Share

Bab 2-Darrel Van Bertrand

Kerajaan Morph terletak di lembah hijau yang dikelilingi oleh pegunungan megah, tempat angin dingin selalu menyapu desa-desa kecil yang tersebar di sekitarnya.

Di atas bukit tertinggi berdiri Kastil Bertrand, rumah bagi salah satu keluarga bangsawan terkuat di seluruh kerajaan. Keluarga Van Bertrand telah memerintah tanah ini selama beberapa generasi dengan kekuasaan dan kehormatan.

Duke Davin Van Bertrand, penguasa saat ini, dikenal sebagai seorang pemimpin tegas dan adil, dengan dua putra yang cerdas dan seorang anak ketiga yang berbeda dari mereka semua.

Darrel Van Bertrand, putra ketiga Duke, sedang berdiri di tepi balkon kamarnya, menatap ke cakrawala di kejauhan. Usianya baru menginjak lima belas tahun, namun beban kehidupan bangsawan sudah mulai terasa.

Angin yang menerpa wajahnya membawa bau pinus dari hutan yang membentang jauh di luar kastil. Matanya yang biru cerah memandangi lembah di bawahnya dengan perasaan campur aduk—di sanalah kebebasan terletak, di balik hutan, di luar batas yang ia kenal selama ini.

Darrel selalu merasa berbeda dari saudara-saudaranya. Kedua kakaknya, Lorcan dan Roderic, telah mengikuti jejak ayah mereka sebagai prajurit dan diplomat yang ulung. Lorcan, pria berotot, sang ahli strategi militer, dipuja karena kecerdasan dan keberanian di medan perang.

Sementara Roderic, dengan pesonanya yang menawan, telah menjalin aliansi kuat dengan bangsawan dari kerajaan tetangga. Darrel, sebaliknya, selalu lebih tertarik pada hal-hal yang tidak kasatmata, misteri sejarah kuno, dan suara-suara alam yang sering kali hanya dia yang bisa mendengarnya.

"Hari ini, seharusnya aku keluar ke hutan," gumamnya pada dirinya sendiri, tangannya menyentuh sarung pedang sederhana yang menggantung di pinggangnya. Pedang itu, hadiah dari mendiang ibunya, terasa terlalu ringan di tangannya. Seperti ada yang hilang—sesuatu yang lebih besar dari sekadar baja.

Ketukan di pintu menginterupsi lamunannya. Pintu kayu berderit terbuka, dan seorang pelayan muda, Maren, melangkah masuk.

"Yang Mulia, ayahmu memintamu ke aula utama. Para tamu telah tiba untuk pertemuan besar hari ini," katanya dengan hormat, meskipun nadanya terdengar agak cemas.

Darrel mengangguk, meskipun hatinya sedikit memberontak. Pertemuan besar itu hanyalah salah satu dari banyak kewajiban bangsawan yang selalu dia hindari. Keluarganya hari ini menjamu Lord Alistair, salah satu sekutu terdekat keluarga Van Bertrand. Pertemuan ini penting, tetapi bagi Darrel, semua itu terasa begitu jauh dari dunia yang ia inginkan.

Ketika Darrel berjalan menuju aula utama, pikirannya masih melayang pada hutan di luar kastil. Dia teringat cerita-cerita lama yang pernah dia dengar dari buku-buku tua tentang Naga dan makhluk-makhluk magis yang pernah hidup di kerajaan ini. Di suatu tempat, ia merasa ada sesuatu yang memanggilnya, sebuah bisikan yang hanya bisa ia dengar.

Sampai di aula utama, Darrel mendapati ayahnya, Duke Davin Van Bertrand, duduk di singgasananya dengan kedua kakaknya berdiri di samping. Wajah Duke yang keras dan tegas tidak menunjukkan emosi ketika melihat putra bungsunya masuk.

"Darrel," kata Duke dengan suara berat, "Aku berharap kau bisa memperhatikan pertemuan ini dengan lebih serius. Lord Alistair telah datang dari jauh untuk membicarakan masa depan kerajaan kita. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan."

Darrel hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Dia tahu bahwa ayahnya kecewa padanya. Bukan karena dia malas atau tidak berkompeten, tapi karena Darrel tidak pernah menunjukkan minat pada kehidupan yang seharusnya dia jalani sebagai seorang bangsawan. Dia lebih sering terlihat berkeliaran di perpustakaan tua atau pergi berburu di hutan sendirian daripada mempelajari seni perang atau politik.

Lord Alistair, seorang pria tua dengan jubah ungu yang dihiasi simbol-simbol kekaisaran, bangkit berdiri. Wajahnya yang penuh kerutan menunjukkan kebijaksanaan dari usia yang panjang dan pengalaman yang mendalam. Dia menatap Darrel sejenak, sebelum beralih ke Duke.

"Putramu yang ketiga ini tampak memiliki jiwa petualang, Davin," katanya dengan senyum samar. "Mungkin takdirnya berbeda dari saudara-saudaranya."

Duke Devin menatap Darrel dengan mata yang penuh harapan bercampur kekhawatiran. "Aku hanya ingin yang terbaik untuknya, Lord Alistair," katanya berat. "Tapi dia tampaknya tidak bisa melihat pentingnya kekuasaan dan tanggung jawab yang menanti."

Setelah beberapa jam diskusi, pertemuan itu akhirnya selesai. Darrel, yang nyaris tidak mengatakan apa-apa, segera keluar dari aula utama, kembali ke kamar dengan kepala penuh pertanyaan. Ketika dia berjalan melalui koridor panjang kastil, langkahnya tiba-tiba berhenti di depan perpustakaan tua yang jarang dikunjungi siapa pun.

Tanpa sadar, kakinya membawanya masuk ke dalam. Cahaya matahari sore menyelinap melalui jendela-jendela kecil, menerangi debu yang menari di udara. Darrel berjalan menuju rak buku yang dipenuhi dengan teks-teks tua yang mengandung sejarah dan legenda kuno.

Di sudut ruangan, matanya tertuju pada sebuah buku besar dengan sampul kulit yang tebal dan hiasan perak yang usang. Buku itu tampak lebih tua daripada yang lain. Ia menariknya dari rak, membersihkan debu yang menempel, dan membukanya dengan hati-hati.

Judulnya membuat darah Darrel berdesir: "Sang Drakonis: Penguasa yang Terlupakan."

Jantungnya berdebar keras ketika dia mulai membaca. Di dalam halaman-halaman buku itu, tersembunyi rahasia tentang naga yang pernah memerintah dunia, tentang kekuatan besar yang sekarang terlupakan, dan tentang peran penting keturunan manusia yang akan membangkitkan kembali kekuatan itu.

Darrel membaca dengan mata yang lebar, setiap kalimat seolah menggema dalam benaknya. Tiba-tiba, ia merasa seolah-olah telah menemukan bagian dari dirinya yang selama ini hilang.

Namun, yang tidak dia sadari adalah bahwa dari bayang-bayang di dalam perpustakaan itu, seseorang memperhatikan. Seorang wanita dengan mata tajam, Elara, yang selama ini bertindak sebagai pelayan keluarga, mengamati Darrel dari kejauhan, senyum tipis tersungging di bibirnya.

“Waktunya hampir tiba,” bisik Elara pelan, sebelum menghilang ke dalam kegelapan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status