwarna hitam muncul di atas langit, "Dengan ini, semua sihir di dunia akan menjadi milikku!" seru Atlan.Dengan cepat Isandra membentuk perisai untuk melindungi Azel dan keluarganya, jika tidak maka sihir di dalam tubuh mereka akan terhisap.FWOOOSSSHHIsandra melihatnya, mana sihir yang ada di sekitar kini tersedot habis ke dalam lubang itu, dan itu artinya Atlan akan semakin kuat karenanya.Hingga akhirnya lubang itu mengecil dan menghilang. Menyisakan Atlan, yang kini berwujud bagai bayangan hitam yang memenuhi tubuhnya. Kegelapan telah mencemari jiwanya."Dengan kekuatan sedahsyat itu, dia bahkan masih menginginkan mana nagamu" ucap Galen.Isandra hanya diam menatap tajam ke arah Atlan, perlahan ia membuka perisai pelindung itu. "Apa ya