“Maafkan aku tuan.” ucap Ratu Pemikat tiba-tiba hingga membuat Bintang heran dan mengenyitkan kening.
“Maaf...maaf untuk apa?”
“Aku telah menggunakan Pelet kembang perawanku untuk memikat tuan”
“Pelet kembang perawan... Hebat sekali ilmu peletmu itu nyai, baru kali ini aku bisa terpengaruh dan tidak sadar karena pengaruh pelet nyai” ucap Bintang dan menyambut ucapan ; “Tapi untuk apa nyai melakukan itu?”
“Aku berencana untuk membunuh tuan, tapi...” Ratu Pemikat menghentikan ucapannya sejenak. “Aku tak sanggup melakukannya.”
“Kenapa?”
“Belum pernah aku bertemu lelaki yang bisa memuaskan hasratku. Tuanlah yang pertama” ucap Ratu Pemikat dengan jujur. Bintang tersenyum bangga mendengar hal itu.
“Syukurlah kalau begitu nyai.” ucap Bintang lagi tersenyum.
“Jangan panggil aku nyai tuan. Pangg
“Aneh! Kamar kosong begini disangka ada pusakanya?!" gumam Bintang dengan heran.“Sudah kukatakan, kamar ini kosong kang! Ternyata benar, bukan?!"Bintang manggut-manggut merenunginya. Tiba-tiba datang angin tak terlalu kencang. Daun kering terbang tertiup angin, masuk ke kamar itu dan jatuh di tikar. Aria Amante ingin buru-buru memungutnya karena merasa telah mengotori kamar semedi itu. Namun tangannya segera ditepis oleh Bintang dalam sentakan keras.Wuttt...! Pluk...!Segera tubuh Aria Amante dipeluknya. Aria Amante terkejut berada dalam pelukan Bintang. Tapi lebih terkejut lagi melihat sesuatu yang terjadi di dalam kamar. Daun kering itu telah membuat beban lain di tikar, dan puluhan tombak berjajar rapi keluar dari arah kanan-kiri dinding.Zzzrabb...!Dua rombongan tombak saling menghujam rapat. Jika ada orang berdiri di atas tikar itu, pasti akan hancur ditembus lebih dari empat puluh tombak yang bergerak cepat dari kanan-k
“Dimana ? dimana kang ?!”“Kau tak bisa melihatnya Aria! karena Pedang Merah itu disimpan oleh gurumu di antara lapisan alam nyata dan alam gaib” jelas Bintang sehingga semakin mengejutkan Aria Amante.“Aku ingin melihatnya kang! aku ingin melihatnya!” ucap Aria merengek. Bintang sendiri akhirnya mengalah. Dan berkata ;“Pejamkan matamu!”Dengan senyum merekah, Aria Amante memejamkan matanya dihadapan Bintang.Glek...Bintang menelan ludah melihat wajah Aria Amante tepat berada didepan matanya. Begitu cantik menawan hati.“Cantik sekali” gumam Bintang pelan.“Apa kang?” tanya Aria Amante tiba-tiba menyahut hingga membuat Bintang cepat menyahut.“Tidak apa-apa, bersiaplah!”Aria Amante yang memejamkan mata dapat merasakan sebuah hawa dingin tampak mengalir dikedua matanya yang terpejam, Aria Amante tak tau apa yang dilakuka
Aria Amante seperti orang yang baru tersadar begitu mendengar ucapan Bintang, ditatapnya pusaka Pedang Merah yang ada digenggamannya. Lalu dialihkan pandangannya kembali kearah Bintang. Seakan ingin meminta persetujuan Bintang tentang apa yang Bintang ucapkan tadi, Bintang mengerti arti pandangan Aria Amante padanya dan kepala Bintang mengangguk.Kini Aria Amante kembali menatap pusaka Pedang Merah yang ada digenggamannya dan dengan perasaan yang berdebar-debar.Cring! Plash!Begitu Aria Amante mencabut sedikit Pedang Merah diwarangkanya, semburat cahaya merah langsung memancar keluar dari Pedang Merah yang terbuka sedikit itu. Kedua mata Aria Amante membesar melihat hal itu, Bintang yang ikut takjub ikut mendekati Aria Amante untuk melihat lebih jelas.Sreggg....! Plash...!!!Secara perlahan Aria Amante meloloskan Pedang Merah dari warangkanya, seiring dengan semakin tercabutnya Pedang Merah da
“Bagaimana kang?” tanya Aria Amante tak sabar seraya mendekatkan wajahnya kewajah Bintang. Bintang berpaling kearah Aria Amante, tapi karena saat itu wajah Aria Amante berada begitu dekat dengan wajahnya, tanpa disengaja, bibir Bintang langsung bersentuhan dengan bibir Aria Amante yang merah merekah, bahkan hidung keduanyapun bertemu. Hal ini membuat keduanya langsung terdiam membisu, bibir dan hidung bertemu diantara keduanya tanpa disengaja.Hampir bersamaan, Bintang dan Aria Amante langsung menarik wajah mereka masing-masing, wajah Aria Amante sendiri terlihat langsung bersemu memerah karena malu. Untuk sesaat keduanya terdiam membisu. Hingga akhirnya Bintang yang lebih dulu membuka suara. “Jurus Pedang Merah ini memiliki 5 jurus tingkatan Aria” ucap Bintang mencoba mencairkan suasana. Terbukti cukup ampuh, Aria Amante akhirya kembali memandang kearah Bintang, walaupun wajahnya masih bersemu merah.“Jurus pertama Hawa Pedan
