Bisa-bisanya ada orang tua seperti ini di dunia, sungguh tidak tahu malu dan menyebalkan!Arden merasa dirinya sangat tidak beruntung karena diberikan ibu mertua yang serakah, egois dan semena-mena seperti Mia. Namun, Mia malah melahirkan putri sempurna seperti Elsa yang dapat memikatnya dan membuatnya rela melakukan apa pun untuk menyenangkan Elsa.Mia sangat picik, tepatnya penglihatannya bermasalah. Dia terus menyuruh putrinya bercerai agar bisa menikah dengan keluarga kaya. Dengan begitu, dia pun bisa menikmati kekayaan putrinya.Namun, dia tidak tahu bahwa menantunya ini berasal dari keluarga kaya raya. Kalau dia memperlakukan Arden dengan baik, jangankan rumah, mobil mewah, perhiasan dan barang-barang mewah lainnya, dia bisa memperoleh apa pun yang dia inginkan.Apa boleh buat? Siapa suruh Arden mencintai Elsa, dia harus sabar dalam menghadapi ibu mertuanya. Uang bukanlah masalah! Dia berkata dengan pasrah, "Baiklah, 20 miliar, 'kan? Aku akan segera membayarnya."Namun, Mia tidak
"Bukan ...." Elsa menggelengkan kepalanya sambil berkata dengan tegas, "Jangan salah paham. Aku nggak punya maksud lain, aku hanya kasihan padamu. Hubungan kita nggak akan berhasil, cepat atau lambat, kita akan berpisah."Senyuman di wajah Arden membeku, dia berkata dengan tidak berdaya, "Aku mengerti, intinya kamu meremehkanku."Elsa mengembuskan napas. "Kamu nggak mengerti, jodoh nggak bisa dipaksakan. Suami yang ada di bayangan kita berbeda, jadi demi kebaikan kita bersama, cepat atau lambat kita akan berpisah ... aku kembali dulu." Elsa berbalik pergi. Dia perlahan-lahan melangkahi anak tangga dan menghilang dari pandangan Arden.'Sepertinya aku hanya punya waktu dua tahun. Kalau aku nggak bisa memenangkan hati Elsa dalam waktu dua tahun, kita nggak berjodoh. Ikuti arus saja!'Arden pun sudah pasrah. Bagaimanapun, seharusnya pernikahan dilangsungkan atas keinginan kedua mempelai, kalau tidak, pernikahan tidak berakhir bahagia. Dia meninggalkan rumah susun itu dan kembali ke Gedung
Di tengah langit gelap, Cayenne dan Porsche melewati rambu lalu lintas dengan kecepatan tinggi, seperti dua ekor naga yang menerjang dengan ganas.Mobil lain terus memberi lain. Siapa pun tidak bodoh, orang yang mengendarai mobil mewah dan mengebut di jalan raja pasti adalah orang kaya. Kalau sampai tergores, masalah akan sulit diselesaikan. Apalagi kalau pengendara adalah anak orang kaya yang sombong, mereka akan terjerat masalah besar. Jadi, sebaiknya mereka menjauh.Keterampilan mengemudi wanita pemilik Porsche 911 itu tidak kalah dari Arden. Selain itu, mobil sport jauh lebih cepat dan bertenaga. Jadi, mereka mengebut dengan serius dan terus saling mengejar. Terkadang akan ada yang memimpin, tetapi segera disusul. Bagaimanapun, ada banyak kendaraan di jalan yang dapat memengaruhi keahlian mereka.Sejak menjadi menantu matrilokal, ini adalah pertama kalinya Arden beradu kecepatan dengan orang lain. Dia sangat bersemangat, adrenalinnya yang sudah lama tertahan pun bangkit.Dari lubuk
Melihat Arden menanggapinya dengan acuh tak acuh dan tidak takut padanya, wanita itu pun marah. Dia menggertakkan giginya sambil berkata, "Nggak usah sombong, nanti akan kutunjukkan kehebatanku. Kalau begitu, ikut aku dari belakang.""Oke, nggak usah basa-basi, cepat pimpin jalan," kata Arden dengan nada mendesak."Lihat saja nanti!"Wajah wanita itu memucat karena marah. Dia menyesuaikan arah mobil, lalu bergerak maju. Pada saat yang sama, dia melihat kaca spion. Setelah memastikan Cayenne mengikutinya dari belakang, dia baru mempercepat laju mobil dan terus melirik ke belakang. Kalau sampai Arden berani kabur, dia akan berbalik arah untuk menabrak Arden.Belasan menit kemudian, wanita itu membawa Arden datang ke Sasana Bela Diri Kasuari dan keluar dari mobil terlebih dahulu.Dia mengenakan pakaian modis dan tampak sangat tinggi, tingginya minimal 1,75 meter. Tubuhnya sangat indah, kaki panjangnya yang tidak tertutupi oleh rok sehalus batu giok dan dia memakai sepatu hak tinggi. Dia t
Hubungan Leka dan Jovina bukan hanya sekedar bos dan karyawan, mereka bersahabat baik. Leka terkekeh sambil berkata, "Kurasa dia cukup tampan, hanya kurang memperhatikan penampilan. Kalau dirias dengan baik, dia pasti sangat keren. Kalau kamu nggak mau, berikan padaku.""Eh, kalau kamu nggak menyukainya, untuk apa kamu membawanya datang ke sini?"Terlihat jelas Leka adalah tipe orang yang terus terang dan ceria. Arden tersenyum sambil berkata dengan penuh maksud, "Kurasa kamu sangat cantik, lebih cantik dari wanita yang terlalu percaya diri. Biar kuberi tahu, aku datang untuk dihajar."Leka tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak sehingga jepitan bunga di kepalanya pun bergetar hebat. Seragam putih yang dikenakan olehnya seolah-olah tidak bisa menutupi tubuhnya yang indah dan siap untuk beraksi kapan saja."Kamu bukan hanya humoris, juga pandai menilai. Aku memang lebih menarik, tapi ucapanmu ini akan menyinggung seseorang. Gawat, kurasa kamu akan keluar dalam keadaan terbaring."
