Share

154. Pedang Merah

GUNUNG GULGULAN yang menjadi tempat berdirinya Kuil Mega Merah menjadi tempat kejar-kejaran antara bayang-bayang yang melesat cepat diantara lembah-lembah terjal yang ada di gunung gulgulan tersebut. Aria Amante tahu bahwa dirinya dikejar oleh mereka. Secepat mungkin ia melarikan dirinya. Tapi kecepatan itu masih kalah juga dengan kecepatan mereka. Dalam waktu singkat, Ratu Pemikat sudah berdiri menghadang langkah Aria Amante.

"Oh, bahaya! dia sudah sampai di depan sana!" gumam Aria Amante dalam ketegangannya. “Sebaiknya aku lari ke arah kiri saja!"

Wusss...!

Aria Amante berkelebat tanpa peduli lagi apakah Ratu Pemikat masih mengejarnya lagi atau sudah bosan. Yang jelas dia harus cepat selamatkan diri, karena kunci kamar itu ada di balik ikat sabuk pinggangnya.

Baru saja beberapa jarak ia menempuh pelariannya yang berbelok arah itu, tiba-tiba di depannya sudah berdiri Eyang Sambar Nyawa yang segera berseru,

“Aria, jangan takut.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status