"Ha ha ha ha!” tapi ucapan Aria Amante justru disambut tawa oleh tapak beracun dan rombongannya. Hal ini membuat kegeraman Aria Amante semakin menjadi-jadi.
Cring!
Pedang Merah tercabut dari warangkanya, hingga ;
Plash!
Semburat cahaya merah langsung memancar keluar dan menerangi tempat itu, tapi anehnya cahaya merah itu tidak menyilaukan pandangan. Tapi walaupun tak menyilaukan, aura yang keluar dari Pedang Merah sangatlah mengerikan, hal ini pula yang membuat kelima orang yang berada dibelakang tapak beracun tersurut mundur tanpa mereka sadari, karena memang ilmu mereka berada dibawah tapak beracun sendiri, sehingga aura yang terpancar keluar dari Pedang Merah cukup mempengaruhi mereka.
“HEI!” tapak beracun membentak dengan keras untuk menyadarkan para anak buahnya yang seketika langsung tersadar dari ketersurutan mereka. Dengan cepat kelimanya kembali kebelakang
Akkh!Belum lagi hilang rasa terkejutnya, sosok anak buah Tapak beracun kembali menjerit keras saat tubuhnya dilewati oleh gelombang sinar merah tersebut. Masih berada diudara, tubuh anak buah Tapak beracun tersebut tampak langsung menghitam dari dada terus menjalar menjadi dua arah, arah atas ke kepala arah bawah ke kaki dan semuanya menghitam hangus dalam seketika. Sosok yang telah tewas hangus menghilang itu langsung terjatuh ke tanah dan tergeletak diam tak bernyawa.Semua terkejut! semua terpana! melihat apa yang terjadi, bahkan sipembuat serangan, Aria Amante sendiri ikut terkejut melihat kedahsyatan serangan pusaka Pedang Merah miliknya, dan yang lebih mengejutkan lagi, gelombang sinar merah serangan pertama Aria Amante yang tadi tidak mengenai sasaran tampak melesat terus kedepan dan menghantam semak belukar yang ada didepannya, seketika saja semak belukar itu langsung mati menghitam begitu terpapar gelombang sinar merah tersebut.
Sementara sosok Aria Amante sudah berhadapan langsung dengan Tapak beracun. Bintang sendiri tampak berjalan kearah ke-4 anak buah Tapak beracun yang masih berdiri mematung.Weeesshhh!Bintang mengibaskan tangannya kearah ke-4nya, dan seketika itu juga, ke-4 anak buah Tapak beracun langsung lepas dari totokan yang mendera tubuh mereka.“Pergilah!” ucap Bintang dengan tegas. Anehnya, ke-4 anak buah Tapak beracun yang melihat kearah Bintang langsung memucat wajah mereka hingga tanpa dikomando, ke-4nya langsung berlari tunggang langgang meninggalkan tempat itu.Aria Amante dan Tapak beracun yang melihat hal itu cukup terkejut juga, Aria Amante terkejut karena Bintang mampu melepaskan jurus totokannya hanya dalam sekali kibasan tangannya saja, sedangkan Tapak beracun heran melihat anak buahnya melarikan diri dari tempat itu seperti orang yang sangat ketakutan.Bagaimana tidak ketakutan, h
Ciiaatttt!Wutttt... wuttt... wuttt... wuttt...!Aria Amante lebih dulu melesat menerjang kedepan dengan kibasan Pedang Merahnya.Hyyaattt! Bet! Bet! Bet!Tapak beracun tak mau kalah, jurus tangan beracunpun dikerahkan, Tapak beracun ikut melesat kedepan.Selanjutnya keduanya terlibat dalam satu pertarungan yang dahsyat juga aneh, dimana baik Aria Amante maupun Tapak beracun sama-sama saling menghindari terjadi bentrokan serangan. Bila Tapak beracun menghindari kedua tangannya bentrok dengan Pedang Merah, sementara Aria Amante sangat menghindari dirinya bila harus terkena kedua tangan Tapak beracun yang mengandung racun. Sehingga pertarungan keduanya dahsyat tapi juga lucu. Saling serang bergantian, saling menghindarpun bergantian.Aria Amante sendiri karena takut tersentuh oleh kedua tangan Tapak beracun, sehingga dalam melepaskan jurus Pedang Merahnya
Gletakk!Bersamaan dengan lenyapnya tubuh Tapak beracun, Pedang Merah yang ada dilengan kanan Aria Amante terlepas, wajah Aria Amante terlihat pucat saat melihat lengannya yang tadi dicengkram oleh Tapak beracun mulai muncul warna hijau pekat yang secara perlahan merambat naik kearah pergelangan tangan, warna hijau pekat terlihat sudah memenuhi telapak tangan Aria Amante.Akhhh! Aria Amante menjerit dan terlihat limbung terjatuh kebelakang.Serrr...!Satu sosok tubuh berkelebat cepat menangkap tubuh Aria Amante yang limbung terjatuh kebelakang.“K...ka...kakang.” usai berucap, Aria Amante langsung tak sadarkan diri dipangkuan sosok yang tak lain adalah Bintang adanya.-o0o-UUGGHHH...Aria Amante tersadar dari pingsannya, Aria Amante langsung mengedarkan pandangannya dan mengenali tempat dimana dirinya berada saat ini, berada di gubuk kecil yang ada didekat te
