RATU PEMIKAT terlihat berjalan terseok-seok diantara semak belukar yang dilewatinya, terlihat dari kondisinya, Ratu Pemikat tengah menderita luka dalam yang cukup parah. Bahkan saat ini pandangan Ratu Pemikat mulai nanar.
“Uggghhh... sial, sakit sekali!” rutuk Ratu Pemikat dalam hati seraya memegangi kepalanya yang berdarah. Langkah Ratu Pemikat terhenti dengan memegangi sebatang pohon yang bisa digapainya, lalu dengan sebisanya Ratu Pemikat mencoba untuk duduk dengan berselonjor kaki.
“Matikah aku ?!” batin Ratu Pemikat dengan wajah pucat dipenuhi keringat dingin.
Sebelum kesadarannya hilang, samar-samar Ratu Pemikat dapat melihat satu sosok muncul dihadapannya dan setelah itu Ratu Pemikat tak sadarkan diri.
Sosok yang muncul dihadapan Ratu Pemikat sebelum pingsan, tak lain adalah Bintang. Melihat sosok Ratu Pemikat yang terkapar tak berdaya, Bintang jadi tak tega sendiri. Maka tanpa pikir panjang, diangkatnya sosok Ratu Pemikat k
Siang itu hujan turun, walaupun tidak lebat, tapi cukup membuat siang itu terlihat gelap karena matahari tidak menampakkan dirinya. Sementara itu didalam gubuk ditepi telaga biru, terlihat sosok Ratu Pemikat tengah tenggelam dialam semedinya, sementara Bintang sendiri tampak berdiri memandang kearah luar dari gubuk kecil itu, terlihat hujan turun dengan derasnya.“Sepertinya aku belum bisa kembali ke Kuil Mega Merah hari ini” batin Bintang seraya menarik nafas panjang melihat keadaan cuaca yang tidak mendukung. Bintang lalu berbalik arah dan duduk dengan menyandarkan dirinya di dinding gubuk. Sejenak pandangan Bintang tampak mengarah kearah Ratu Pemikat yang masih tenggelam dialam semedinya, dikepala Ratu Pemikat tidak terlihat lagi kain perban yang Bintang pasang semalam. Bahkan wajahnya yang semula pucat kini sudah kembali merona. Rona merah tampak diwajahnya yang membuat wajah Ratu Pemikat terlihat lebih cantik memikat.Bintang menajamkan pandan
“Tolong, Tuan! Lepaskan saya!” Ratu Pemikat pura-pura menangis dan mengemis kepada Bintang. Namun percuma saja. Bintang tidak mendengarkan perkataannya. Bahkan dengan liar Bintang menghujaminya dengan ciuman mautnya. Lama kelamaan tanaga Ratu Pemikat terkuras habis. Tubuhnya menjadi lemas. Ratu Pemikat sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa Ratu Pemikat lakukan hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya Bintang. Perlahan-lahan cengkeraman Bintang mulai mengendor.Perlakuan Bintang yang semula kasar mulai melunak dan berubah menjadi lembut. Bahkan Ratu Pemikat yang awalnya pura-pura menolak mulai masuk dalam permainan Bintang. Seketika itu kaki Ratu Pemikat terasa lemas dan lunglai. Ratu Pemikat tak kuat lagi menopang berat tubuhnya sendiri, sehingga Ratu Pemikat mulai terkulai. Namun dengan sigap, Bintang segera menangkap tubuhnya, mengangkatnya lalu membopongnya ke atas ranjang. Sesaat terlintas di wajah Bintang sebuah senyum kemenangan. Kemudian denga
“Maafkan aku tuan.” ucap Ratu Pemikat tiba-tiba hingga membuat Bintang heran dan mengenyitkan kening.“Maaf...maaf untuk apa?”“Aku telah menggunakan Pelet kembang perawanku untuk memikat tuan”“Pelet kembang perawan... Hebat sekali ilmu peletmu itu nyai, baru kali ini aku bisa terpengaruh dan tidak sadar karena pengaruh pelet nyai” ucap Bintang dan menyambut ucapan ; “Tapi untuk apa nyai melakukan itu?”“Aku berencana untuk membunuh tuan, tapi...” Ratu Pemikat menghentikan ucapannya sejenak. “Aku tak sanggup melakukannya.”“Kenapa?”“Belum pernah aku bertemu lelaki yang bisa memuaskan hasratku. Tuanlah yang pertama” ucap Ratu Pemikat dengan jujur. Bintang tersenyum bangga mendengar hal itu.“Syukurlah kalau begitu nyai.” ucap Bintang lagi tersenyum.“Jangan panggil aku nyai tuan. Pangg
“Aneh! Kamar kosong begini disangka ada pusakanya?!" gumam Bintang dengan heran.“Sudah kukatakan, kamar ini kosong kang! Ternyata benar, bukan?!"Bintang manggut-manggut merenunginya. Tiba-tiba datang angin tak terlalu kencang. Daun kering terbang tertiup angin, masuk ke kamar itu dan jatuh di tikar. Aria Amante ingin buru-buru memungutnya karena merasa telah mengotori kamar semedi itu. Namun tangannya segera ditepis oleh Bintang dalam sentakan keras.Wuttt...! Pluk...!Segera tubuh Aria Amante dipeluknya. Aria Amante terkejut berada dalam pelukan Bintang. Tapi lebih terkejut lagi melihat sesuatu yang terjadi di dalam kamar. Daun kering itu telah membuat beban lain di tikar, dan puluhan tombak berjajar rapi keluar dari arah kanan-kiri dinding.Zzzrabb...!Dua rombongan tombak saling menghujam rapat. Jika ada orang berdiri di atas tikar itu, pasti akan hancur ditembus lebih dari empat puluh tombak yang bergerak cepat dari kanan-k
“Dimana ? dimana kang ?!”“Kau tak bisa melihatnya Aria! karena Pedang Merah itu disimpan oleh gurumu di antara lapisan alam nyata dan alam gaib” jelas Bintang sehingga semakin mengejutkan Aria Amante.“Aku ingin melihatnya kang! aku ingin melihatnya!” ucap Aria merengek. Bintang sendiri akhirnya mengalah. Dan berkata ;“Pejamkan matamu!”Dengan senyum merekah, Aria Amante memejamkan matanya dihadapan Bintang.Glek...Bintang menelan ludah melihat wajah Aria Amante tepat berada didepan matanya. Begitu cantik menawan hati.“Cantik sekali” gumam Bintang pelan.“Apa kang?” tanya Aria Amante tiba-tiba menyahut hingga membuat Bintang cepat menyahut.“Tidak apa-apa, bersiaplah!”Aria Amante yang memejamkan mata dapat merasakan sebuah hawa dingin tampak mengalir dikedua matanya yang terpejam, Aria Amante tak tau apa yang dilakuka
Aria Amante seperti orang yang baru tersadar begitu mendengar ucapan Bintang, ditatapnya pusaka Pedang Merah yang ada digenggamannya. Lalu dialihkan pandangannya kembali kearah Bintang. Seakan ingin meminta persetujuan Bintang tentang apa yang Bintang ucapkan tadi, Bintang mengerti arti pandangan Aria Amante padanya dan kepala Bintang mengangguk.Kini Aria Amante kembali menatap pusaka Pedang Merah yang ada digenggamannya dan dengan perasaan yang berdebar-debar.Cring! Plash!Begitu Aria Amante mencabut sedikit Pedang Merah diwarangkanya, semburat cahaya merah langsung memancar keluar dari Pedang Merah yang terbuka sedikit itu. Kedua mata Aria Amante membesar melihat hal itu, Bintang yang ikut takjub ikut mendekati Aria Amante untuk melihat lebih jelas.Sreggg....! Plash...!!!Secara perlahan Aria Amante meloloskan Pedang Merah dari warangkanya, seiring dengan semakin tercabutnya Pedang Merah da
“Bagaimana kang?” tanya Aria Amante tak sabar seraya mendekatkan wajahnya kewajah Bintang. Bintang berpaling kearah Aria Amante, tapi karena saat itu wajah Aria Amante berada begitu dekat dengan wajahnya, tanpa disengaja, bibir Bintang langsung bersentuhan dengan bibir Aria Amante yang merah merekah, bahkan hidung keduanyapun bertemu. Hal ini membuat keduanya langsung terdiam membisu, bibir dan hidung bertemu diantara keduanya tanpa disengaja.Hampir bersamaan, Bintang dan Aria Amante langsung menarik wajah mereka masing-masing, wajah Aria Amante sendiri terlihat langsung bersemu memerah karena malu. Untuk sesaat keduanya terdiam membisu. Hingga akhirnya Bintang yang lebih dulu membuka suara. “Jurus Pedang Merah ini memiliki 5 jurus tingkatan Aria” ucap Bintang mencoba mencairkan suasana. Terbukti cukup ampuh, Aria Amante akhirya kembali memandang kearah Bintang, walaupun wajahnya masih bersemu merah.“Jurus pertama Hawa Pedan
KEESOKAN HARINYA, Bintang memenuhi janjinya untuk membantu Aria Amante mempelajari jurus-jurus ilmu Pedang Merah. Hal ini membuat hati Aria Amante berbunga-bunga, karena terkadang Bintang harus memegangi tangannya untuk mengarahkan Aria Amante dalam mempratekkan jurus ilmu Pedang Merah yang dipelajari, tak jarang, Bintang juga harus memeluk pinggang ramping Aria Amante dari belakang untuk mengarahkan Aria Amante dalam pergerakan jurusnya.Hari demi hari berlalu, Bintang tidak saja mengajarkan Aria Amante melatih ilmu Pedang Merahnya dialam nyata, tapi untuk mempercepat proses pelajaran Aria Amante dalam menguasai ilmu Pedang Merah, terkadang Bintang juga melatihnya dalam pikiran, hal ini membuat Aria Amante semakin kagum dengan kemampuan yang Bintang miliki. Rasa kagum itu tanpa Aria Amante sadari mulai tumbuh menjadi bibit-bibit asmara yang mulai bermekaran dihatinya. Hubungannya dengan Bintang semakin dekat. Bahkan kini Aria Amante dengan