Share

Bab 4

"Aku mengerti, Bu. Jangan khawatir."

Sebagai presdir perusahaan multinasional, Sofia sangat sibuk dan harus pergi menegosiasikan bisnis minyak bumi senilai puluhan miliar dolar di luar negeri. Jadi dia pun berpamitan dengan Arden dan pergi dari Istana Phoenix bersama rombongannya.

Larut malam. Selama tiga tahun, ini adalah pertama kalinya Arden tidur di atas kasur. Kasur mewah senilai ratusan juta ini sangat nyaman, tetapi dia tidak bisa tidur. Biasanya, Elsa tidur di atas kasur dan dia tidur di lantai. Dia seolah-olah sudah terbiasa dengan kehidupan seperti itu dan sulit untuk beradaptasi dengan perubahan mendadak ini.

Benar, sekalipun sudah menikah, Arden tidak berhak tidur di atas kasur. Jangankan bermesraan dengan sang istri, dia bahkan tidak pernah menyentuh Elsa. Inilah pernikahan yang dia jalani, sungguh menyedihkan!

Setelah membolak-balikkan badan sepanjang malam dan tidak dapat melihat wajah cantik yang familiar itu, Arden merasa waktu berjalan dengan sangat lambat. Seusai menyantap sarapan mewah, dia berdiri di depan jendela dengan linglung dan terus menatap ke arah Kota Bahari. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri dan memutuskan untuk kembali dengan helikopter.

Agar tidak menarik perhatian banyak orang, Arden memerintahkan staf untuk mendaratkan helikopter di pinggiran kota. Sebuah Range Rover sudah menunggu di sana untuk mengantarnya pulang ke rumah mertuanya.

Tidak ada seorang pun di rumah. Arden baru ingat hari ini adalah hari pernikahan adik sepupu Elsa, Verren Savero. Ibu mertuanya dan yang lainnya sudah pergi menghadiri acara pernikahan itu. Dia segera mengendarai motor listrik menuju Hotel Asta.

Verren menikah dengan Keluarga Sutama yang merupakan keluarga kaya di Kota Bahari, seluruh anggota Keluarga Savero sangat mementingkan pernikahan ini. Bagaimanapun, mereka harus menghormati keluarga terkaya di Kota Bahari. Jadi, tuan tua Keluarga Savero, Hardy Savero hadir dan memperingatkan semua orang untuk datang tepat waktu.

Sebagai putra ketiga Keluarga Savero, Harris datang bersama istri dan anak-anaknya. Mereka sudah duduk.

Wajah Elsa mulus tak bercela, matanya sebening air, kulitnya putih bercahaya dan tubuh indahnya yang dibaluti dengan rok panjang menarik perhatian banyak pria di sekitar.

Melihat menantunya, Arden, yang muncul dengan tergesa-gesa dan memakai pakaian sehari-hari, Mia langsung mengerutkan kening dan hendak mengumpat pada Arden. Dia ingin menanyakan kenapa Arden kembali, tetapi masalah keluarga tidak boleh dibiarkan menjadi hiburan publik, apalagi di acara pernikahan seperti ini. Jadi, dia menahan diri.

Walaupun demikian, dia tetap menegur Arden dengan kesal, "Kenapa kamu baru datang? Kami sudah menunggu lama. Lihatlah pakaianmu ini, sungguh memalukan. Keluarga kami sungguh sial hingga mendapatkan menantu matrilokal sepertimu."

Dipermalukan oleh ibu mertua di depan umum membuat Arden merasa sangat malu, tetapi demi Elsa, dia harus bisa menahan diri. Bagaimanapun, dia sudah terbiasa dimarahi oleh ibu mertua, jadi dia hanya menjawab sambil tersenyum, "Aku terjebak macet di jalan."

Jawaban ini membuat adik ipar Arden, Elvi tertawa. Dia memanyunkan bibir sambil berkata, "Mengendarai motor listrik juga bisa terjebak macet? Menarik sekali, orang-orang mungkin akan mengira kamu mengendarai Mercedes-Benz atau BMW."

Gadis berusia 20 tahun ini tampak sangat cantik dan energik, dia adalah mahasiswa jurusan seni di Universitas Bahari.

Selain Elvi, Arden juga memiliki adik ipar pria bernama Enzo Savero. Enzo merupakan siswa SMA yang seluruh wajahnya dipenuhi dengan jerawat merah. Pria bertubuh tinggi dan kekar ini sama sekali tidak menghormati kakak iparnya, dia berkata sambil tersenyum sinis, "Kalau pengangguran ini punya Mercedes-Benz atau BMW, aku mungkin bisa membeli Rolls-Royce."

Seluruh anggota keluarga memandang rendah Arden. Jika dibandingkan, sikap Harris terhadap Arden jauh lebih baik. Dia hanya menggelengkan kepalanya dengan kecewa tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Entah apa yang dipikirkan oleh nenekmu, bisa-bisanya memaksa kita menikahi Elsa dengan pecundang ini, menyebalkan sekali," kata Mia dengan kesal.

Ekspresi Elsa berubah muram, seolah-olah diselimuti dengan lapisan es. Akhir-akhir ini, perusahaan tidak berjalan lancar dan ada setumpuk masalah yang perlu ditangani. Melihat adik sepupunya menikah dengan keluarga kaya, mengundang banyak tamu dan sang kakek datang untuk mengucapkan selamat, dia yang menikah dengan seorang pengangguran pun kesal.

Dia berkata dengan marah, "Sudahlah, jangan menyindirnya lagi. Kenapa kamu masih diam? Cepat duduk."

Semua orang sudah tahu Arden adalah seorang menantu tidak berguna. Setelah melihat dengan mata kepala sendiri, semuanya mulai membicarakannya dengan penuh semangat.

"Ini yang namanya Arden? Menantu matrilokal yang nggak disukai oleh seluruh keluarga Elsa? Menyedihkan sekali hidupnya!"

"Ibu mertuanya mengasarinya di depan umum, tapi dia nggak berani melawan. Hidupnya lebih menyedihkan daripada seekor anjing."

Seorang pria mendecakkan lidahnya, lalu berkata, "Sayang sekali wanita secantik Elsa dinikahkan dengan berandalan seperti ini."

"Itulah mengapa orang bilang 'pria baik nggak ditakdirkan untuk memiliki istri baik, sedangkan pria bobrok ditakdirkan untuk memiliki istri cantik'!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tuah Dahagi
Menyampah lah pulak Lu masih tergila gilakan bekas isteri Ini lah saatnya balas dendam Batero Ajinomoto lah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status