Malam itu. Aria Amante tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya. Sejenak Aria Amante tampak mencari-cari sosok Bintang yang ternyata tidak ada didekatnya.“Dimana kang Bintang?” batin Aria. Karena ingin mencari Bintang, Aria Amante kemudian turun dari ranjang lalu berjalan kearah kearah jendela gubuk tersebut, ditepi jendela Aria Amante berdiri tegak menatap keluar. Sejenak Aria Amante menatapi keadaan disekitar tempat itu yang cukup terang malam itu karena bulan bersinar terang menerangi tempat itu, ditambah pantulan air telaga biru yang keluar menyemburat hingga semakin membuat tempat itu menjadi terang.Tapi tiba-tiba saja Aria melihat satu kelebatan bayangan berwarna ungu dibalik bebatuan yang ada didekat telaga biru. Karena rasa penasarannya, akhirnya Aria Amante ikut berkelebat kearah asal bayangan ungu itu berkelebat. Dari balik batu yang cukup besar untuk bersembunyi, Aria Amante mencoba mengintip siapa sebenarnya sosok ungu itu.“Kang Bi
SIANG ITU suasana di Gunung Gulgulan yang menjadi tempat berdirinya Kuil Mega Merah tampak sepi-sepi saja, mataharipun tampak bersinar tak cukup terang hari itu, karena sebagian langit tampak sudah tertutup gerombolan awan hitam yang berarak secara perlahan kearah barat.Duer!Guntur menggelegar dengan keras di puncak Gunung Gulgulan, seakan ingin menghancurkan Gunung Gulgulan. Sementara itu didalam Kuil Mega Merah, tampak sosok seorang laki-laki yang tengah memandang kearah halaman kuil, tatapannya tampak kosong seperti tengah melamunkan sesuatu. Hingga akhirnya rintik-rintik hujan menyadarkan lamunannya. Seketika lelaki muda ini memperhatikan keadaan langit yang sudah mulai gelap seluruhnya hingga menurunkan hujan yang sangat deras ditempat itu.“Kakang... Ayo makan! masakannya sudah siap nih!” sebuah suara menyadarkan lelaki muda itu yang segera berbalik badan. Tampak beberapa langkah dihadapannya, terd
“Aria rela kakang... Aria rela menerima hal itu” ucap Aria lagi sehingga membuat Bintang semakin menatapnya penuh arti.“Aria jatuh cinta sama kakang. Aria.. sayang sama kakang” sambung Aria mengungkapkan isi hatinya, walaupun sebenarnya Aria bukanlah tipe perempuan yang berani mengungkapkan perasaan, tapi Aria tak ingin menyimpan perasaannya lebih lama, karena bila sampai Bintang pergi meninggalkannya tanpa sempat Aria mengungkapkannya, itu akan menjadi penyesalan seumur hidup bagi Aria Amante, karena itulah dengan membuang jauh-jauh rasa malunya, Aria mengungkapkan isi hatinya kepada Bintang.“Kau gadis yang cantik juga baik Aria. Kakang yakin diluar sana banyak laki-laki yang bersedia menjadikan Aria sebagai istrinya. Kakang juga yakin suatu saat nanti, Aria akan menemukan laki-laki yang jauh lebih daripada kakang”Mendengar ucapan Bintang, Aria Amante terlihat menatap Bintang dengan tajam dan berkata ; “Tidak kakang.
“Aria ingin tidur dipeluk sama kakang” ucap Aria akhirnya dengan wajah tertunduk.Glek! Bintang harus menelan ludah mendengar kata-kata Aria barusan. Dengan lembut Bintang tempatkan kedua telapak tangannya di pipi Aria, dan mengangkat wajahnya. Wajahnya terlihat bersemu merah. Mata keduanya saling menatap, dan entah bagaimana. Wajah keduanya mulai semakin mendekat… dekat dan dekat… sehingga Bintang rasakan nafas Aria yang harum menyentuh wajahnya. Tangan kanan Bintang pindah kearah dagu Aria yang lembut. Sedikit Bintang tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa Bintang rasakan. Ini mungkin rasanya seorang perempuan yang pertama kali akan melakukan ciuman. Matanya terkatup, manis dan cantik sekali Aria dalam pandangan Bintang, seolah menggoda Bintang untuk berbuat lebih jauh.Bintangpun mendekatkan bibirnya dengan bibirnya, Bintang pagut lembut… Aria tidak membalas juga tidak menolak. Kembali Bintang pagut bibirnya, m