Ketika Bertemu Denganmu

Ketika Bertemu Denganmu

Oleh:  Abigail Kusuma  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
10Bab
260Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Seperti mimpi buruk, Belva yang merupakan sosok perempuan kuno, terjebak cinta satu malam dengan Ares Ducan—pria angkuh dan dingin. Sialnya, hubungan satu malam itu membuat Belva mengandung anak Ares Ducan. Hubungan rumit membentang, ditambah dengan status sosial yang berbeda. Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Belva dan Ares? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95

Lihat lebih banyak
Ketika Bertemu Denganmu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Michellyn
woh, ada cerita baru lagi.
2024-09-24 15:18:11
0
10 Bab

Bab 1. Salah Masuk Kamar

Kakinya meliuk di antara langkah yang gontai di tengah lorong sebuah hotel bintang lima. Perutnya sedikit mual, tapi tidak membuatnya ingin memuntahkan alkohol yang telah dia sesap hanya beberapa sloki.Belva Halburt, gadis mudah berusia 21 tahun yang baru saja lulus dari jurusan Design di salah satu Universitas ternama di Inggris itu sedang berjuang untuk menemukan kamar yang telah disewa oleh Elea—sahabatnya, sang pemilik pesta ulang tahun yang diadakan di kelab lantai paling atas hotel itu.Belva memang bukan peminum yang handal. Jika saja bukan karena Elea, dia tidak akan mau untuk menginjakkan kaki di sebuah klub. Selama ini, kedatangannya di kelab bisa dihitung tidak lebih dari sepuluh jari. Baginya, hal yang terpenting adalah belajar. Dia tidak mau menyia-nyiakan beasiswa yang telah dia terima untuk menempuh pendidikan yang dia impikan.Kedua mata Belva menyipit. Dia menatap satu pintu kamar cukup lama, memastikan apakah nomor yang sedang dia lihat benar dengan ingatannya. Deti
Baca selengkapnya

Bab 2. Berita Buruk

Dua bulan berlalu setelah kejadian memalukan yang telah Belva lakukan bersama dengan pria asing di hotel waktu itu. Beberapa kali juga dia masih sering membodohkan dirinya, karena apa yang telah dilakukannya memang bukan hal yang biasa baginya. Impian untuk mempersembahkan keperawanan bagi suaminya kelak telah hancur.Pagi ini, sejak Belva bangun, dia merasa tidak enak badan. Beberapa badannya terasa nyeri, mirip saat dia akan mengalami menstruasi, tapi kali ini dia merasa lebih lemas dari biasanya.Sepertinya itu adalah efek dari pikirannya yang terkuras karena selama dua bulan ini sering begadang untuk mencari lowongan pekerjaan. Nyatanya, lulus dari universitas bergengsi tidak langsung membuatnya mulus mendapatkan pekerjaan.Belva mengerang di tempat tidurnya. Perutnya makin mual, dan dia tidak bisa menahannya lagi. Detik berikutnya, Belva telah berlari ke kamar mandi, dan menunduk di atas wastafel untuk muntah.Tidak ada apa pun yang dimuntahkan kecuali cairan asam lambung kuning
Baca selengkapnya

Bab 3. Kau Harus Bertanggung Jawab!

Sampai di apartemen, Belva hanya bisa diam dengan semua pemikiran tentang kehamilannya yang tiba-tiba. Tidak pernah ada di dalam tabel rencana hidupnya untuk hamil di usia semuda ini.Setelah lulus kuliah, dia telah berencana untuk segera meraih impiannya sebagai Fashion Designer. Melamar di berbagai perusahaan fashion untuk mencari pengalaman kerja, mengumpulkan banyak uang dan berusaha untuk mendirikan perusahaanya sendiri.Sebuah cita-cita dan ambisi besarnya yang selalu dia banggakan dan usahakan untuk bisa terwujud. Banyak hal yang telah dia korbankan untuk itu semua. Waktu, masa muda, dan banyak kesenangannya yang sengaja dia tunda untuk bisa mendapatkan beasiswa penuh dan lulus cepat dengan nilai sempurna.Dia bahkan telah merencanakan nama perusahaannya sendiri dan membuat konsep yang akan dia usung nantinya. Rencana hidupnya benar-benar telah tertata rapi dan sangat sempurna.Namun lihatlah sekarang, bukannya sibuk dengan usaha mewujudkan itu semua, saat ini dirinya justru ha
Baca selengkapnya

Bab 4. Kau Hamil?

“Kau harus bertanggung jawab padaku untuk kejadian malam itu di hotel,” ucap Belva lagi, dengan nada tegas dan sedikit penuh tuntutan pada sang dokter tampan yang ada di hadapannya.Ya, Belva mengakui dirinya memang sudah kehilangan akal sehatnya. Namun, dalam kondisi hamil seperti ini dia bingung harus bagaimana. Seakan takdir menuntunnya, dia kembali bertemu dengan pria yang menjadi cinta satu malamnya.Hening sejenak, beberapa orang terlihat sedang menengok pada mereka, sementara sebagian lagi tidak peduli dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Belva. Tampak kening dokter tampan mengerut dalam. Dalam ketenangannya, dokter tampan itu terkejut.“Kau tidak mungkin lupa denganku, kan?” Nada bicara Belva sedikit menurun, agar aman tak didengar oleh orang lain. Sebab, dia tak ingin menjadi pusat perhatian.Dokter tampan itu masih tetap tenang meski terkejut akan ucapan Belva yang meminta pertanggung jawabannya. Dalam keheningan yang membentang, Belva tak sengaja melihat name tag di sne
Baca selengkapnya

Bab 5. Keraguan Dalam Penjelasan

Aroma rumah sakit yang khas kembali menyapa Belva. Sekitar setengah jam yang lalu dia duduk di ruang tunggu pasien sambil menyalakan radar waspadanya untuk mencari sosok Ares di antara orang-orang yang berlalu-lalang.Beberapa detik yang lalu dia mulai memikirkan kemungkinan buruk tentang satu hal, bisa saja hari ini adalah jadwal pria itu libur. Satu hal yang tidak pernah dia perkirakan sebelumnya. Namun meskipun begitu, dia tetap duduk di sana, dengan terus memperhatikan sekitar.Sampai akhirnya, dia menangkap sosok yang dia kenal. Ares Ducan, sedang berjalan di lorong yang berada di sisi kirinya, terlihat sendirian dan tidak terlihat tergesa-gesa. Belva menghela napas lega, kekhawatirannya telah terbantahkan. Saat itu juga, dia langsung berdiri dan setengah berlari untuk kembali menemui Ares.Raut wajah Ares terlihat tidak senang ketika menyadari siapa yang saat ini sedang mengarah padanya. Pria tampan itu menghela napas saat Belva telah berdiri di depannya. Tampak jelas Ares tak m
Baca selengkapnya

Bab 6. Tak Semua Hal Pahit  

Perasaan Ares campur aduk. Dia masih memandang Belva yang semakin jauh dari jarak pandangnya. Hati nuraninya mulai berpikir ulang tentang semua ucapannya yang telah dia lontarkan pada perempuan itu. Mungkinkah semua ucapannya tadi terdengar keterlaluan?Namun, Ares tetap meyakini tentang apa yang dia ucapkan juga memiliki logika yang kuat. Meskipun ada juga kasus yang seperti itu, tapi dia yakin hal seperti itu tidak akan terjadi padanya. Lagipula, malam itu dia sedang berada dalam kondisi yang luar biasa kelelahan. Dia yakin jika kualitas spermanya sedang tidak baik, jadi sangat tidak masuk akal jika Belva langsung hamil, bukan?Rasanya mustahil baru pertama kali berhubungan seks langsung hamil. Ares merasa bahwa semua itu tidak mungkin. Akan tetapi, tatapannya saatt ini kembali melihat pada lembar hasil USG dan nomor ponsel Belva yang masih dia pegang. Sebuah pemikiran lain tiba-tiba terlintas. Bagaimana jika memang bayi yang ada di dalam kandungan Belva adalah anaknya? Dengan sikap
Baca selengkapnya

Bab 7. Kau Akan Menjadi Seorang Designer Hebat!

