“Kalau saja mereka tahu tempat ini, mereka tidak akan mau bertarung untuk memperebutkan Pedang Merah," ujar Bintang mendekati.
“Kalau saja mereka tahu, mereka tidak sudi saling bunuh, sebab pusaka itu memang tidak ada!"
“Tidak ada?!"
“Guru tidak pernah punya Pedang Merah! Kamar itu bukan kamar penyimpanan pusaka, hanya sekadar kamar semedi!"
“Apakah kau pernah masuk di dalamnya?"
"Belum. Tapi saat pintu kamar itu terbuka, aku sempat melihat isinya. Tak ada barang apa pun kecuali selembar tikar di lantai. Ruangan itu benar-benar kosong! Bersih, bahkan tanpa cahaya jika pintu tidak dibuka!"
“Tapi mengapa mereka berebut untuk masuk ke kamar itu?"
"Mereka salah duga! Kabar tentang mendiang Guru memiliki pusaka Pedang Merah sepertinya hanya sebuah isapan jempol belaka, sekadar untuk menjaga wibawa Guru dan menakut-nakuti lawan!"
“Tapi... guruku, Begawan Cakra Buana
"Ini namanya Bunga Kuncup Surgawi!"“Aku baru kali ini mendengar namanya. Cukup indah, seperti indahnya warna bunga dan bentuknya. Cantik sekali, seperti cantiknya si pemberi," ucap Bintang melegakan hati Aria Amante. Gadis itu tersenyum dengan manisnya, berkesan malu namun bahagia hatinya."Bunga Kuncup Surgawi layak dimiliki oleh seorang pria," kata Aria Amante."Mengapa begitu?""Pria yang memiliki Bunga Kuncup Surgawi membuat dirinya tak bisa disakiti oleh perempuan mana pun! Seorang perempuan tak akan tega melukai hati pria yang memiliki Bunga Kuncup Surgawi. Bawalah bunga itu untuk menjaga-jaga hatimu. Sampai seratus tahun pun bunga itu tak akan layu. Harumnya tetap akan menyebar di seluruh tubuhmu, dan tercium dari jarak tiga puluh langkah. Tapi jangan sampai bunga itu jatuh ke tanah, karena dia akan cepat layu dan tak lagi menyebarkan wewangian yang menenteramkan hati siapa pun!"“Terima kasih
"Belum tentu mereka mau melayani pertarungan denganmu kang! Mereka lebih mementingkan pedang pusaka dengan cara memporak-porandakan kuil!"“Aku bisa menggunakan kunci! Dengan menunjukkan kunci itu, mereka pasti bersedia bertarung melawanku supaya bisa dapatkan kunci kamar ruang semedi itu!""Bagaimana kalau kakang sampai... kalah?'“Kalau suratan takdirku sudah begitu, tak ada yang bisa menghindarinya!" jawab Bintang dengan tenang.Bintang kemudian mengulurkan tangannya kearah sabuk belakang pinggangnya untuk meriah kunci yang diselipkan oleh Aria Amante. Kunci itu ternyata berbentuk seperti senjata cakra kecil. Ujungnya bergerigi dan mempunyai garis siku dua buah pada batangnya. Panjangnya antara satu ukuran jari tengah, tapi lebih kecil dari ukuran jari itu sendiri. Bagian pemegangnya berbentuk gambar hati yang berlobang. Bintang mencari akar, lalu membuatnya kalung dengan bandul kunci tersebut, ia mengikatkan akar dan kunci di lehernya agak
"Biadab kau! Terimalah aji pamungkasku ini! Hiaaah!”Tangannya masih bisa menghentak ke depan, dan hembusan badai berserbuk putih itu keluar dengan deras, mengguncangkan tanah sekeliling. Badai Salju terjadi, udara dingin begitu cepat menyembur ke tubuh Bintang. Tetapi Bintang diam saja. Dipandanginya gerakan jurus 'Badai Salju'nya si Eyang Sambar Nyawa itu. Dalam waktu singkat tubuh Bintang telah menjadi putih terbungkus salju. Dan salju-salju itu sebenarnya salju beracun. Salju itu akan memakan daging dan darah korbannya hingga menjadi tulang-belulang."Bocah edan!" geram Eyang Sambar Nyawa. “Sudah dibungkus salju sebanyak itu tetap saja tak mau rubuh?! Hiaaah!”Eyang Sambar Nyawa sentakkan kedua tangan lagi dengan telapak tangan membara merah menyala. Pukulan itu melepaskan sinar merah berbentuk piringan setengah lingkaran. Sinar merah melesat ke dada Bintang.Bintang bergerak cepat,Cringg!!!Suara sep
Wuttt...!Dengan kibasan tangan bagai memercikkan air, rombongan benda tajam itu pecah berhamburan ke mana-mana. Satu di antaranya masuk ke rahang Ratu Pemikat. Gadis itu tersentak bagai tersengat. Dan tiba-tiba kulit rahangnya itu mengelupas. Bergerak pelan mengelupas sendiri sampai ke bagian pipi. Ratu Pemikat cepat pejamkan mata. Kejap berikutnya luka itu kembali seperti semula. Mulus lagi wajahnya.Namun ia segera meniup telapak tangannya ke arah Bintang. Gemerincing bunyinya menerjang angin, menuju ke arah Bintang. Rupanya serombongan pecahan beling atau logam-logam tajam. Bintang segera putarkan Pedang Bintang Angkasa ke depan. Sesuatu yang berwarna serbuk hitam dari tiupan tangan Ratu Pemikat itu menyebar ke mana-mana terkena kibasan angin Pedang Bintang Angkasa. Bahkan kibasan angin itu semakin besar dan menghantam keras kepala Ratu Pemikat.Plokk...!“Ahhg!” Ratu Pemikat terpelanting. Kepalanya mengucurkan darah, sep
