Untuk membantu Arden melampiaskan amarah, Rudy sama sekali tidak menghargai Keluarga Sutama dan Keluarga Savero. Karena kedua keluarga ini bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan Arden. Pada saat yang sama, Rudy juga merasa Hardy buta. Dia berusaha keras untuk menyenangkan Keluarga Sutama dan berpikir bahwa Keluarga Sutama dapat membuat Keluarga Savero menjadi keluarga kaya yang sesungguhnya. Padahal kalau dia memperlakukan Arden dengan baik, Arden dapat memakmurkan Keluarga Savero dalam hitungan detik dan melampaui Keluarga Sutama dengan mudah.Melihat punggung Hardy yang pergi menjauh, Arden mengumpat dalam hati, 'Dasar tua bangka, kamu kira kamu itu orang baik? Nenek lumpuh dan meninggal dengan menderita, kamu malah berselingkuh dengan sekretarismu. Setiap hari berolahraga malam, kamu nggak takut mati kelelahan?'Namun, dia malah memasang ekspresi kagum. "Wah ... Kakek sungguh bugar, bisa berjalan secepat itu tanpa bantuan tongkat. Bagus, vitaminnya nggak sia-sia, lihatlah betapa
"Paham." Arden langsung mengiakan. Dia boleh mengabaikan perkataan orang lain, tetapi dia akan menuruti perintah istrinya. Jadi, mereka sekeluarga pun pergi.Karena tidak ada pertunjukan yang menyenangkan lagi, sebagian tamu pun pergi.Melihat Arden meninggalkan aula, Rudy tidak lanjut membuat perhitungan dengan anggota Keluarga Sutama. Lagi pula, sebelumnya dia tidak pernah berselisih dengan Irfan dan hubungan mereka cukup baik. Selain itu, mereka sama-sama adalah pengusaha kaya di Kota Bahari, sulit untuk menghindari satu sama lain.Mengingat hubungan mereka sebelumnya, Rudy merasa dia perlu mengingatkan Irfan. "Pak Irfan, putra Bapak agak emosional. Anak muda harus didisiplinkan, jangan suka menimbulkan konflik, akan lebih baik lagi kalau bisa mengubah musuh menjadi teman."Irfan tidak menerima masukan Rudy, dia merasa Rudy sengaja mempersulitnya. Jadi, dia pun berkata dengan ekspresi muram, "Pak Rudy nggak usah mengkhawatirkan hal ini, bukankah wajar kalau anak muda emosional? Siap
"Kejam sekali kamu ...." Arden mengembuskan napas tak berdaya. "Aku sudah begitu menyedihkan, tolong jangan menaburkan garam di atas lukaku lagi, oke?"Chelsey terkekeh. Aksesori rambutnya yang bergetar tampak seperti gelombang maut yang dapat menikam orang."Jangan salah paham, aku nggak bermaksud menyindirmu, aku hanya nggak tega denganmu. Bagaimana kalau kita pergi menghirup udara segar? Mungkin suasana hatimu akan membaik."Chelsey menepuk mobilnya dengan tangan, dia tampak sangat bangga. Mengenai mobil sport di usia muda dapat mencerminkan kesuksesan seseorang. Dibandingkan dengan Arden yang tidak memiliki apa pun, mereka bagaikan bumi dan langit.Meskipun Arden tidak tahu niat Chelsey, dia melangkah maju. Saking tertarik dengan Ferrari yang dikendarai Chelsey, bola matanya tidak bergerak.15 tahun yang lalu, Arden memiliki banyak mobil sport, seperti Lamborghini, Aston Martin dan berbagai edisi terbatas lainnya, termasuk Ferrari. Setelah menjalani tuntutan keluarga, dia merinduka
Anak ini sungguh pandai membual! Chelsey berkata dengan kesal, "Nggak percaya, lihatlah bagaimana kamu mengendarainya, sombong sekali.""Mau pergi ke mana?""Gedung Palmoro, Jalan Pertis, Distrik Bersi, apa kamu tahu?"Arden mengangguk, lalu memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin. Sering dengan deru mesin Ferrari, badan mobil sedikit bergetar dan jari-jarinya perlahan-lahan mengarahkan setir ke kanan. Dalam sekejap, mobil melaju ke depan."Ah ... hati-hati, hampir kena ...." seru Chelsey. Dia merasa dirinya sangat bodoh karena percaya pada seorang pembual. 'Kita masih di tempat parkir, kenapa kamu berkendara dengan begitu cepat? Kamu ingin mati?'Saat hampir menabrak Cadillac di sisi berlawanan, Arden tiba-tiba banting setir dan Ferrari segera berbelok ke arah lain. Kedua bemper mobil hampir menempel, pengendara mobil itu menelan seteguk liur dan bercucuran keringat dingin.Deru mesin Ferrarti bergema di sepanjang jalan. Chelsey menepuk dadanya, jantungnya hampir copot. Namun, di
