Jovina tertegun dan tidak bisa menahan amarahnya. Dia sungguh ingin menampar Arden, tetapi dia hanya berkata dengan galak, "Jangan mimpi. Kalau kamu berani asal ngomong lagi, aku akan membuatmu hidup di kursi roda selama sisa hidupmu.""Aduh ... sakit sekali, tulangku sudah mau patah. Kejam sekali kamu, kamu hampir membunuhku," seru Arden sambil menyeringai. Dia berusaha untuk bangkit dan langkahnya pun terhuyung-huyung.'Kok kurasa anak ini seperti sedang berpura-pura?' Jovina mengerutkan keningnya dengan ekspresi muram. Orang-orang di sekeliling berbisik, "Untung nggak mati, sepertinya dia terluka parah, bahkan nggak bisa berdiri lagi.""Dia harus segera diantar ke rumah sakit untuk diperiksa apakah organ dalamnya terluka."Leka melangkah maju untuk memapah Arden. Meskipun dia adalah seorang wanita, lengannya sangat berotot dan kekar. Dia bertanya dengan perhatian, "Area mana yang sakit? Apa patah tulang?""Nggak tahu, semuanya sakit, tubuhku seolah-olah remuk," jawab Arden dengan le
"Arden, aku sudah selesai membasuh kaki, buang airnya!"Seorang wanita cantik bertubuh indah duduk di sofa dengan rambut panjang yang tergerai di sekujur bahu. Dia baru selesai merendam kakinya dan sedang mengoleskan pelembap ke pahanya yang putih dan mulus. Wanita ini adalah istrinya Arden, Elsa Savero.Arden yang baru selesai mencuci piring bergegas keluar dari dapur, dia menyeka tangannya dengan celemek dan segera membuang air bekas rendaman kaki istrinya. Dia tidak berani menunda-nunda, bagaimanapun dia adalah seorang menantu matrilokal yang sudah terbiasa diperintah oleh keluarga ibu mertuanya.Elsa tampak seperti putri duyung yang baru selesai membersihkan tubuh. Pemandangan ini membuat Arden terpukau, dia menelan seteguk air liur, lalu bertanya dengan hati-hati, "Sayang, kita sudah menikah tiga tahun, kapan kita akan punya seorang anak?"Elsa menoleh ke arah Arden. Kecantikannya diselimuti dengan suatu kabut es yang dapat membuat orang merinding. "Kamu masih waras? Beraninya men
Wajah cantik Elsa diselimuti dengan ekspresi heran, tatapannya sangat rumit. Pernikahan yang membuatnya kesal dan gundah sudah berakhir, bukankah ini yang dia inginkan?Setelah berpisah dengan pria pengecut itu, kelak dia mempunyai kesempatan untuk menikah dengan pria kaya, tapi kenapa dia sama sekali tidak bahagia?Ayah mertua Arden, Harris Savero mengangkat kepalanya sambil berkata dengan bingung, "Ada yang aneh dengan anak ini, dia pergi begitu saja. Jangan-jangan dia nggak akan kembali lagi?"Mia berseru dengan ekspresi muram, "Baguslah kalau begitu, aku memang nggak menyukainya. Elsa, cepat bercerai dengan pecundang ini agar bisa menikah dengan pria kaya. Pria mana pun yang lebih hebat dari pria bermarga Hunter itu. Lihatlah teman-teman sekolahmu, nggak ada yang bisa menandingi kecantikanmu, tapi pasangan mereka jauh lebih baik dari Arden.""Sudah, jangan membicarakan hal ini lagi, aku pusing." Elsa tidak ingin mendengar omelan ibunya, dia bergegas ke kamar, lalu menutup pintu den
Istana Phoenix didekorasi dengan gaya Eropa yang sangat mewah. Dinding aula utama dihias dengan seekor burung phoenix berwarna pelangi yang sedang terbang tinggi dengan penuh energi, ukiran itu tampak sangat nyata.Di ruang rapat lantai lima, sekelompok orang tua berpakaian rapi, hanya Arden yang memakai kaus dan celana jeans yang sudah memutih. Penampilannya sangat tidak cocok dengan tempat ini.Dia terkenal di Kota Bahari karena menikahi wanita yang didambakan oleh banyak pria, apalagi dia adalah menantu matrilokal yang tidak punya pekerjaan. Sedangkan Elsa yang merupakan manajer umum Modern Media bukan hanya cantik, tetapi juga cerdas.Tiga tahun yang lalu, kabar pernikahan ini sangat menggemparkan dan membuat banyak pemuda kecewa. Semuanya sangat membenci Arden dan merasa Tuhan tidak adil, bisa-bisanya membiarkan pecundang sepertinya menikahi wanita cantik di kota mereka.Orang-orang mengira dia adalah seorang pecundang miskin yang tidak kompeten, tetapi identitasnya dapat menggemp