KEESOKAN HARINYA, Bintang memenuhi janjinya untuk membantu Aria Amante mempelajari jurus-jurus ilmu Pedang Merah. Hal ini membuat hati Aria Amante berbunga-bunga, karena terkadang Bintang harus memegangi tangannya untuk mengarahkan Aria Amante dalam mempratekkan jurus ilmu Pedang Merah yang dipelajari, tak jarang, Bintang juga harus memeluk pinggang ramping Aria Amante dari belakang untuk mengarahkan Aria Amante dalam pergerakan jurusnya.Hari demi hari berlalu, Bintang tidak saja mengajarkan Aria Amante melatih ilmu Pedang Merahnya dialam nyata, tapi untuk mempercepat proses pelajaran Aria Amante dalam menguasai ilmu Pedang Merah, terkadang Bintang juga melatihnya dalam pikiran, hal ini membuat Aria Amante semakin kagum dengan kemampuan yang Bintang miliki. Rasa kagum itu tanpa Aria Amante sadari mulai tumbuh menjadi bibit-bibit asmara yang mulai bermekaran dihatinya. Hubungannya dengan Bintang semakin dekat. Bahkan kini Aria Amante dengan
"Ha ha ha ha!” tapi ucapan Aria Amante justru disambut tawa oleh tapak beracun dan rombongannya. Hal ini membuat kegeraman Aria Amante semakin menjadi-jadi.Cring!Pedang Merah tercabut dari warangkanya, hingga ;Plash!Semburat cahaya merah langsung memancar keluar dan menerangi tempat itu, tapi anehnya cahaya merah itu tidak menyilaukan pandangan. Tapi walaupun tak menyilaukan, aura yang keluar dari Pedang Merah sangatlah mengerikan, hal ini pula yang membuat kelima orang yang berada dibelakang tapak beracun tersurut mundur tanpa mereka sadari, karena memang ilmu mereka berada dibawah tapak beracun sendiri, sehingga aura yang terpancar keluar dari Pedang Merah cukup mempengaruhi mereka.“HEI!” tapak beracun membentak dengan keras untuk menyadarkan para anak buahnya yang seketika langsung tersadar dari ketersurutan mereka. Dengan cepat kelimanya kembali kebelakang
Akkh!Belum lagi hilang rasa terkejutnya, sosok anak buah Tapak beracun kembali menjerit keras saat tubuhnya dilewati oleh gelombang sinar merah tersebut. Masih berada diudara, tubuh anak buah Tapak beracun tersebut tampak langsung menghitam dari dada terus menjalar menjadi dua arah, arah atas ke kepala arah bawah ke kaki dan semuanya menghitam hangus dalam seketika. Sosok yang telah tewas hangus menghilang itu langsung terjatuh ke tanah dan tergeletak diam tak bernyawa.Semua terkejut! semua terpana! melihat apa yang terjadi, bahkan sipembuat serangan, Aria Amante sendiri ikut terkejut melihat kedahsyatan serangan pusaka Pedang Merah miliknya, dan yang lebih mengejutkan lagi, gelombang sinar merah serangan pertama Aria Amante yang tadi tidak mengenai sasaran tampak melesat terus kedepan dan menghantam semak belukar yang ada didepannya, seketika saja semak belukar itu langsung mati menghitam begitu terpapar gelombang sinar merah tersebut.
Sementara sosok Aria Amante sudah berhadapan langsung dengan Tapak beracun. Bintang sendiri tampak berjalan kearah ke-4 anak buah Tapak beracun yang masih berdiri mematung.Weeesshhh!Bintang mengibaskan tangannya kearah ke-4nya, dan seketika itu juga, ke-4 anak buah Tapak beracun langsung lepas dari totokan yang mendera tubuh mereka.“Pergilah!” ucap Bintang dengan tegas. Anehnya, ke-4 anak buah Tapak beracun yang melihat kearah Bintang langsung memucat wajah mereka hingga tanpa dikomando, ke-4nya langsung berlari tunggang langgang meninggalkan tempat itu.Aria Amante dan Tapak beracun yang melihat hal itu cukup terkejut juga, Aria Amante terkejut karena Bintang mampu melepaskan jurus totokannya hanya dalam sekali kibasan tangannya saja, sedangkan Tapak beracun heran melihat anak buahnya melarikan diri dari tempat itu seperti orang yang sangat ketakutan.Bagaimana tidak ketakutan, h
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig