Share

154. Bagian 3

Eyang Sambar Nyawa makin tertawa geli melihat Bandot Tua bagai dipermainkan oleh dua perempuan. Tapi tawa tersebut cepat lenyap, karena mata Dewi Asmara Darah kini memandangnya dan dengan satu kali sentakan kepala mengibas, Eyang Sambar Nyawa terjungkal ke samping dan wajahnya masuk ke semak-semak.

Brusss...!

“Siapa yang mau tertawa lagi, hah?!" bentak Dewi Asmara Darah dengan lagak galaknya. Lalu, terdengar suara tawa yang walau tak keras namun terdengar jelas. Itulah tawa milik Bintang.

"Ha ha ha... Aku tertawa!"

Dewi Asmara Darah cepat palingkan pandang dengan wajah tetap menampakkan kegeramannya. Tapi ia cepat berkata, “Kalau kau yang tertawa, terserah!"

"Hmm!” Ratu Pemikat mencibir, mencemooh sikap Dewi Asmara Darah.

Bintang segera membuka caping bambunya sehingga terlihatlah raut wajah tampan itu, sementara itu terdengar Bandot Tua berseru,

"Pendekar muda! Menyingkirlah kau dan jangan lindungi gadis bodoh itu!

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status