Share

Kembalinya Sang Raja Naga
Kembalinya Sang Raja Naga
Penulis: Murlox

Bab 1-Kisah Masa Lalu Raja Naga

Dalam kegelapan malam, langit membentang luas di atas pegunungan Tethra, diterangi hanya oleh cahaya bintang-bintang. Di bawah langit yang tenang itu, kerajaan Drakonik berjaga dalam keheningan. Di tengah pusat kerajaan, berdiri sebuah kastil megah yang dipahat dari batu hitam, tempat Raja Naga, Drakonis, memerintah dengan bijaksana. Sebagai penguasa naga terakhir, ia memiliki kekuatan besar yang tak tertandingi di dunia manusia. Drakonis telah menjaga keseimbangan antara manusia dan makhluk magis selama berabad-abad.

Namun, di malam itu, ketenangan hanya menjadi ilusi tipis. Sesuatu yang gelap, berbahaya, dan tidak terlihat sedang bersembunyi di balik tembok kastil. Jenderal Arkanis, salah satu panglima perang terpercaya Raja Naga, berjalan cepat melewati koridor batu yang dingin, matanya penuh tekad dan niat busuk. Dalam diam, ia menggenggam erat sebuah permata hitam, artefak kuno yang selama ini tersembunyi dari pandangan Drakonis.

Raja Naga duduk di singgasananya, tubuhnya yang megah berbalut sisik emas yang berkilauan di bawah cahaya lilin. Matanya yang besar dan berwarna kuning memandang lurus ke depan, menatap langit-langit yang tinggi di atasnya, seolah bisa merasakan ada sesuatu yang salah. Namun, sebelum ia dapat bereaksi, pintu besar di ruangan itu terbuka dengan suara bergemuruh. Arkanis melangkah masuk dengan langkah pasti.

"Arkanis," suara Raja Naga terdengar dalam dan menggetarkan dinding-dinding kastil, "Apa yang terjadi? Mengapa kau datang dengan terburu-buru di tengah malam begini?"

Arkanis berhenti beberapa langkah dari singgasana, menyembunyikan permata hitam di balik jubahnya. Wajahnya tetap tenang, tetapi di balik ketenangan itu ada kemarahan dan dendam yang telah lama tumbuh.

"Yang Mulia," kata Arkanis dengan suara rendah, "Aku datang dengan berita yang tak mengenakkan. Dunia manusia mulai bergolak. Kerajaan di utara mulai menentang kedamaian yang kita bangun. Mereka merencanakan pemberontakan, dan aku khawatir kita harus bertindak sebelum mereka menghancurkan segalanya."

Drakonis menatap Arkanis dengan pandangan tajam. Dia sudah terlalu lama hidup untuk tidak bisa mencium pengkhianatan, namun dia masih meragukan bahwa Arkanis, prajurit yang paling dia percayai, akan menjadi musuhnya.

"Aku lebih tahu apa yang terjadi di dunia manusia daripada denganmu, Arkanis," jawab Drakonis, matanya kini penuh dengan kewaspadaan. "Kita tidak akan bertindak gegabah. Perseteruan kecil antar umat manusia bukan sesuatu hal yang dapat kita campuri seenaknya, selama dunia ini tetap dalam keseimbangan, dan tidak merugikan kita maka biarkan saja."

Arkanis memandang Raja Naga dengan tatapan dingin. Di hatinya, kedamaian yang diinginkan Drakonis hanyalah kelemahan. Sebuah dunia di mana manusia harus terus-menerus tunduk kepada naga, tidak pernah bisa berkembang menjadi lebih kuat. Ia tidak bisa menerima itu. Kekuasaan seharusnya berada di tangan mereka yang tahu bagaimana menggunakannya, bukan mereka yang hanya ingin mempertahankan status quo.

"Tapi Yang Mulia," katanya dengan suara lebih mendesak, "Jika kita tidak bertindak sekarang, kita akan kehilangan kesempatan. Kedamaian yang kau pertahankan tidak akan berarti apa-apa jika umat manusia semakin mengganas seiring waktu."

Drakonis menggelengkan kepalanya, sisik emasnya berkilau dalam cahaya. "Kita tidak akan kalah, Arkanis. Aku memiliki kekuatan untuk melindungi dunia ini, dan aku akan melakukannya dengan kebijaksanaan, bukan dengan kekerasan."

Arkanis tahu bahwa inilah saatnya. Tidak ada jalan kembali. Ia mengangkat tangannya, menunjukkan permata hitam yang kini bersinar dengan kekuatan jahat yang mencekam. Mata Drakonis membelalak, menyadari bahaya yang mengancam, tetapi sebelum dia bisa bergerak, Arkanis telah merapal mantra gelap yang telah ia pelajari dari sudut-sudut dunia yang terlarang.

"Cukup sudah," teriak Arkanis, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Hari ini, kau akan jatuh, Drakonis! Dengan kekuatan ini, aku akan mengambil alih dunia ini dan membawa manusia ke puncak kekuasaan!"

Drakonis mengerang marah, tubuhnya mulai bertransformasi menjadi sosok naga raksasa yang mengerikan, sayapnya membentang hingga hampir menyentuh dinding kastil. Tetapi mantra Arkanis bekerja cepat, memerangkap Raja Naga dalam lingkaran sihir gelap yang memancarkan cahaya ungu suram. Drakonis mencoba melawan, memanggil kekuatan Drakonik dalam dirinya, tetapi kekuatan gelap yang dimiliki Arkanis terlalu kuat.

“!!!”

“Pengkhianat!” Suara Drakonis menggelegar di udara, menggetarkan dinding-dinding kastil hingga retak. "Aku ternyata salah mempercayaimu!"

"Aku tidak butuh kepercayaanmu lagi, naga tua," balas Arkanis dingin. "Dengan ini, kekuatanmu akan menjadi milikku!"

Tubuh Drakonis mulai melemah. Mantra hitam perlahan menghisap energinya, menyegel kekuatan naga itu ke dalam permata hitam yang digenggam Arkanis. Sebagai pertahanan terakhir, Drakonis melemparkan kutukan ke langit, memanggil hujan petir yang menghantam bumi dengan kemarahan yang tak terbendung.

Namun, itu tidak cukup. Dalam hitungan detik, tubuh besar Drakonis terjatuh ke tanah, napasnya terengah-engah. Kilau sisiknya meredup, dan matanya yang kuning kini memudar. Kekuatan yang selama ini menjaga keseimbangan dunia perlahan menghilang, menyisakan tubuh naga besar yang tak bernyawa di hadapan Arkanis.

Dengan senyum penuh kemenangan, Arkanis melangkah maju, memandangi tubuh raksasa naga yang dulu merupakan rajanya. "Sekarang, dunia ini akan tunduk padaku," gumamnya dengan penuh kepuasan. "Dan tidak ada lagi yang bisa menghalangiku."

Tapi di kejauhan, di balik reruntuhan kastil, sebuah kekuatan tersembunyi mulai bergerak. Kekuatan terakhir dari Drakonis mulai bekerja, melesat ke cakra wala dan menembus ruang-waktu tak terbatas, kejadian kecil yang tidak diketahui oleh siapa pun. Sang Raja Naga mungkin telah jatuh, tapi warisannya belum berakhir.

Langit malam itu, yang tadinya begitu damai, kini berubah menjadi panggung bagi kemarahan alam. Hujan deras turun, angin berhembus liar, dan petir terus menyambar seolah meratapi kejatuhan Drakonis.

Demikian Raja Naga yang pernah menguasai dunia hanya menjadi sebuah legenda ribuan tahun kemudian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status