"Gelandangan dari mana ini? Bahkan nggak punya uang untuk membeli kaus kaki, beraninya menantang Kak Jovina. Kak Jovina pasti akan menghabisinya!"Situasi di sini sangat ramai hingga menarik perhatian banyak murid. Seluruh anggota sasana bela diri ini berkumpul untuk menyaksikan kehebatan Jovina dalam menghabisi tamu tak diundang ini."Ayo mulai." Meskipun Jovina sangat marah, sebagai pendiri sasana bela diri, dia tetap membungkuk untuk memberi hormat sesuai peraturan dunia persilatan.Arden pun membalas hormat Jovina. Begitu dia menundukkan kepala, dia langsung mendengar suara angin yang menakjubkan. Ternyata Jovina melompat dan sedang melayangkan tendangan ke kepalanya dengan kuat. Wanita ini memang tidak biasa."Astaga!"Arden berpura-pura berteriak ketakutan. Saat kaki itu hampir mengenainya, dia langsung berguling ke samping dengan lincah sambil memeluk salah satu paha Jovina. Rasanya cukup menyenangkan!Semuanya tercengang. 'Trik macam apa ini? Dia sengaja menyentuh Kak Jovina, b
Bukan hanya begitu, Arden diam-diam menerapkan teknik mengendalikan napas. Dia menahan napas hingga sekujur tubuhnya kaku dan wajahnya memutih. Dengan begitu, orang-orang akan berpikir bahwa dia sudah mati!'Karena kamu ingin bermain, aku akan menemanimu bermain. Tentu saja aku harus menakutimu, biar kulihat bagaimana responsmu."Para penonton sedang bersorak gembira, tetapi tiba-tiba mereka menyadari tubuh Arden menjadi sangat kaku. Seseorang berteriak dengan panik, "Periksa keadaannya, sepertinya dia sama sekali nggak bergerak. Apa dia mati?""Bisa jadi, tendangan Kak Jovina tadi sangat mengerikan. Kurasa organ dalam anak ini hancur, makanya jadi seperti ini."Jovina pun kaget, wajahnya memucat. Karena terlalu marah, dia tidak mengendalikan diri dan mengerahkan seluruh tenaganya dalam tendangan itu. Jangan-jangan lawan benar-benar terbunuh oleh tendangan itu, gawat!Dia berjalan mendekat, lalu berusaha untuk menenangkan diri dan bertanya dengan tenang, "Hei ... jangan pura-pura mati,
Jovina tertegun dan tidak bisa menahan amarahnya. Dia sungguh ingin menampar Arden, tetapi dia hanya berkata dengan galak, "Jangan mimpi. Kalau kamu berani asal ngomong lagi, aku akan membuatmu hidup di kursi roda selama sisa hidupmu.""Aduh ... sakit sekali, tulangku sudah mau patah. Kejam sekali kamu, kamu hampir membunuhku," seru Arden sambil menyeringai. Dia berusaha untuk bangkit dan langkahnya pun terhuyung-huyung.'Kok kurasa anak ini seperti sedang berpura-pura?' Jovina mengerutkan keningnya dengan ekspresi muram. Orang-orang di sekeliling berbisik, "Untung nggak mati, sepertinya dia terluka parah, bahkan nggak bisa berdiri lagi.""Dia harus segera diantar ke rumah sakit untuk diperiksa apakah organ dalamnya terluka."Leka melangkah maju untuk memapah Arden. Meskipun dia adalah seorang wanita, lengannya sangat berotot dan kekar. Dia bertanya dengan perhatian, "Area mana yang sakit? Apa patah tulang?""Nggak tahu, semuanya sakit, tubuhku seolah-olah remuk," jawab Arden dengan le