Ferrari merah melaju kencang di jalan, seperti seberkas api yang melintas.Arden sudah lama tidak mengendarai mobil sport dan merasakan sensasi berkendara dengan kecepatan tinggi. Di saat adrenalinnya melambung tinggi, ponselnya terus berdering. Dia tetap mengendarai dengan satu tangan dan menggunakan tangan lainnya untuk mengambil ponsel. Istrinya yang menelepon.Arden tiba-tiba menginjak rem. Ferrari berhenti di pinggir jalan setelah berbelok sempurna.Karena terlalu mendadak, Chelsey yang berada di sampingnya pun berseru dengan marah, "Apa yang kamu lakukan, sudah bosan hidup?""Ssst, istriku menelepon, maaf," kata Arden dengan rasa bersalah. Dia segera keluar dari mobil untuk menjawab telepon. "Ada apa, Elsa?"Saat ini, Elsa sudah sampai di rumah. Ibunya sedang mandi di kamar mandi, dia pun menyadari Arden mulai menunjukkan sisi yang berbeda. Bagaimanapun, Arden adalah suaminya, dia khawatir Arden akan menimbulkan masalah lain karena dimarahi ibunya.Dia berkata dengan pelan, "Arde
"Kamu sengaja? Percaya atau nggak, aku akan menghabisimu." Pria itu membuka pintu mobil dan turun dengan menggebu-gebu. Dia menyisingkan lengan bajunya, seolah-olah siap untuk berkelahi.Namun, pria itu kurus dan lemah. Kalau dia berkelahi dengan Arden, dia mungkin akan remuk dalam satu pukulan.Arden melangkah maju dengan ekspresi muram. Dia menatap pria itu dengan tajam sambil berkata dengan marah, "Coba sentuh aku, aku akan melumpuhkanmu."Ini bukan sekedar ancaman. Sebagai pemimpin Istana Phoenix dan mantan tentara bayaran, entah sudah berapa banyak orang yang dia lumpuhkan.Ketika merasakan hawa yang mematikan, pria itu agak takut. Dia menggertakkan giginya sambil berkata, "Kenapa? Kamu ingin membunuh di tengah jalan, dasar nggak bermoral."Pintu mobil di sisi lain terbuka dan seorang wanita cantik turun dari dalam mobil. Namanya Jessy Chandra, dia adalah sahabat Elsa.Jessy mendelik Arden dengan galak, lalu berseru dengan ekspresi datar, "Arden, kamu itu hanya seorang menantu mat
Menghadapi orang-orang yang meremehkannya, Arden pun berkata sambil tersenyum dingin, "Kalau begitu mari bertaruh. Kalau sopirku mengantarkan Rolls-Royce dalam waktu 15 menit, kalian berlutut untuk meminta maaf padaku dan bilang kalian buta, berani?"Ucapan ini memancing amarah kedua pria itu, Nelson berkata dengan tegas, "Apa yang perlu ditakuti? Kalau Rolls-Royce nggak muncul dalam waktu yang ditentukan, kamu berlutut di hadapan kami dan memanggil kami 'kakek' sebanyak sepuluh kali."Lucky berkata dengan ekspresi muram, "Benar, harus jenis Phantom, yang ingkar janji adalah pengecut."Jessy menggertakkan giginya sambil berkata, "Ya, kita harus memberi pelajaran pada anak ini agar dia nggak lupa diri."Angel menimpali, "Ya, beraninya membohongi kita. Kita harus memberinya pelajaran dan membuatnya berlutut di hadapan kita."Situasi menjadi makin kacau, wajah Elsa memucat. Meskipun dia tidak menyukai Arden, Arden adalah suaminya. Kalau Arden kalah bertaruh dan berlutut pada orang lain, b
Namun Arden memiliki mobil mewah, dia pasti bukan orang biasa. Kalau mereka menyinggungnya, mereka mungkin akan terjerat masalah!Zaman sekarang, orang kaya paling berkuasa. Tentu saja, kedua pria itu memahami prinsip ini. Latar belakang Arden membuat mereka ketakutan dan tidak berani bersikap lancang seperti sebelumnya.Mereka terpaksa membujuk Arden dengan mengatakan bahwa sebelumnya mereka hanya bercanda, jangan dianggap serius, apalagi merusak hubungan.Sikap Jessy dan Angel pun berubah drastis. Mereka meminta Elsa untuk membujuk Arden menyudahi masalah ini. Bagaimanapun, mereka berteman baik dengan Elsa.Arden mendengus dingin, lalu berkata pada kedua pria itu, "Ya sudah kalau mau ingkar janji, berarti kalian pengecut. Kelak jangan memandang rendah orang agar nggak mempermalukan diri sendiri."Wajah Nelson dan Lucky memerah, jantung mereka yang diselimuti dengan amarah hampir meledak, tetapi mereka tidak berani membantah. Bagaimanapun, orang yang mengendarai mobil mewah bekas tida