RATU PEMIKAT terlihat berjalan terseok-seok diantara semak belukar yang dilewatinya, terlihat dari kondisinya, Ratu Pemikat tengah menderita luka dalam yang cukup parah. Bahkan saat ini pandangan Ratu Pemikat mulai nanar.“Uggghhh... sial, sakit sekali!” rutuk Ratu Pemikat dalam hati seraya memegangi kepalanya yang berdarah. Langkah Ratu Pemikat terhenti dengan memegangi sebatang pohon yang bisa digapainya, lalu dengan sebisanya Ratu Pemikat mencoba untuk duduk dengan berselonjor kaki.“Matikah aku ?!” batin Ratu Pemikat dengan wajah pucat dipenuhi keringat dingin.Sebelum kesadarannya hilang, samar-samar Ratu Pemikat dapat melihat satu sosok muncul dihadapannya dan setelah itu Ratu Pemikat tak sadarkan diri.Sosok yang muncul dihadapan Ratu Pemikat sebelum pingsan, tak lain adalah Bintang. Melihat sosok Ratu Pemikat yang terkapar tak berdaya, Bintang jadi tak tega sendiri. Maka tanpa pikir panjang, diangkatnya sosok Ratu Pemikat k
Siang itu hujan turun, walaupun tidak lebat, tapi cukup membuat siang itu terlihat gelap karena matahari tidak menampakkan dirinya. Sementara itu didalam gubuk ditepi telaga biru, terlihat sosok Ratu Pemikat tengah tenggelam dialam semedinya, sementara Bintang sendiri tampak berdiri memandang kearah luar dari gubuk kecil itu, terlihat hujan turun dengan derasnya.“Sepertinya aku belum bisa kembali ke Kuil Mega Merah hari ini” batin Bintang seraya menarik nafas panjang melihat keadaan cuaca yang tidak mendukung. Bintang lalu berbalik arah dan duduk dengan menyandarkan dirinya di dinding gubuk. Sejenak pandangan Bintang tampak mengarah kearah Ratu Pemikat yang masih tenggelam dialam semedinya, dikepala Ratu Pemikat tidak terlihat lagi kain perban yang Bintang pasang semalam. Bahkan wajahnya yang semula pucat kini sudah kembali merona. Rona merah tampak diwajahnya yang membuat wajah Ratu Pemikat terlihat lebih cantik memikat.Bintang menajamkan pandan
“Tolong, Tuan! Lepaskan saya!” Ratu Pemikat pura-pura menangis dan mengemis kepada Bintang. Namun percuma saja. Bintang tidak mendengarkan perkataannya. Bahkan dengan liar Bintang menghujaminya dengan ciuman mautnya. Lama kelamaan tanaga Ratu Pemikat terkuras habis. Tubuhnya menjadi lemas. Ratu Pemikat sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa Ratu Pemikat lakukan hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya Bintang. Perlahan-lahan cengkeraman Bintang mulai mengendor.Perlakuan Bintang yang semula kasar mulai melunak dan berubah menjadi lembut. Bahkan Ratu Pemikat yang awalnya pura-pura menolak mulai masuk dalam permainan Bintang. Seketika itu kaki Ratu Pemikat terasa lemas dan lunglai. Ratu Pemikat tak kuat lagi menopang berat tubuhnya sendiri, sehingga Ratu Pemikat mulai terkulai. Namun dengan sigap, Bintang segera menangkap tubuhnya, mengangkatnya lalu membopongnya ke atas ranjang. Sesaat terlintas di wajah Bintang sebuah senyum kemenangan. Kemudian denga
“Maafkan aku tuan.” ucap Ratu Pemikat tiba-tiba hingga membuat Bintang heran dan mengenyitkan kening.“Maaf...maaf untuk apa?”“Aku telah menggunakan Pelet kembang perawanku untuk memikat tuan”“Pelet kembang perawan... Hebat sekali ilmu peletmu itu nyai, baru kali ini aku bisa terpengaruh dan tidak sadar karena pengaruh pelet nyai” ucap Bintang dan menyambut ucapan ; “Tapi untuk apa nyai melakukan itu?”“Aku berencana untuk membunuh tuan, tapi...” Ratu Pemikat menghentikan ucapannya sejenak. “Aku tak sanggup melakukannya.”“Kenapa?”“Belum pernah aku bertemu lelaki yang bisa memuaskan hasratku. Tuanlah yang pertama” ucap Ratu Pemikat dengan jujur. Bintang tersenyum bangga mendengar hal itu.“Syukurlah kalau begitu nyai.” ucap Bintang lagi tersenyum.“Jangan panggil aku nyai tuan. Pangg
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig