Home / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Bab 3-Manifestasi Kehendak Raja Naga

Share

Bab 3-Manifestasi Kehendak Raja Naga

Author: Murlox
last update Last Updated: 2024-10-12 14:48:09

Langit di atas Kastil Bertrand mulai gelap ketika Darrel Van Bertrand terbenam dalam buku kuno yang baru saja ditemukannya. Di balik halaman demi halaman yang dipenuhi dengan tulisan kuno dan simbol-simbol yang memusingkan, Darrel merasa seolah-olah dirinya ditarik ke dalam kisah yang berbeda—lebih tua dan lebih besar dari sekadar catatan sejarah manusia. Kisah tentang Drakonis, Sang Raja Naga, yang telah lama dilupakan oleh dunia manusia, kini tampak lebih nyata daripada apa pun yang pernah ia pelajari.

Saat Darrel terus membaca, rasa dingin yang aneh menjalar melalui tubuhnya. Tulisan-tulisan dalam buku mulai terasa bukan hanya sebagai cerita belaka, tetapi sebuah panggilan, bisikan dari masa lalu yang mencoba mencapai pikirannya.

“Drakonis,” Darrel berbisik, namanya terasa asing di lidah, namun penuh makna.

Di saat yang sama, seseorang bergerak di balik bayang-bayang perpustakaan. Elara, sang pelayan yang telah melayani keluarga Van Bertrand selama bertahun-tahun, perlahan mendekat.

Namun, Elara bukan hanya sekadar pelayan. Di balik penampilannya yang tenang dan baik, tersimpan sebuah rahasia yang tidak diketahui siapa pun di kastil ini—dia adalah manifestasi kehendak Drakonis yang telah bersembunyi selama berabad-abad, menunggu waktu yang tepat untuk membangkitkan kembali warisan sang Raja Naga melalui sosok Darrel.

Elara berdiri di ambang pintu perpustakaan, memperhatikan Darrel dengan mata yang penuh perhitungan. Dari balik jubah panjangnya yang berwarna abu-abu, ia mengulurkan tangan, menyentuh udara seolah-olah memanggil kekuatan yang tak terlihat.

“Waktunya tiba,” bisik Elara pelan.

Tiba-tiba, Darrel merasa ada sesuatu yang menariknya. Matanya yang masih menelusuri tulisan di buku itu tiba-tiba berhenti pada sebuah simbol yang terasa menggetarkan—sebuah naga yang melingkar di sekitar matahari. Seiring dengan itu, rasa pusing yang mendalam melanda pikirannya. Darrel jatuh dari kursi, kepalanya berdenyut dengan hebat.

"Argh!" Darrel memegangi kepalanya, seolah-olah ada sesuatu yang mencoba menerobos masuk ke dalam kesadarannya. Gambaran-gambaran aneh melintas di benaknya: sayap raksasa membentang di atas pegunungan, kobaran api yang menghanguskan langit, dan mata besar berwarna kuning keemasan yang menatapnya dengan kebijaksanaan purba.

“Elara!” Darrel berteriak dengan suara tercekik, meskipun ia tidak tahu mengapa nama itu tiba-tiba muncul di pikirannya.

Seakan dipanggil, Elara melangkah maju dari kegelapan. Wajahnya tetap tenang, namun matanya yang dalam berkilat dengan cahaya yang tidak wajar. "Tenanglah, Tuan Darrel," katanya lembut, meski nadanya penuh dengan kekuatan yang tidak bisa ditentang. "Ini saatnya kau mengetahui kebenaran tentang dirimu sendiri."

Darrel berusaha berdiri, namun tubuhnya terasa lemah. Elara mendekat, dan dengan satu gerakan tangannya, ruangan mulai bergetar. Buku-buku di rak-rak bergemeretak seolah menanggapi kehadiran kekuatan yang telah lama tertidur.

“Apa… yang terjadi padaku?” Darrel terengah-engah, merasakan rasa panas yang aneh merayap di seluruh tubuhnya.

“Ini bukan sekadar buku biasa, Darrel. Kau bukan sekadar anak ketiga dari Duke Van Bertrand. Ada sesuatu yang lebih dalam dirimu, sesuatu yang telah menunggu selama berabad-abad untuk bangkit. Kau adalah penerus dari warisan kuno,” kata Elara, suaranya rendah dan penuh dengan makna. “Kau adalah jiwa yang dipilih oleh Drakonis.”

Kata-kata itu membuat Darrel terdiam. Drakonis? Raja Naga yang dia baca di buku kuno itu? Bagaimana mungkin ada hubungannya dengan makhluk yang sudah lama hilang dari dunia ini?

“Anda tidak memahaminya, Tuan Darrel,” lanjut Elara, melangkah mendekat. “Ketika Drakonis jatuh, kekuatannya tidak sepenuhnya lenyap. Sebagian dari jiwanya, esensi kekuatannya, bersembunyi dalam darah manusia. Dan darah itu, telah mengalir dalam keluargamu selama berabad-abad. Kau adalah kunci kebangkitan kekuatan itu. Kau adalah titisan dari Sang Raja Naga.”

Darrel menggelengkan kepala, berusaha melawan rasa pusing dan ketakutan yang menyelimuti dirinya. "Aku hanya...," katanya, suaranya bergetar. "Aku tidak bisa menjadi apa yang kau katakan. Itu hanya legenda."

Elara tersenyum tipis, dan dengan gerakan tangannya yang halus, ia merapal mantra yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia biasa. Cahaya merah tua bersinar dari matanya, dan seketika itu juga, Darrel merasakan kekuatan asing menyeruak ke dalam pikirannya.

Ingatan-ingatan yang bukan miliknya mulai terkuak—memori pertempuran besar, suara ribuan naga yang mengaum di langit, dan di pusat semuanya, Drakonis, Sang Raja Naga, berdiri sebagai penguasa segala makhluk.

Kehadiran Drakonis memenuhi seluruh kesadarannya, seperti ombak besar yang menghantam pantai yang damai. Dalam benaknya, Darrel melihat bayangan naga raksasa, api yang membakar, dan kematian yang tak terhitung jumlahnya.

Dia merasakan kemarahan yang membara, dendam yang telah lama terpendam, dan tekad yang tak bisa dihancurkan. Ini adalah ingatan Drakonis—ingatan yang kini mulai menyatu dengan jiwanya.

"Kau adalah reinkarnasi dari Drakonis," kata Elara, nadanya lebih serius dan tajam. "Dan saatnya kau memahami takdirmu. Dunia ini membutuhkanmu, Darrel. Kekacauan telah menyebar, dan hanya dengan kebangkitanmu, keseimbangan dapat dipulihkan. Tapi kau juga memiliki musuh, mereka yang menghancurkan Drakonis di masa lalu akan mencoba menghancurkanmu juga.”

Darrel berlutut, terengah-engah, mencoba meredakan gejolak dalam dirinya. Namun, semakin ia mencoba melawan, semakin kuat kehadiran Drakonis menguasai dirinya.

“Aku… aku tidak menginginkan ini,” Darrel berbisik, suaranya dipenuhi kebingungan. “Aku tidak tahu harus berbuat apa.”

Elara menunduk, menatap Darrel dengan pandangan yang lebih lembut namun tegas. “Kau tidak perlu mengerti semuanya sekarang. Yang harus kau lakukan adalah menerima siapa dirimu. Semakin cepat kau menerima kenyataan ini, semakin kuat kau akan menjadi. Kekuatan Drakonis adalah milikmu, Darrel, dan melalui dirimu, Sang Raja Naga akan bangkit kembali.”

Darrel terdiam, jiwanya bergolak antara ketakutan dan rasa tanggung jawab yang baru. Dunia yang dia kenal mulai runtuh di hadapannya, dan di tempatnya, terbuka jalan yang penuh bahaya dan tak terduga. Namun, jauh di dalam hatinya, dia mulai merasakan sesuatu yang baru—sebuah kekuatan yang perlahan mulai tumbuh. Sebuah suara yang bukan miliknya, tetapi sekarang menjadi bagian dari dirinya, berbisik lembut di benaknya: "Bangkitlah. Kau adalah aku, dan aku adalah kau."

Related chapters

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 4-Dirinya dan Ingatan Drakonis

    Perpustakaan kastil yang gelap dan penuh debu terasa semakin sunyi setelah kekuatan yang dipanggil oleh Elara mulai surut. Getaran-getaran magis yang sebelumnya menyelimuti ruangan perlahan memudar, meninggalkan Darrel sendirian di lantai batu dingin. Tubuhnya gemetar hebat, jiwanya seakan terkoyak oleh kekuatan luar biasa yang baru saja terbangun di dalam dirinya.Di sudut ruangan, Elara berdiri diam, tatapannya penuh dengan kepuasan yang tenang. Wajahnya yang biasanya lembut dan ramah kini tampak jauh lebih dingin, seolah-olah ada jarak yang tak terlihat antara dirinya dan dunia di sekelilingnya. Dia tahu tugasnya hampir selesai. Kekuatan yang telah disimpan di dalam tubuh Darrel selama bertahun-tahun telah dibangkitkan, dan sekarang, waktunya telah tiba baginya untuk kembali.“Elara…” Darrel berbisik, suaranya penuh kebingungan dan kelelahan. Ia berusaha bangkit, namun tubuhnya terasa begitu berat. “Apa yang kau lakukan padaku? Siapa kau… sebenarnya?”Elara memandangnya dengan seny

    Last Updated : 2024-10-12
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 5-Kunjungan Frey Han Rollock

    Suasana kastil Van Bertrand yang tenang terganggu oleh derap kuda yang mendekat. Darrel, yang masih tertegun dalam pikirannya sendiri, segera tersadar ketika ia mendengar suara pelayan mengumumkan kedatangan tamu yang Darrel tak duga-duga."Yang Mulia Frey Han Rollock telah tiba!" seru pelayan itu dengan nada hormat, meski Darrel tahu betul bagaimana Frey tidak pernah menghormati siapa pun kecuali dirinya sendiri.Jantung Darrel berdegup kencang mendengar nama itu. Frey Han Rollock. Nama yang selalu membawa kenangan buruk bagi Darrel, sejak masa kecil mereka. Sebagai putra ketiga dari Duke Han Rollock, Frey telah menjadi momok bagi Darrel, memanfaatkan setiap kesempatan untuk merendahkan, mengejek, dan bahkan memukulinya ketika tidak ada yang melihat.Darrel menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri. Dalam sekejap, pikiran tentang kekuatan Drakonis yang baru bangkit di dalam dirinya mulai mengusik. Seharusnya, dengan kekuatan itu, ia tidak lagi takut pada Frey, bukan? Namun, ada

    Last Updated : 2024-10-12
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 6-Pertarungan Darrel vs Frey

    Matahari bersinar terang di atas menara kastil, menyisakan langit dengan awan putih dan langit biru. Di halaman luar Kastil Van Bertrand, Darrel berdiri tegap dengan tangan menggenggam gagang pedangnya. Di hadapannya, Frey Han Rollock sudah bersiap, wajahnya dipenuhi amarah dan kesombongan. Angin sore yang dingin menyapu tanah, mengangkat sedikit debu, seolah memulai sebuah pertarungan yang tak terhindarkan.“Ini akhir dari kesabaranmu, ya?” ejek Frey dengan tawa kecil. “Kau pikir bisa menantangku? Aku akan membuatmu menyesal sudah berani melawan.”Darrel tidak menjawab. Dia hanya menatap Frey, mencoba merasakan denyut kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya. Warisan Drakonis terasa hidup di bawah permukaan kulitnya, seperti api yang menunggu untuk dilepaskan. Namun, Darrel tahu, meskipun dia memiliki kekuatan naga dalam dirinya, dia tidak boleh bergantung sepenuhnya pada hal itu. Kekuatan sejati datang dari keseimbangan—dan untuk saat ini, dia harus fokus pada teknik dan strategi.Frey

    Last Updated : 2024-10-12
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 7-Panggilan Duke Davin Van Bertrand

    Malam sudah larut ketika Darrel dipanggil ke ruang kerja ayahnya, Duke Davin Van Bertrand. Kastil yang biasanya dipenuhi aktivitas, kini sunyi. Hanya suara langkah-langkah sepatu Darrel yang terdengar menggema di sepanjang lorong istana, memantul di dinding tebal yang dingin. Di dadanya, Darrel merasakan kecemasan bercampur dengan sesuatu yang baru—sebuah rasa bangga akan kemampuannya dalam mengalahkan Frey. Namun, di balik itu semua, dia tahu ayahnya pasti sudah mendengar tentang duel tersebut, dan hal itu membuatnya sedikit khawatir. Pintu kayu besar yang menuju ke ruang kerja sang Duke terbuka dengan derit pelan. Darrel melangkah masuk, menemukan ayahnya duduk di belakang meja besar yang dipenuhi dokumen, lilin-lilin menerangi wajah tegas Duke Davin yang sudah berumur. Mata birunya yang dingin menatap lurus ke arah Darrel, penuh dengan kebijaksanaan dan kekuatan. “Darrel,” suara Duke Davin terdengar rendah namun penuh wibawa. “Kau tahu mengapa aku memanggilmu, bukan?” Darre

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 8-Menuju Perbatasan Timur

    Pagi itu, fajar belum sepenuhnya menyingsing ketika Darrel Van Bertrand dan pasukan elitnya berangkat menuju perbatasan timur. Di depan, Darrel menunggangi kudanya, dengan jubah keluarga Van Bertrand berkibar tertiup angin. Di sisinya, seorang kesatria berwajah tenang dengan tatapan tajam, Virgo Bastarian, mengiringinya. Virgo adalah seorang Sword Master, dikenal karena kehebatannya di medan perang dan kemampuannya yang luar biasa dalam seni berpedang. Kehadirannya memberikan sedikit rasa aman bagi Darrel, meski jantungnya masih berdebar kencang.Pasukan yang ia pimpin berjumlah seratus orang—prajurit elit yang terlatih dalam pertempuran, para pejuang terbaik yang dimiliki oleh keluarga Van Bertrand. Namun, meski memiliki kekuatan besar di bawah komandonya, Darrel tak bisa menghilangkan rasa gugup yang merayap dalam hatinya.Ini adalah pertama kalinya dia memimpin pasukan ke medan perang, dan ancaman yang dihadapi bukanlah musuh biasa. Orc dikenal brutal dan kejam, apalagi dalam jum

    Last Updated : 2024-11-01
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 9: Sword Aura

    Keesokan harinya setelah pertempuran besar melawan gerombolan orc, Darrel Van Bertrand berdiri di atas bukit kecil di dekat desa yang telah mereka pertahankan. Angin pagi menyapu wajahnya, membawa aroma asap yang samar dan tanah yang basah oleh embun. Langit cerah, seolah-olah alam semesta sendiri tengah memberikan penghormatan atas kemenangan yang diraih pasukannya. Namun, meski kemenangan telah diraih, Darrel merasakan ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di dalam dirinya—sesuatu yang tidak sepenuhnya bisa ia pahami.Di tangannya, Darrel menggenggam pedang yang digunakan dalam pertempuran. Kilauan baja pedang itu terpantul dari sinar matahari pagi, namun ada sesuatu yang berbeda. Pedangnya seakan-akan berdenyut dengan kekuatan yang baru, mengeluarkan aura samar berwarna biru yang bergetar di sekelilingnya. Ini adalah sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, dan Darrel tahu, ini bukan hal biasa.Virgo Bastarian, yang berdiri di sampingnya, memandang fenomena itu denga

    Last Updated : 2024-11-02
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 10: Bangkitnya Kesadaran Drakonis

    Malam mulai menyelimuti langit ketika Darrel Van Bertrand duduk sendirian di dalam tenda komandonya. Pertempuran melawan gerombolan orc telah berlalu, namun pikirannya masih dipenuhi dengan kekuatan baru yang dia rasakan. Sword Aura yang ia bangkitkan selama pertempuran adalah tanda dari sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam, sesuatu yang tampaknya mengikatnya pada takdir yang tak terelakkan. Di tengah keheningan malam, Darrel memejamkan mata, mencoba memahami lebih lanjut kekuatan yang mengalir dalam dirinya.Saat dia menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba rasa dingin yang aneh melingkupi tubuhnya. Udara di sekitar tenda terasa berubah, dan Darrel membuka matanya dengan waspada. Dalam sekejap, cahaya biru kehijauan mulai berpendar dari tubuhnya, membentuk lingkaran yang semakin lama semakin intens. Darrel tersentak, mencoba mengendalikan kekuatan itu, namun aliran energi itu tidak bisa dihentikan. Al hasil membawa kesadaranya ke dalam ruang lingkup kegelapan."Kau akhirnya siap

    Last Updated : 2024-11-02
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 11: Serangan di Tengah Malam

    Malam yang sunyi tiba-tiba terpecah oleh raungan keras yang menggema di seluruh perkemahan. Darrel Van Bertrand, yang tengah beristirahat di dalam tendanya, segera tersentak bangun. Jeritan pasukan dan suara logam yang berdentang membuatnya mengerti dengan cepat bahwa sesuatu yang buruk tengah terjadi.Darrel melompat dari tempat tidurnya, mengenakan baju besi secepat mungkin. Di luar tenda, suasana kacau. Tentara-tentara yang tadinya beristirahat kini berlarian mencari senjata mereka, sementara beberapa sudah terlibat dalam pertempuran sengit dengan musuh yang baru saja muncul.“Orc!” Teriak seorang prajurit dari kejauhan. “Mereka datang lagi!”Darrel keluar dari tendanya dan melihat situasi yang lebih buruk dari yang dia bayangkan. Di kejauhan, gelombang besar orc menyerbu perkemahan, jumlah mereka jauh lebih banyak daripada yang ditemui sebelumnya. Kali ini, mereka tidak hanya datang dalam kelompok kecil, tetapi dalam pasukan besar yang dipimpin oleh para Magician orc yang tampakny

    Last Updated : 2024-11-03

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 144- Epilog

    Malam yang terasa panjang penuh darah dan kehancuran akhirnya berakhir. Pertarungan besar antara cahaya dan kegelapan mencapai puncaknya dengan kemenangan mutlak Darrel dan pasukan dari pihaknya. Ketika fajar pertama mulai menyingsing di ufuk timur, sinarnya menerangi medan perang yang sunyi, menyisakan jejak kehancuran. Bangkai monster raksasa tergeletak di atas tanah yang retak, bersama dengan mayat-mayat undead yang sebelumnya dikendalikan para penyihir kegelapan. Kini, semua ancaman itu telah musnah tanpa sisa. Darrel berdiri di tengah medan perang, tubuhnya yang masih diselimuti aura keemasan perlahan memudar. Wujudnya kembali seperti semula, seorang pemuda dengan tekad baja yang telah memenuhi kewajibannya sebagai pewaris Drakonis. Ia memandang sekeliling, melihat para prajurit yang tersisa mulai bergerak untuk mengumpulkan rekan-rekan mereka yang gugur. Duke Davin dan Duke Melwyn mendekati Darrel, keduanya membawa luka pertempuran yang terlihat jelas. Mata mereka penuh ra

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 143- Kekalahan dan Kebangkitan Penguasa

    Darrel mengangkat tangannya perlahan, memperlihatkan sebuah artefak berbentuk sarung tangan yang bersinar gelap, Abyssal Zephyrion. Cahaya kemerahan dari artefak itu tampak kontras dengan aura keemasan yang mengelilingi tubuhnya."Artefak ini…" gumam Darrel, sambil memandangi sarung tangan itu dengan tatapan penuh keyakinan. "Sudah terlalu lama aku menyembunyikannya. Aku tidak ingin menggunakannya, kecuali di saat terakhir. Kini waktunya telah tiba."Arkanis menggeram, mencoba menyeret tubuh raksasanya untuk mendekat. "Kau pikir benda itu bisa menghancurkanku?!" Ia meraung, memaksakan dirinya berdiri meski tubuhnya terus kehilangan energi.Namun, Darrel hanya menggeleng. "Waktumu sudah habis," katanya sembari mengulurkan tangannya ke depan.Aura keemasan di sekeliling Darrel semakin terang, menyatu dengan energi dari artefak di tangannya. Pusaran energi besar mulai terbentuk, menarik setiap partikel di sekitarnya ke dalam putaran dahsyat.Arkanis menyadari bahaya itu. "Tidak! Aku tida

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 142- Perlawanan yang Sia-sia III

    Pemuda itu, yang sebelumnya terkapar tak berdaya, kini berdiri dengan teguh. Tubuhnya dilingkupi aura keemasan yang berkilauan, retakan-retakan pada sisiknya telah menyatu sempurna.Matanya bersinar terang, memancarkan kekuatan Drakonis yang sepenuhnya terbangkitkan. Udara di sekelilingnya terasa berat, penuh dengan energi yang mendebarkan.“Arkanis,” suara Darrel terdengar rendah namun jelas, dipenuhi dengan ketegasan. “Aku tidak akan membiarkanmu menginjak-injak kehormatan ras Drakonik lagi. Usaha sia-siamu berakhir di sini.”Arkanis menatap Darrel dengan mata penuh kemarahan dan keterkejutan. “Kau…! Kau seharusnya sudah mati!” raungnya dengan suara serak. “Tidak mungkin kau bisa bangkit setelah seranganku tadi!”Darrel melangkah maju, auranya yang memancar membuat tanah di bawah kakinya retak. “aku harus berterimakasih pada Falkor, berkatnya kekuatan Drakonis dalam diriku bangkit kembali setelah kristal hitam itu hancur.”Sementara itu, Arkanis memandang Darrel dengan tatapan tajam

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 141- Perlawanan yang Sia-sia II

    Langit yang kelam menjadi saksi atas kehancuran yang perlahan-lahan menghampiri Arkanis. Kristal hitam, yang menyimpan usahanya selama ribuan tahun, kini telah hancur berkeping-keping. Energi keemasan menyapu medan perang, menciptakan gelombang yang mengguncang tanah sejauh ribuan mil. Arkanis menoleh dengan mata yang penuh keterkejutan. Mulutnya menganga, tak mampu menyembunyikan ekspresi ngeri. “T-tidak mungkin…! Bagaimana bisa ini terjadi?!” suaranya menggema di antara sisa-sisa kehancuran, penuh kemarahan dan kebingungan. Falkor, naga kecil yang baru saja terpental akibat ledakan energi dari kristal hitam itu, mencoba bangkit dengan tubuh yang gemetar. Sayap kecilnya berkibar penuh getaran, namun matanya tetap terpancang pada sosok Arkanis yang kini dilingkupi aura gelap yang semakin pekat. Falkor menggeram pelan, matanya membara dengan keberanian yang entah dari mana asalnya. Arkanis, dalam kemarahannya yang membara, membiarkan tubuhnya bergetar hebat. Aura hitam menyel

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 140- Perlawanan yang Sia-sia

    Di bawah langit yang gelap dan berkabut, Arkanis berdiri tegak dengan tangan terangkat, memegang kristal hitam yang berkilau. Kristal itu memancarkan cahaya samar yang berkilau dalam dua elemen yang saling bertabrakan—sebuah cahaya gelap yang menyatu dengan kilatan keemasan yang berputar di dalam intinya. Aura yang begitu kuat mengelilingi Arkanis, menciptakan suasana menegangkan yang mencekam seluruh medan pertempuran.Tawa puas Arkanis menggema di tengah heningnya mendan perang. Suaranya penuh dengan kemenangan yang sudah terasa di ujung jari. Wajahnya yang dingin kini dipenuhi kebanggaan, dan matanya yang bercahaya dengan kegembiraan yang hampir tak terkendali, mencerminkan keyakinannya bahwa ia akan segera mengakhiri semuanya. Semua usaha dan pengorbanan ribuan tahun lamanya, semuanya menuju satu titik—kekuasaan absolut di tangannya.“Bocah…” gumamnya dengan penuh kebencian, matanya yang tajam menatap Darrel yang terkapar tak berdaya di tanah. Setiap kata yang keluar dari bibi

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 139- Artefak Kuno: Kristal Hitam

    Baru saja pasukan Duke Melwyn Lionheart tiba di medan perang, mereka disambut oleh kekacauan yang sulit dipercaya. Pasukan monster terus mengamuk, menghancurkan segala yang ada di jalurnya. Para prajurit Duke Melwyn, yang dikenal sebagai pasukan elit kerajaan, tetap bertahan dan mencoba mengendalikan situasi.Namun, perhatian mereka teralihkan ketika suara ledakan besar menggema di langit. Gelombang kejutnya terasa hingga ke permukaan tanah, membuat banyak prajurit terjatuh. Ketika mereka menoleh ke atas, mata mereka terbelalak melihat pemandangan yang tak masuk akal."Astaga... apa itu?" salah satu prajurit bergumam, suaranya dipenuhi ketakutan.Di atas langit, kepulan asap hitam mengepul tebal, menutupi pandangan. Namun, di balik asap itu, kilauan keemasan yang samar terlihat seperti bintang yang jatuh ke bumi.“Apa itu…” gumam Duke Melwyn, yang berdiri di atas kudanya. Matanya tajam menatap ke arah cahaya itu.Dari kilauan itu, sosok Darrel terjatuh dengan kecepatan tinggi. Tubuhn

