Share

Bab 2

Wajah cantik Elsa diselimuti dengan ekspresi heran, tatapannya sangat rumit. Pernikahan yang membuatnya kesal dan gundah sudah berakhir, bukankah ini yang dia inginkan?

Setelah berpisah dengan pria pengecut itu, kelak dia mempunyai kesempatan untuk menikah dengan pria kaya, tapi kenapa dia sama sekali tidak bahagia?

Ayah mertua Arden, Harris Savero mengangkat kepalanya sambil berkata dengan bingung, "Ada yang aneh dengan anak ini, dia pergi begitu saja. Jangan-jangan dia nggak akan kembali lagi?"

Mia berseru dengan ekspresi muram, "Baguslah kalau begitu, aku memang nggak menyukainya. Elsa, cepat bercerai dengan pecundang ini agar bisa menikah dengan pria kaya. Pria mana pun yang lebih hebat dari pria bermarga Hunter itu. Lihatlah teman-teman sekolahmu, nggak ada yang bisa menandingi kecantikanmu, tapi pasangan mereka jauh lebih baik dari Arden."

"Sudah, jangan membicarakan hal ini lagi, aku pusing." Elsa tidak ingin mendengar omelan ibunya, dia bergegas ke kamar, lalu menutup pintu dengan kuat.

"Gadis sialan, jaga sikapmu. Aku melakukan semua ini untuk siapa? Bisa-bisanya risih dengan omelanku, kalau kamu menikah dengan keluarga kaya, keluarga kita pasti sudah sukses, mana mungkin tinggal di rumah kumuh seperti ini? Lihatlah pria bermarga Hunter itu, dia hanyalah benalu!" kata Mia dengan penuh amarah.

Saat ini, Arden sudah keluar dari gedung. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor telepon yang sudah terkubur di hatinya selama sepuluh tahun, lalu berkata dengan tenang, "Bu, utus orang untuk menjemputku."

Terdengar suara ramah dan lembut dari ujung lain telepon. "Nak, kamu di mana? Aku ingin segera bertemu denganmu."

Arden memanggil taksi. Setengah jam kemudian, dia tiba di Lapangan Maimun.

Sebuah helikopter yang datang dari kejauhan perlahan-lahan mendarat dan menarik perhatian banyak orang.

"Lihatlah, dari mana datangnya helikopter itu? Ia akan segera mendarat di lapangan."

"Kurasa itu milik orang kaya, orang kaya zaman sekarang sangat sombong. Mereka nggak suka naik mobil mewah dan langsung membeli alat transportasi udara!"

Setelah helikopter bernilai ratusan miliar itu mendarat di atas tanah, seorang pria berbaju hitam melompat turun dari dalamnya.

Di bawah tatapan banyak orang, Arden berjalan mendekat. Dia menyapa pria itu, lalu bergegas memasuki helikopter.

Adegan ini mengejutkan orang-orang di sekeliling.

"Dia pasti adalah anak orang kaya, keren sekali, memang benar manusia nggak boleh saling membandingkan!"

"Dia pasti adalah tuan muda kaya raya, sepertinya bukan dari Kota Bahari. Aku nggak pernah mendengar ada keluarga kaya di Kota Bahari yang punya helikopter."

Seorang gadis berpakaian modis berkata dengan penuh harapan, "Entah tuan muda dari keluarga mana, alangkah baiknya kalau aku punya pacar sepertinya!"

Ucapannya ini membuat orang-orang di sekitar menatapnya dengan sinis sambil berpikir, 'Dasar penggila cinta, bukannya berkaca! Pemuda itu sangat kaya, pacarnya pasti lebih cantik dari peri dan bukan hanya ada satu.'

Helikopter terbang di langit Kota Bahari. Arden memandang langit biru dan awan putih di luar jendela, lalu menundukkan kepala ke arah kota di bawah, seolah-olah seisi kota ini berada di bawah kakinya.

Dia akan pulang untuk menjalani kehidupan mewah dan mewarisi bisnis senilai triliun rupiah. Seharusnya dia bahagia, tetapi dia sama sekali tidak gembira. Suatu wajah cantik melintas di benaknya, pemilik wajah ini adalah Elsa, istrinya!

Ridwan yang duduk di samping kursi pengemudi berbalik sambil berkata dengan penuh semangat, "Tuan Muda, selamat datang kembali!"

Arden tersenyum paksa sambil menjawab, "Paman Ridwan, kita bertemu lagi."

Terdapat sebuah danau alami yang terpaut jarak ratusan mil dari Kota Bahari, namanya Danau Mutia. Danau ini sangat luas dan indah, seperti mutiara yang tertanam di dalam tanah.

Di tengah danau, terdapat sebuah pulau dengan istana megah di atasnya yang dinamai Istana Phoenix. Kabarnya, Danau Mutia dan Istana Phoenix adalah harta pribadi keluarga kaya yang sangat misterius, tempat ini terkesan seperti negeri dongeng.

Helikopter mengarah ke Istana Phoenix. Banyak tokoh terhormat dan pebisnis terkenal datang dari kota-kota di sekitar, pria memakai jas dan sepatu kulit, sedangkan wanita memakai gaun dan sepatu hak tinggi. Semuanya tampil dengan busana formal.

Melihat Arden keluar dari helikopter, semuanya membungkuk dan berkata dengan serempak, "Selamat datang kembali, Tuan Muda!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wijaya
alur ceritanya mulai menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status