"Aku mengerti, Bu. Jangan khawatir."Sebagai presdir perusahaan multinasional, Sofia sangat sibuk dan harus pergi menegosiasikan bisnis minyak bumi senilai puluhan miliar dolar di luar negeri. Jadi dia pun berpamitan dengan Arden dan pergi dari Istana Phoenix bersama rombongannya.Larut malam. Selama tiga tahun, ini adalah pertama kalinya Arden tidur di atas kasur. Kasur mewah senilai ratusan juta ini sangat nyaman, tetapi dia tidak bisa tidur. Biasanya, Elsa tidur di atas kasur dan dia tidur di lantai. Dia seolah-olah sudah terbiasa dengan kehidupan seperti itu dan sulit untuk beradaptasi dengan perubahan mendadak ini.Benar, sekalipun sudah menikah, Arden tidak berhak tidur di atas kasur. Jangankan bermesraan dengan sang istri, dia bahkan tidak pernah menyentuh Elsa. Inilah pernikahan yang dia jalani, sungguh menyedihkan!Setelah membolak-balikkan badan sepanjang malam dan tidak dapat melihat wajah cantik yang familiar itu, Arden merasa waktu berjalan dengan sangat lambat. Seusai men
Arden sudah terbiasa dengan sindiran seperti ini. Dia menguatkan diri untuk duduk di samping Elsa, lalu diam-diam melirik Elsa.Elsa yang sedang marah mendelik suaminya dengan kesal. Dia juga merasa Arden sudah mempermalukannya, dia berkata dengan penuh amarah, "Kenapa kamu datang dengan pakaian seperti ini? Semuanya memakai jas dan dasi, lihatlah penampilanmu ini."Arden menjawab dengan pelan, "Aku nggak punya jas, ibumu setiap bulan hanya memberiku 4 juta untuk membeli sayuran, mana cukup untuk membeli pakaian."Ini adalah kenyataan. Elsa pun tahu, sejak Arden menikah dengannya, Arden menjadi pembantu rumah tangga purna waktu. Sepertinya Arden tidak pernah membeli pakaian baru, dia tiba-tiba teringat, "Di mana jas yang kamu gunakan di hari pernikahan kita?""Kamu sudah lupa? Kita menyewanya dari studio dan langsung mengembalikannya setelah acara pernikahan berakhir," jawab Arden dengan tidak berdaya."Ck pfft ...." Seseorang yang duduk di meja sebelah tertawa terbahak-bahak. "Konyol
"Bibi Mia, mari bersulang ....""Dia adalah kakak sepupuku, Elsa.""Oh, salam kenal ...." Sepasang mata sipit Kent tertuju pada wanita cantik di hadapannya. Napasnya menjadi tidak beraturan, dia berkata dalam hati, 'Manusia memang nggak boleh saling membandingkan, aku sudah sering mendengar wanita ini sangat cantik, memang jauh lebih cantik dari istriku.'Saat menyadari Kent sedang menatap Elsa dengan lantang, ekspresi Arden berubah muram. Dia mengumpat dalam hati, 'Dasar berengsek, kamu juga punya istri, kenapa malah mendambakan istriku? Air liurmu hampir mengalir, tuh.'Ekspresi Verren pun berubah. Dia sudah memakai riasan tebal, tetapi tidak bisa menandingi kecantikan alami Elsa. Perhatian semua tamu tertuju pada kakak sepupunya, bukannya pada dirinya yang merupakan pengantin wanita.Terdengar suara yang membuatnya kehilangan kendali dari samping. "Elsa ... wanita paling cantik di Kota Bahari memang berbeda. Cantik sekali, bahkan aku yang merupakan wanita pun menyukainya!""Keluarga
Melihat jasnya dirusak oleh seorang berandalan seperti Arden, Kent pun marah. Umumnya, anak orang kaya sangat temperamental, tak terkecuali Kent. Dia berseru dengan wajah pucat, "Sialan ...." sambil melayangkan tamparan ke wajah Arden.Sebelum tamparan itu mendarat di wajah Arden, Arden sudah berseru kaget dan mundur ke belakang sehingga meja di belakang pun terbalik. Kemudian, Arden segera menjauhkan diri. Alhasil, orang-orang yang menertawakannya tadi pun ternodai oleh sisa-sisa makanan dan tampak sangat mengenaskan."Apa-apaan ini! Ini baju baru, sial sekali!""Hari ini aku nggak seharusnya datang, badanku jadi kotor ...."Para tamu berseru dengan kuat. Pesta pernikahan yang semula berjalan dengan lancar pun menjadi kacau, situasi sangat berantakan.Para anggota Keluarga Savero bangkit. Melihat Arden mengacaukan pernikahan, semuanya tidak bisa berkata-kata.Ibu mertua Arden, Mia berseru dengan getir, "Dasar pembawa sial, aku nggak seharusnya membiarkanmu datang untuk mempermalukan k