Langkah Belva terasa ringan setelah dia menjalani wawancara kerja di perusahaan fashion terbaik yang ada di kota Manhattan. Semuanya berjalan dengan sangat lancar. Semua pertanyaan dari penguji berhasil dia jawab dengan sangat baik. Bahkan, dia yakin dari tatapan sang penguji, bahwa dia terlihat puas dengan apa yang telah dijawab oleh Belva.Belva yakin ini akan menjadi awalan yang sangat baik bagi dirinya. Sementara untuk kehamilannya saat ini, itu pun sudah disampaikan oleh Belva, dan sepertinya tidak akan mempengaruhi hasilnya jika dia baca dari raut wajah penguji tadi.Semoga saja, Belva benar-benar berharap dari itu.Tak langsung pulang, Belva memilih untuk masuk ke sebuah café. Dia perlu mendinginkan kepalanya atas semua hal yang telah terjadi padanya belakangan ini. Rasanya terlalu pengap, mulai dari kehamilan yang tidak terduga, dan juga Ares yang belum ada kabarnya sampai saat ini.Benarkah pria itu akan lari dari tanggung jawabnya? Atau memang pria itu tidak percaya dengan s
Baca selengkapnya

Bab 8. Kedatangan Elea

Belva langsung diberondong banyak pertanyaan oleh Elea saat dia masuk ke dalam apartemen. Bahkan, sahabatnya itu tidak memberi jeda sama sekali pada Belva untuk duduk sebentar. Omelan panjang karena sikap Belva terus terlontar dari mulut Elea.Belva tidak menyela sama sekali. Dia tahu dan paham benar jika dirinya memang telah melakukan kesalahan. Mengabaikan banyak pesan dari Elea adalah tindakan yang sangat salah. Setidaknya itu yang terus dikatakan oleh Elea semenjak tadi.“Kau hanya diam saja?” Elea cemberut, menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menghempaskan badannya pada sofa dengan tetap menatap kesal pada Belva.“Aku memberikan waktu untuk kau melampiaskan kemarahanmu padaku, Elea.” Belva duduk di sebelah Elea. “Ada lagi yang ingin kau katakan? Aku akan mendengarkannya tanpa menyela.”Elea menyerongkan badannya, menghadap pada Belva dengan tetap mempertahankan ekspresi merajuk. “Tidak ada. Semuanya telah kukeluarkan. Sekarang, apa penjelasanmu? Kau masih menganggapku sah
Baca selengkapnya

Bab 9. Aku Selalu Mendukungmu

Kedua mata Belva membulat saat melihat obat dan vitaminnya berada di tangan Elea. Dengan cepat, perempuan itu berdiri dan menyambar bungkusan itu. Wajahnya langsung memucat, dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Tamatlah riwayatnya.“Belva, hal apa yang telah kau sembunyikan dariku?” tanya Elea penuh selidik, merasa ada yang Belva sembunyikan.Belva tak segera menjawab. Dia benar-benar memikirkan apakah sudah saatnya mengatakan yang sebenarnya pada Elea. Dia mulai berusaha merangkai kata untuk menyanggahnya. Namun percuma, sahabatnya itu pasti telah mengetahui fungsi dari obat dan vitamin itu dari kakak iparnya.Tidak ada jalan lain. Belva tampaknya memang harus menceritakan yang sebenarnya pada Elea. Dia tidak ingin membuat sahabatnya itu semakin marah padanya karena banyak hal yang telah dia sembunyikan darinya.“Elea,” ucap Belva, dengan suara bergetar. “Ada hal besar yang tiba-tiba saja menimpaku. Sejujurnya, itu adalah alasan kenapa selama dua bulan ini aku tidak ada kabar
Baca selengkapnya

Bab 10. Kepanikan Elea

Menikmati waktu luang dengan menonton film adalah kegiatan yang akhir-akhir ini menjadi sering dilakukan oleh Belva. Satu-satunya jadwal rutin yang harus dia lakukan hanyalah yoga di pagi hari dan tidak lupa untuk rutin minum obat dan vitaminnya.Sudah beberapa minggu setelah dia melakukan tes wawancara kerja di sebuah perusahaan fashion impiannya. Setiap hari dia merasa gelisah untuk menunggu hasilnya. Setiap pagi begitu bangun dari tidur, Belva selalu meraih ponselnya dan memeriksa apakah ada e-mail pemberitahuan dari perusahaan.Oleh karena itu, akhirnya dia memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton film. Memikirkan alur cerita dari thriller movie yang dia tonton, membuat pikirannya menjadi sibuk untuk mencari si pelaku pembunuhan berantai di dalam cerita.Sama seperti saat ini. Belva mengerutkan keningnya, menahan napas karena sang pembunuh berantai hampir ditangkap oleh sekumpulan remaja sekolah yang bergabung dalam klub misteri. Berkali-kali Belva menebak siapa pembunuh i
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status