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 138- Kekacauan Medan Perang

    Darrel melesat bagai kilat, membelah angkasa yang penuh dengan aura gelap yang mendominasi medan perang. Tubuhnya, berselimut cahaya keemasan yang menyala terang, memancarkan keagungan kekuatan Drakonik. Di atas langit, Arkanis tetap berdiri dengan tenang, dikelilingi puluhan naga undead yang melayang di udara. Mata merah mereka menyala, penuh kebencian dan kehampaan.Arkanis mengangkat tangannya, dan puluhan undead Drakonik langsung bergerak, membentuk formasi melingkar. Mulut mereka terbuka, mengumpulkan bola-bola energi hitam yang berkedip-kedip seperti bintang kematian. Dalam sekejap, lusinan bola energi itu melesat, memburu Darrel dengan kecepatan luar biasa.Di bawah, para prajurit yang menyaksikan pemandangan itu hanya bisa tertegun, rasa takut merayapi tubuh mereka. Dentuman demi dentuman dari ledakan energi memenuhi udara, mengguncang tanah dan menghancurkan apa saja yang ada di jalurnya.“Ini… ini bukan pertarungan manusia,” gumam salah seorang prajurit, tubuhnya bergetar

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 137- Ketegangan Medan Perang

    Darrel terpental jauh ke bawah, tubuhnya menghantam bumi dengan kekuatan dahsyat, menciptakan kawah besar yang memekakkan medan perang. Debu dan pecahan tanah beterbangan, mengiringi getaran yang terasa hingga jarak bermil-mil. Tubuhnya, yang berselimut energi keemasan, tampak seperti meteor yang baru saja jatuh dari langit.Namun, di tengah rasa sakit yang mendera, Darrel menggenggam pedangnya lebih erat. Matanya menatap lurus ke atas, ke arah musuh yang masih melayang di udara. Napasnya berat, tapi tekadnya tidak goyah.Di sisi lain, kengerian melanda setiap sudut medan perang. Para prajurit, yang sebelumnya berjuang mati-matian melawan gelombang monster, kini berdiri terpaku, menyaksikan pemandangan yang tidak dapat dijelaskan oleh akal sehat. Langit bergemuruh oleh ledakan energi, dan bumi bergetar seolah takut pada kekuatan entitas yang bertarung di atas sana.Lorkan berdiri di antara tumpukan mayat monster, tubuhnya gemetar bukan karena luka, melainkan karena rasa ngeri yang me

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 136- Pertarungan Darrel Vs Arkanis

    Di atas tanah yang porak-poranda, Darrel berlutut, menahan rasa sakit yang merambat di seluruh tubuhnya. Luka-luka menganga di setiap sudut tubuhnya, darah segar mengalir, menciptakan genangan merah di medan pertempuran yang hancur. Napasnya berat, namun matanya memancarkan keteguhan.Dari kejauhan, Balroth berdiri terpaku. Tubuhnya gemetar menyaksikan pertarungan yang baru saja usai, meskipun ia tahu ini belum selesai. Ledakan sebelumnya telah mengguncang seluruh medan perang, membuatnya nyaris kehilangan harapan pada sang pewaris Drakonis."Yang Mulia!" serunya dengan suara parau, mencoba memanggil Darrel yang masih terhuyung, berdiri dengan satu lutut di tanah. Wajahnya penuh ketegangan, dan rasa takut membakar hatinya.Langkah kaki terdengar mendekat, semakin berat dan jelas. Dari balik debu dan asap sisa ledakan, Arkanis muncul dengan senyum dingin yang menghina. Wajahnya tetap tenang, seolah tak terpengaruh oleh apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya masih diselimuti aura kegelap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status